55 pertanian yang terdapat di sekitar tempat tinggal petani dan pasar. Harga pupuk
tersebut masing-masing untuk Urea, TSP dan NPK adalah Rp 1.500; Rp 2.000; Rp 2.000 per kilogram.
Selain pupuk kimia, petani menggunakan pupuk organik yang diperoleh dari bantuan pemerintah. Distribusi pupuk organik adalah melalui Gapoktan
dengan membayar biaya operasional sebesar Rp 5.000 per lima kilogram. Penggunaan pupuk organik di daerah penelitian adalah rata-rata 25,27 kilogram
per hektar per musim tanam. Berdasarkan wawancara dengan pihak penyuluh pertanian, dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat menghemat
penggunaan pupuk kimia dan produksi padi akan lebih tinggi. Akan tetapi petani sudah sangat tergantung dengan penggunaan pupuk kimia sehingga walaupun
sudah menggunakan pupuk organik namun petani tetap menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang sama dan bahkan masih banyak petani yang belum
memanfaatkan adanya pupuk organik subsidi tersebut.
c. Pestisida
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida yang terdiri dari pestisida padat dan cair atau serbuk. Pestisida padat
adalah furadan yang diberikan dengan cara ditaburkan pada lahan sawah. Jumlah penggunaan furadan yang tepat di daerah penelitian adalah 20 kilogram per
hektar. Namun berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata penggunaan furadan per hektar per musim tanam adalah 17,73 kilogram. Jumlah penggunaan
furadan yang tidak sesuai dengan ukuran ajuran pemerintah disebabkan karena kurangnya modal petani untuk membeli furadan, dimana harga furadan adalah Rp
12.500 per kilogram. Pestisida dalam bentuk serbuk dan cair yang digunakan untuk usahatani
padi Bondoyudo adalah Ripcor, Decis, Sidabas dan Micinta. Petani menggunakan pestisida-pestisida tersebut sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman. Penggunaan pestisida ini adalah dengan mencampur dengan air sesuai takaran kemudian pestisida tersebut disemprotkan pada tanaman yang
terserang hama dan penyakit sesuai dengan tingkat kerusakan tanaman. Petani tidak mempunyai standar khusus dalam penggunaan pestisida serbuk dan cair,
justru petani menghindari penggunaan pestisida ini. Berdasarkan hasil penelitian,
56 jenis pestisida paling banyak menggunakan Ripcor yaitu dengan rata-rata 2,97
kaleng per hektar per musim tanam.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap biaya usahatani. Perhitungan biaya tenaga kerja
untuk padi varietas Bondoyudo adalah dengan menghitung hari orang kerja HOK dikalikan dengan upah per HOK. Perhitungan biaya tersebut digunakan
untuk menghitung biaya tenaga kerja mulai pembuatan media bibit, menabur, meratakan tanah, menggarisi lahan penanaman, penyulaman dan penyiangan
pemupukan, penyemprotan dan panen. Pada Tabel 13 dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya padi Bondoyudo.
Tabel 13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Budidaya Padi Bondoyudo
No Proses Budidaya
HOK keluarga HOK luar keluarga
1 Pembibitan
20,25 3,5
2 Pengolahan lahan
35,3 958,25
3 Penanaman
28,13 98,28
4 Pemupukan
11,69 9,13
5 Penyiangan dan penyulaman
29,84 44,55
6 Pengendalian hama dan penyakit
10,95 9,13
7 Pemanenan
210,4 1339,012
Total 346,5
2861,81
Di daerah penelitian satu hari kerja berkisar enam jam yang dimulai dari pukul 06.00 sampai pukul 12.00 dengan upah Rp 15.000 per hari untuk pria dan
Rp 12.000 per hari untuk wanita. Adanya perbedaan upah pria dan wanita menyebabkan satu hari kerja wanita HKW terlebih dahulu dikonversikan ke hari
kerja pria HKP. Tenaga kerja pria dengan upah Rp 15.000 dihitung sebagai satu HKP sedangkan wanita dengan upah Rp 12.000 dihitung sebagai 0,8 HKP.
Perhitungan tersebut diperoleh dari pembagian antara upah wanita dengan upah pria.
Jumlah hari kerja yang dibutuhkan petani untuk melaksanakan suatu kegiatan usahatani dikonversikan ke jumlah HOK. Ketetapan satu HOK dalam
usahatani adalah 8 jam sehingga satu hari kerja di daerah penelitian setara dengan
57 68 HOK. Demikian juga dengan upah dimana upah per hari di daerah penelitian
dikonversikan ke upah per HOK. Karena sebelumnya HKW telah dikonversikan ke HKP maka upah per hari yang ditetapkan adalah Rp 15.000. Upah tersebut
merupakan upah selama enam jam kerja sehingga upah per jam Rp 2.500. Oleh karena itu upah per HOK selama 8 jam adalah Rp 20.000.
Sistem upah tenaga kerja di tempat penelitian terdapat dua bagian yaitu upah harian dan upah ngepak. Tenaga kerja ngepak adalah tenaga kerja upahan
mulai dari proses penanaman hingga panen atau mulai proses penyiangan hingga panen tergantung kesepakatan pemilik lahan dengan tenaga kerja upah tersebut.
Upah bagi tenaga kerja ngepak dihitung berdasarkan jumlah produksi padi dengan perbandingan satu banding empat. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan
menyewa traktor dengan sistem borongan. Biaya sewa traktor berkisar Rp 800.000 per hektar. Selain traktor, pengolahan lahan juga dilakukan dengan
menggunakan bajak kerbau dengan biaya sewa Rp 400.000 per hektar.
6.1.2 Teknik Budidaya
Teknik budidaya merupakan hal yang sangat penting dalam usahatani karena dapat menentukan jumlah output yang dihasilkan. Perlakuan atau teknik
budidaya padi Bondoyudo terdiri dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyulaman, pengendalian hama dan penyakit serta
panen. Di bawah ini adalah perincian masing-masing proses budidaya padi Bondoyudo.
a. Pembibitan
Proses pembibitan dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan media tanam. Pembuatan media atau tempat persemaian dilakukan dengan mencangkul
dan membersihkan lahan. Media semai yang digunakan oleh petani adalah pada lahan sawah dengan ukuran kira-kira lima meter persegi untuk benih satu hektar
atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pembuatan media semai kadang disertai dengan pemberian sedikit pupuk. Proses ini bertujuan supaya benih mudah
tumbuh. Proses selanjutnya adalah menebar benih pada lahan semai yang sudah
disediakan.
58 Sebelum benih disemai, benih terlebih dahulu direndam selama 48 jam.
Benih yang mengapung dibuang karena merupakan benih yang tidak bagus dan benih yang bagus adalah benih yang tenggelam di dalam air. Perendaman tersebut
dilakukan selama dua malam sampai benih berkecambah. Kemudian dibiarkan selama satu malam agar benih mongering dan mudah untuk disebar. Lama
persemaian benih Bondoyudo yang tepat adalah 15 hingga 20 hari. Tetapi kebanyakan petani masih mengikuti prosedur persemaian yang sudah turun
temurun yaitu selama 20 hingga 30 hari. b. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan untuk menggemburkan tanah guna menciptakan struktur lahan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Dalam usahatani padi Bondoyudo, pengolahan lahan juga berfungsi untuk menstabilkan kondisi lahan, memperbaiki sifat fisik tanah serta
memperbaiki pengairan drainase sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. Kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan baik untuk padi Bondoyudo
adalah membabat jerami, memopok pematang, pembajakan lahan dan perataan permukaan lahan.
Petani biasanya melakukan proses pengolahan lahan dengan menggunakan traktor maupun bajak kerbau. Traktor dan bajak kerbau diperoleh
dengan cara menyewa atau dengan menggunakan kerbau milik sendiri. Babat jerami dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa jerami dari musim panen
sebelumnya yang terdapat di areal sawah dengan membenamkan jerami ke dalam tanah. Namun kebanyakan petani tidak melakukan babat jerami tetapi langsung
membajak tanah. Membersihkan pematang memopok dilakukan dengan menutup pematang sawah dengan lumpur sawah agar aliran air di lahan tidak
bocor. Proses pengolahan lahan mulai dari pembabatan jerami dilakukan oleh operator traktor dan bajak kerbau. Sebelum lahan dibajak, terlebih dahulu
digenangi dengan air guna mempermudah proses pembajakan. Lama pembajakan tergantung luas lahan yang akan dibajak.
Kedalaman mata bajak untuk padi Bondoyudo adalah 20 hingga 30 centimeter. Selanjutnya dilakukan perataan
permukaan lahan nyorokan, jika lahan telah rata dan gembur maka lahan siap untuk ditanami.
59
c. Penanaman tandur