Pengujian Parameter secara Keseluruhan Uji-F Defenisi Operasional

41 X 7 = pupuk furadan kilogram per hektar per musim tanam X 8 = pestisida cair kaleng per hektar per musim tanam X 9 = tenaga kerja HOK per musim tanam u = unsur sisa galat Metode statistik yang digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktoer produksi dalam fungsi produksi tersebut adalag regresi. Pendugaan model yang digunakan adalah model kuadrat terkecil ordinary least square, OLS. Dari analisis regresi linier sederhana akan didapat besarnya nilai t- hitung, F-hitung dan koefisien determinasi R 2 . Pengujian hipotesis secara statistik hanya dilakukan untuk hasil regresi dari hasil faktor-faktor produksi yang dihasilkan dari pengolahan data.

a. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman produksi Y dapat diterangkan oleh model degaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti semakin besar keragaman hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: R 2 1‐ Σ Y₁‐Y 2 Σ Y ₁ ‐Ÿ 2

b. Pengujian Parameter secara Keseluruhan Uji-F

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas atau dengan kata lain apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk meduga produksi padi Bondoyudo. Pengjiannya adalah sebagai berikut: Hipotesis H : b 1 = b 2 = …. = b 12 = 0 H ₁: paling sedikit ada satu bi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F F hitung R² k‐1 1‐R² n‐k 42 Dimana: R 2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel bebas = 9 n = jumlah sampel = 40 Kriteria uji: F-hitungF-tabel k-1,n-k, maka tolak Ho F-hitungF-tabel k-1,n-k, maka terima Ho Jika menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value α, maka tolak Ho P-value α, maka terima Ho Apakah nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel atau P α tolak H0 berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi Y. Sebaliknya apabila nilai F-hitung lebih kecil dari F-tabel atau P α terima Ho berarti secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi Y.

c. Pengujian Parameter Secara Individu Uji-t

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas X i yang digunakan secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas Y. Pengujian secara statistik sebagai berikut: Ho : b 1 = 0 H 1 : b 1 ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t t-hitung biSbi Dimana: bi = koefisien regresi ke-i Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i Kriteria uji: t-hitung t-tabel ά2, n-k, maka tolak Ho t-hitung t-tabel ά2, n-k, maka terima Ho 43 Jika tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan criteria sebagai berikut: P-value α, maka tolak Ho P-value α, maka terima Ho Jika nili t-hitung lebih besar dari t-tabel atau P-value α tolak Ho maka variabel uang diuji faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas hasil produksi dan sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t- tabel atau P-value α terima Ho berarti variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

4.4.3 Analisis Tataniaga

Analisis saluran tataniaga dilakukan dengan mengidentifikasi alur tataniaga serta mengidentifikasi lembaga tataniaga yang terlibat. Skema tataniaga dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur tataniaga yang terjadi pada tataniaga beras dari petani hingga konsumen akhir. Selanjutnya mengidentifikasi fungsi tataniaga dari masing-masing lembaga tataniaga dalam proses penyaluran padi dari petani sampai ke konsumen dalam bentuk beras sehingga dapat meningkatkan nilai guna. Analisis marjin dilakukan untuk mengetahui komponen biaya tataniaga serta bagian yang diterima masing-masing pelaku pasar yang terlibat dalam tataniaga beras. Adanya perbedaan harga ditingkat petani dengan konsumen menyebabkan marjin yang diterima masing-masing pelaku pasar akan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga tataniaga dalam menjalankan fungsi tataniaga. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga. Menurut Limb matematis dapat dirum Berdasarkan persama Maka besarnya marjin Keterangan : Mi : marji Hji : harga Hbi : harga Ci : biaya i : keun i : 1, 2, mi : marji Bagian yang dapat diketahui mela melihat apakah tatani kepada petani. Semak petani farmer’s share dengan marjin tatania Fs = Pf x 100 Pr Keterangan : Fs : Farmer’s share Pf : Harga yang diteri Pr : Harga yang dibay Dari nilai ma biaya yang dikeluark mbong dan Sitorus 1987, perhitungan marjin rumuskan sebagai berikut : Mi = Hji – Hbi Mi = Ci + i Hji – Hbi = Ci + i aan di atas, keuntungan tataniaga pada tingkat i = Hji – Hbi – Ci rjin tataniaga adalah mi = ∑ Mi rjin tataniaga pada pasar tingkat ke i Rpkg rga penjualan pada pasar tingkat ke i Rpkg rga pembelian pada pasar tingkat ke i Rpkg ya pada pasar tingkat ke i Rpkg untungan tataniaga pada pasar tingkat ke i Rp 2, 3, .... n rjin tataniaga g diterima petani dari harga yang terjadi dik elalui farmer’s share. Nilai farmer’s share d aniaga produk tersebut memberikan balas jasa akin tinggi marjin tataniaga maka bagian yang are semakin rendah atau Farmer’s share berh iaga. Farmer’s share dihitung dengan rumus s 00 erima petani Rpkg ayar konsumen Rpkg marjin tataniaga dapat diketahui rasio keunt rkan oleh lembaga tataniaga. Rasio ini menun 44 in tataniaga secara at ke-i adalah pkg dikonsumen akhir digunakan untuk sa yang seimbang ng akan diperoleh rhubungan negatif sebagai berikut : ntungan terhadap unjukkan besarnya 45 keuntungan yang diperoleh terhadap biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio keuntunganBiaya = Keuntungan Li Biaya Tataniaga Ci

4.5 Defenisi Operasional

Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi usahatani dan menganalisis pendapatan serta tataniaga varietas Bondoyudo antara lain : 1. Umur padi adalah jumlah hari atau lamanya antara tanam dan panen. 2. Biaya sewa lahan diasumsikan Rp 3.000.000 per musim tanam 3. Jarak tanam adalah jauhnya perbedaan dari satu rumpun padi ke rumpun padi di sekitarnya pada saat ditanam cm. 4. Satuan penggunaan pestisida dalam usahatani adalah kaleng. 5. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa gabah kering panen GKP dalam satuan kghamusim atau kghamusim tanam 6. Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga gabah kering panen GKP untuk padi varietas Bondoyudo yang diterima petani dalam satuan Rpkg. 7. Harga jual petani dalam analisis tataniaga adalah harga gabah kering panen GKP untuk padi Bondoyudo yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rpkg. 8. Harga beli pedagang pengumpul adalah harga gabah kering panen GKP untuk padi Bondoyudo yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rpkg. V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Wilayah dan Topografi dan Demografi Kecamatan Cibungbulang Salah satu wilayah yang potensial dalam usahatani padi di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang memiliki luas wilayah 16.385 hektar terdiri dari 8.313 hektar sawah dan 8.072 hektar darat. Sebagian besar lahan tersebut belum diusahakan oleh petani secara optimal. Hal ini disebabkan karena berbagai masalah, yaitu: 1. Masih rendahnya adopsi teknologi pada tingkat petani 2. Belum optimalnya ketersediaan dan penggunaan sarana produksi pupuk, benih dan pestisida 3. Rendahnya kualitas dan etersediaan infrastruktur serta saran pertanian 4. Belum optimalnya penanganan pasca panen dan pemasaran. 5. Terjadinya alih fungsi lahan 6. Rendahnya ketersediaan cadangan beras pada musim paceklik 7. Kurangnya emampuan petani dalam mengakses modal 8. Belum optimalnya peran kelembagaan tani Kondisi lahan di Kecamatan Cibungbulang memiliki kareakteristik lahan sangat mendukung dalam usahatani padi. Jenis tanah di Kecamatan Cibungbulang adalah Latosol. Ketinggian lahan adalah 300 hingga 500 meter di atas permukaan laut, kemiringan lahan antara lima hingga 35 persen dengan PH tanah lima hingga enam. Drainse di Kecamatan Cibungbulang tergolong baik dan jumlah curah hujan lebih dari 10 bulan basah. Jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 121.756 jiwa. Sebagian besar penduduk Kecamatan Cibungbulang belum mengecap pendidikan yang layak. Dari 121.756 jiwa, hanya 212 jiwa yang lulus perguruan tinggi, 1.333 jiwa lulusan akademi, 5.554 lulusan SLTA, 16.265 jiwa lulusan SLTP, 47.772 jiwa lulusan SD dan 44.904 jiwa tidak tamat SD. Sebagian besar penduduk Cibungbulang bekerja di sektor pertanian dan peternakan 11.288 jiwa, buruh 10.276 jiwa, dagangwiraswasta 8.187 jiwa, pegawaiaryawan 3.589 jiwa, PNSPolri 477 jiwa dan pekerjaan lain 960 jiwa. 47 Kecamatan Cibungbulang terdiri dari 15 desa. Desa-desa tersebut adalah Situ Udik, Situ Ilir, Cibatok 2, Ciaruten Ilir, Ciaruten Ilir, Cibatok 1, Sukamaju, Cemplang, Galuga, Dukuh, Cimanggu 1, Cimanggu 2, Girimulya, Leuweung Kolo dan Cijujung. Produk pertanian andalan di Kecamatan Cibungbulang adalah padi. Desa Situ Ilir merupakan desa penghasil padi terbesar di Cibungbulang dengan luas panen 549 hektar dan produktivitas 5,9 ton per hektar Kecamatan Cibungbulang, 2007. Desa Situ Ilir merupakan lokasi Gapoktan Tani Bersatu. Pekerjaan mayoritas penduduk di Desa Situ Ilir adalah pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian dan sisanya buruh swasta, PNS, pedagang dan TNI. Penduduk di desa-desa memiliki pendidikan yang rendah. Mayoritas penduduk tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 808 jiwa, lulusan SD sederajat sebanyak 242 jiwa, lulusan sekolah menengah pertama sebanyak 242 jiwa sedangkan 658 jiwa penduduk adalah lulusan sekolah menengah atas.

5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani