Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

34 Margin tataniaga pada suatu saluran tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani farmer’s share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

3.1.2.4 Efisiensi Tataniaga

Salah satu cara untuk mempelajari apakah suatu sistem tataniaga telah bekerja efisien dalam suatu struktur pasar tertentu dengan melakukan analisis terhadap biaya dan margin tataniaga serta analisis terhadap penyebaran harga dari tingkat produsen hingga ke tingkat eceran konsumen, untuk melihat besarnya sumbangan pedagang perantara sebagai penyumbang antar produsen ke konsumen. Tingkat efisiensi tataniaga juga dapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga mendefenisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien Limbong dan Sitorus, 1987.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Beras sangat dibutuhkan masyarakat sebagai bahan makanan pokok. Produksi dan ketersediaan beras dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan akan pangan termasuk beras semakin meningkat juga. Pada tahun 2000 hingga 2006, laju pertumbuhan penduduk diperkiran sebesar 1,36 persen per tahun dan konsumsi beras diperkirakan sebesar 137 kilogram per kapita. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk diperkirakan tidak sebanding dengan produksi padi dalam negeri sehingga ketersediaan beras tidak mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang bertujuan untuk meningkat produksi padi dalam negeri guna 35 menjaga ketersediaan pangan serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan. Salah satu daerah yang memiliki potensi dan diharapkan memberikan kontribusi dalam mewujudkan program pemerintah tersebut adalah Kecamatan Cibungbulang. Namun, pada tahun 2008 hama tungro mulai mewabah dan diduga penyebaran hama tungro tersebut dapat mengurangi produktivitas padi. Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan segera menindak masalah ini dengan menganjurkan petani untuk menggunakan varietas unggul nasional yaitu varietas Bondoyudo. Anjuran pemerintah untuk menggunakan varietas Bondoyudo belum sepenuhnya dapat diterima oleh para petani. Sebagian petani yang belum menggunakan padi Bondoyudo kurang yakin dengan pendapatan mereka apabila menggunakan padi Bondoyudo dalam usahataninya. Selain itu, petani masih ragu dengan tataniaga karena mengganggap padi Bondoyudo belum bisa diterima di pasar. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini menganalisis usahatani dan sistem tataniaga padi beras varietas Bondoyudo. Analisis usahatani yang dilakukan berupa analisis pendapatan, efisiensi usahatani dan analisis faktor-faktor produksi. Sedangkan analisis tataniaga berupa analisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga, dan efisiensi tataniaga. Dengan mengetahui saluran tataniaga, penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui karakteristik pelaku tataniaga. Secara singkat, kerangka pemikiran operasional penelitian ini digambarkan pada Gambar 3. 36 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional • Produksi Beras lokal tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri karena laju pertumbuhan penduduk dan konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita. • Kabupaten Bogor memiliki potensi untuk meningkatkan produksi beras • Penyakit tungro mewabah di Kecamatan Cibungbulang dan dapat menurunkan produksi • Pemerintah melalui Litbang menciptakan varietas Bondoyudo yang tahan tungro dan dianjurkan supaya semua petani menggunakan Bondoyudo • Petani belum seluruhnya menggunakan Bondoyudo Analisis Usahatani Padi Bondoyudo Analisis Usahatani • Analisis pendapatan usahatani - Penerimaan usahatani - Biaya usahatani • Analisis efisiensi usahatani - RC rasio • Analisis faktor-faktor produksi Analisis tataniaga • Saluran dan lembaga tataniaga • Fungsi-fungsi tataniaga • Efisiensi tataniaga - Margin tataniaga - Farmer’s share - Rasio keuntunganbiaya Rekomendasi kepada petani tentang usahatani dan tataniaga bondoyudo melalui pihak penyuluh • Apakah petani tidak yakin dengan produktivitas • Apakah petani tidak yakin dengan tataniaga Rekomendasi kepada penyuluh pertanian daerah Analisis Tataniaga Padi Bondoyudo

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian