Pestisida Pembibitan METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

55 pertanian yang terdapat di sekitar tempat tinggal petani dan pasar. Harga pupuk tersebut masing-masing untuk Urea, TSP dan NPK adalah Rp 1.500; Rp 2.000; Rp 2.000 per kilogram. Selain pupuk kimia, petani menggunakan pupuk organik yang diperoleh dari bantuan pemerintah. Distribusi pupuk organik adalah melalui Gapoktan dengan membayar biaya operasional sebesar Rp 5.000 per lima kilogram. Penggunaan pupuk organik di daerah penelitian adalah rata-rata 25,27 kilogram per hektar per musim tanam. Berdasarkan wawancara dengan pihak penyuluh pertanian, dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat menghemat penggunaan pupuk kimia dan produksi padi akan lebih tinggi. Akan tetapi petani sudah sangat tergantung dengan penggunaan pupuk kimia sehingga walaupun sudah menggunakan pupuk organik namun petani tetap menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang sama dan bahkan masih banyak petani yang belum memanfaatkan adanya pupuk organik subsidi tersebut.

c. Pestisida

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida yang terdiri dari pestisida padat dan cair atau serbuk. Pestisida padat adalah furadan yang diberikan dengan cara ditaburkan pada lahan sawah. Jumlah penggunaan furadan yang tepat di daerah penelitian adalah 20 kilogram per hektar. Namun berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata penggunaan furadan per hektar per musim tanam adalah 17,73 kilogram. Jumlah penggunaan furadan yang tidak sesuai dengan ukuran ajuran pemerintah disebabkan karena kurangnya modal petani untuk membeli furadan, dimana harga furadan adalah Rp 12.500 per kilogram. Pestisida dalam bentuk serbuk dan cair yang digunakan untuk usahatani padi Bondoyudo adalah Ripcor, Decis, Sidabas dan Micinta. Petani menggunakan pestisida-pestisida tersebut sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Penggunaan pestisida ini adalah dengan mencampur dengan air sesuai takaran kemudian pestisida tersebut disemprotkan pada tanaman yang terserang hama dan penyakit sesuai dengan tingkat kerusakan tanaman. Petani tidak mempunyai standar khusus dalam penggunaan pestisida serbuk dan cair, justru petani menghindari penggunaan pestisida ini. Berdasarkan hasil penelitian, 56 jenis pestisida paling banyak menggunakan Ripcor yaitu dengan rata-rata 2,97 kaleng per hektar per musim tanam.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap biaya usahatani. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk padi varietas Bondoyudo adalah dengan menghitung hari orang kerja HOK dikalikan dengan upah per HOK. Perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja mulai pembuatan media bibit, menabur, meratakan tanah, menggarisi lahan penanaman, penyulaman dan penyiangan pemupukan, penyemprotan dan panen. Pada Tabel 13 dapat dilihat jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya padi Bondoyudo. Tabel 13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Budidaya Padi Bondoyudo No Proses Budidaya HOK keluarga HOK luar keluarga 1 Pembibitan 20,25 3,5 2 Pengolahan lahan 35,3 958,25 3 Penanaman 28,13 98,28 4 Pemupukan 11,69 9,13 5 Penyiangan dan penyulaman 29,84 44,55 6 Pengendalian hama dan penyakit 10,95 9,13 7 Pemanenan 210,4 1339,012 Total 346,5 2861,81 Di daerah penelitian satu hari kerja berkisar enam jam yang dimulai dari pukul 06.00 sampai pukul 12.00 dengan upah Rp 15.000 per hari untuk pria dan Rp 12.000 per hari untuk wanita. Adanya perbedaan upah pria dan wanita menyebabkan satu hari kerja wanita HKW terlebih dahulu dikonversikan ke hari kerja pria HKP. Tenaga kerja pria dengan upah Rp 15.000 dihitung sebagai satu HKP sedangkan wanita dengan upah Rp 12.000 dihitung sebagai 0,8 HKP. Perhitungan tersebut diperoleh dari pembagian antara upah wanita dengan upah pria. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan petani untuk melaksanakan suatu kegiatan usahatani dikonversikan ke jumlah HOK. Ketetapan satu HOK dalam usahatani adalah 8 jam sehingga satu hari kerja di daerah penelitian setara dengan 57 68 HOK. Demikian juga dengan upah dimana upah per hari di daerah penelitian dikonversikan ke upah per HOK. Karena sebelumnya HKW telah dikonversikan ke HKP maka upah per hari yang ditetapkan adalah Rp 15.000. Upah tersebut merupakan upah selama enam jam kerja sehingga upah per jam Rp 2.500. Oleh karena itu upah per HOK selama 8 jam adalah Rp 20.000. Sistem upah tenaga kerja di tempat penelitian terdapat dua bagian yaitu upah harian dan upah ngepak. Tenaga kerja ngepak adalah tenaga kerja upahan mulai dari proses penanaman hingga panen atau mulai proses penyiangan hingga panen tergantung kesepakatan pemilik lahan dengan tenaga kerja upah tersebut. Upah bagi tenaga kerja ngepak dihitung berdasarkan jumlah produksi padi dengan perbandingan satu banding empat. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan menyewa traktor dengan sistem borongan. Biaya sewa traktor berkisar Rp 800.000 per hektar. Selain traktor, pengolahan lahan juga dilakukan dengan menggunakan bajak kerbau dengan biaya sewa Rp 400.000 per hektar.

6.1.2 Teknik Budidaya

Teknik budidaya merupakan hal yang sangat penting dalam usahatani karena dapat menentukan jumlah output yang dihasilkan. Perlakuan atau teknik budidaya padi Bondoyudo terdiri dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyulaman, pengendalian hama dan penyakit serta panen. Di bawah ini adalah perincian masing-masing proses budidaya padi Bondoyudo.

a. Pembibitan

Proses pembibitan dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan media tanam. Pembuatan media atau tempat persemaian dilakukan dengan mencangkul dan membersihkan lahan. Media semai yang digunakan oleh petani adalah pada lahan sawah dengan ukuran kira-kira lima meter persegi untuk benih satu hektar atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pembuatan media semai kadang disertai dengan pemberian sedikit pupuk. Proses ini bertujuan supaya benih mudah tumbuh. Proses selanjutnya adalah menebar benih pada lahan semai yang sudah disediakan. 58 Sebelum benih disemai, benih terlebih dahulu direndam selama 48 jam. Benih yang mengapung dibuang karena merupakan benih yang tidak bagus dan benih yang bagus adalah benih yang tenggelam di dalam air. Perendaman tersebut dilakukan selama dua malam sampai benih berkecambah. Kemudian dibiarkan selama satu malam agar benih mongering dan mudah untuk disebar. Lama persemaian benih Bondoyudo yang tepat adalah 15 hingga 20 hari. Tetapi kebanyakan petani masih mengikuti prosedur persemaian yang sudah turun temurun yaitu selama 20 hingga 30 hari. b. Pengolahan lahan Pengolahan lahan dilakukan untuk menggemburkan tanah guna menciptakan struktur lahan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam usahatani padi Bondoyudo, pengolahan lahan juga berfungsi untuk menstabilkan kondisi lahan, memperbaiki sifat fisik tanah serta memperbaiki pengairan drainase sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. Kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan baik untuk padi Bondoyudo adalah membabat jerami, memopok pematang, pembajakan lahan dan perataan permukaan lahan. Petani biasanya melakukan proses pengolahan lahan dengan menggunakan traktor maupun bajak kerbau. Traktor dan bajak kerbau diperoleh dengan cara menyewa atau dengan menggunakan kerbau milik sendiri. Babat jerami dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa jerami dari musim panen sebelumnya yang terdapat di areal sawah dengan membenamkan jerami ke dalam tanah. Namun kebanyakan petani tidak melakukan babat jerami tetapi langsung membajak tanah. Membersihkan pematang memopok dilakukan dengan menutup pematang sawah dengan lumpur sawah agar aliran air di lahan tidak bocor. Proses pengolahan lahan mulai dari pembabatan jerami dilakukan oleh operator traktor dan bajak kerbau. Sebelum lahan dibajak, terlebih dahulu digenangi dengan air guna mempermudah proses pembajakan. Lama pembajakan tergantung luas lahan yang akan dibajak. Kedalaman mata bajak untuk padi Bondoyudo adalah 20 hingga 30 centimeter. Selanjutnya dilakukan perataan permukaan lahan nyorokan, jika lahan telah rata dan gembur maka lahan siap untuk ditanami. 59

c. Penanaman tandur