Simulasi Pengelolaan Terpadu Simulasi Model Dinamik

Lampiran 28. Pengelolaan terpadu menyebabkan limbah yang dibuang ke perairan berada dibawah ambang batas pada akhir simulasi. Simulasi pengelolaan terpadu ekosistem terumbu karang terhadap jumlah wisatawan, nilai WTP wisatawan dan limbah yang dibuang ke perairan dapat dilihat pada Gambar 64a dan Gambar 64b. a b Gambar 65. Simulasi pengelolaan terpadu terhadap jumlah wisatawan dan daya dukung penginapan dengan tanpa pengelolaan a dan adanya pengelolaan b. Pengelolaan terpadu ekosistem terumbu di Pulau Pramuka menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung lebih banyak dibandingkan tanpa adanya pengelolaan. Jumlah wisatawan tersebut hingga melebihi daya dukung 1:24 PM Wed, Aug 22, 2012 Page 1 0.00 24.00 48.00 72.00 96.00 120.00 Months 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000 20000 1: TOURIST 2: Day a dukung penginapan 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1:42 PM Wed, Aug 22, 2012 Page 1 0.00 24.00 48.00 72.00 96.00 120.00 Months 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000 20000 1: TOURIST 2: Day a dukung penginapan 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Mei 2012 Mei 2014 Mei 2018 Mei 2020 Mei 2022 Mei 2016 Mei 2012 Mei 2014 Mei 2018 Mei 2020 Mei 2022 Mei 2016 penginapan yang ada yaitu pada simulasi ke-20 Januari 2014 hingga simulasi ke- 49 Juni 2016, simulasi ke-69 Pebruari 2018 hingga simulasi ke-76 September 2018 dan simulasi ke-94 Maret 2020 hingga simulasi ke-102 Nopember 2020 serta simulasi ke-120 Mei 2022 Gambar 65a dan Gambar 65b.

4.1.5.5 Analisis Skenario Pengelolaan Terumbu Karang

Pengelolaan ekosistem terumbu karang terdiri dari 5 skenario, yaitu : skenario A yaitu tanpa adanya pengelolaan, skenario B yaitu pengelolaan sub- model biologi, skenario C yaitu pengelolaan sub-model sosial-ekonomi, skenario D yaitu pengelolaan sub-model lingkungan perairan dan skenario E yaitu pengelolaan terpadu yang meliputi pengelolaan sub-model biologi, sub-model lingkungan perairan dan sub-model sosial ekonomi. Untuk melihat seberapa besar nilai atau skor dari masing-masing skenario pengelolaan dan juga untuk memilih skenario yang tepat dan terbaik bagi pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan di Pulau Pramuka maka dilakukan analisis trade-off dari seluruh skenario. Bobot untuk masing- masing kriteria adalah sub-model biologi sebesar 40, sub-model lingkungan perairan sebesar 30 dan sub-model sosial ekonomi sebesar 30. Kriteria sub- model biologi memiliki bobot yang terbesar karena variabel-variabel didalam sub- model tersebut terkait secara langsung dengan keberlanjutan ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka. Nilai simulasi dan skor untuk masing-masing skenario dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 untuk kriteria sub-model biologi maka skenario E memiliki nilai yang tertinggi sebesar 100 kemudian diikuti dengan skenario B sebesar 87.21, skenario D sebesar 16.83, skenario C sebesar 0.95 dan skenario A sebesar 0.00. Skenario terbaik untuk sub-model biologi adalah pengelolaan terpadu kemudian selanjutnya pengelolaan faktor-faktor yang mengancam terumbu karang, pengolahan limbah, pengelolaan biaya masuk dan tanpa pengelolaan. Berdasarkan kriteria sub-model lingkungan perairan maka skenario D memiliki nilai tertinggi yaitu 100, kemudian diikuti skenario A sebesar 85.46, skenario C sebesar 33.40, skenario A sebesar 27.33 dan skenario B sebesar 0.00. Pengelolaan limbah merupakan pengelolaan terbaik untuk kriteria sub-model lingkungan perairan disebabkan karena total limbah yang dibuang ke perairan lebih rendah dibandingkan pengelolaan lainnya. Skenario pengelolaan biaya masuk merupakan skenario pengelolaan dengan skor terendah karena disebabkan total limbah yang dibuang ke perairan paling tinggi dibandingkan pengelolan lainnya. Berdasarkan kriteria sub-model sosial ekonomi maka skenario E memiliki nilai tertinggi yaitu 100, kemudian diikuti skenario B sebesar 55.82, skenario D sebesar 37.92, skenario C sebesar 24.89 dan skenario A sebesar 7.88. Pada kriteria sub-model sosial ekonomi maka skenario pengelolaan terpadu merupakan skenario pengelolaan yang paling baik dibandingkan dengan skenario pengelolaan lainnya. Skenario tanpa pengelolaan merupakan skenario pengelolaan dengan skor terendah disebabkan tidak adanya pengelolaan baik faktor-faktor yang mengamcam langsung skosistem terumbu karang, pengolahan limbah serta tidak adanya biaya masuk ke kawasan konservasi Pulau Pramuka. Secara keseluruhan maka skenario E memiliki nilai skor tertinggi yaitu sebesar 95.15, kemudian diikuti skenario D sebesar 51.58, skenario B sebesar 47.68, skenario C sebesar 19.75 dan skenario A sebesar 11.74. Berdasarkan hasil akhir dari pembobotan pada masing-masing skenario maka skenario A memiliki nilai tertinggi sebesar 101.81, kemudian diikuti skenario B sebesar 53.49, skenario D sebesar 52.70, skenario C sebesar 19.81 dan skenario A sebesar 11.73. Berdasarkan analisis trade-off untuk memilih skenario apa yang paling tepat didalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka maka skenario pengelolaan terpadu merupakan skenario yang terbaik dibandingkan skenario pengelolaan lainnya. Kemudian diikuti dengan skenario pengelolaan faktor-faktor yang mengancam terumbu karang, skenario pengelolaan melalui pengolahan limbah yang dibuang ke perairan, skenario pengelolaan biaya masuk kawasan konservasi dan terakhir adalah skenario tanpa ada pengelolaan. Tabel 13. Nilai hasil simulasi setiap masing-masing skenario. Kriteria Skenario A B C D E Sub-model biologi 1 Tutupan karang hidup stasiun 1 0.02 69.16 0.04 0.18 71.31 2 Tutupan karang hidup stasiun 2 0.02 28.04 0.02 0.03 58.09 3 Tutupan karang hidup stasiun 3 0.03 56.12 0.03 13.64 60.51 4 Tutupan karang hidup stasiun 4 0.02 70.24 0.02 0.03 72.28 5 Tutupan karang hidup stasiun 5 0.02 69.31 0.02 0.03 71.11 6 Tutupan alga stasiun 1 55.24 0.45 54.20 41.95 0.01 7 Tutupan alga stasiun 2 52.39 28.14 51.34 39.00 0.03 8 Tutupan alga stasiun 3 52.05 2.62 51.07 26.20 0.02 9 Tutupan alga stasiun 4 55.46 0.36 54.43 42.47 0.01 10 Tutupan alga stasiun 5 54.77 0.26 53.78 42.31 0.01 Sub-model lingkungan perairan 11 Limbah jumlah total BOD yang dibuang ke perairan mgl 25 320.53 27 758.07 24 778.97 18 837.92 20 135.22 Sub-model sosial ekonomi 12 Jumlah wisatawan orang 2 074 9 363 367 6 949 13 478 13 WTP ratusan ribu rupiah 2.72 2.91 3.10 2.82 3.23 14 Total benefit ratusan ribu rupiah + 5 641.28 27 246.33 1 137.70 19 596.18 43 533.94 Keterangan : + = nilai total benefit belum didiskon dan hanya untuk mengetahui aliran nilai multiyears; = benefit indicators; = cost indicators 96 Tabel 14. Skor untuk masing-masing skenario. Kriteria Skoring skenario A B C D E Sub-model biologi bobot 40 1 Tutupan karang hidup stasiun 1 0.00 97.00 0.02 0.21 100.00 2 Tutupan karang hidup stasiun 2 0.00 48.25 0.01 0.01 100.00 3 Tutupan karang hidup stasiun 3 0.00 92.75 0.01 22.50 100.00 4 Tutupan karang hidup stasiun 4 0.00 97.18 0.01 0.01 100.00 5 Tutupan karang hidup stasiun 5 0.00 97.46 0.01 0.01 100.00 6 Tutupan alga stasiun 1 0.00 99.21 1.90 24.06 100.00 7 Tutupan alga stasiun 2 0.00 46.33 2.02 25.59 100.00 8 Tutupan alga stasiun 3 0.00 95.00 1.88 49.69 100.00 9 Tutupan alga stasiun 4 0.00 99.37 1.86 23.43 100.00 10 Tutupan alga stasiun 5 0.00 99.55 1.80 22.75 100.00 Rerata 0.00 87.21 0.95 16.83 100.00 Ranking 5 2 4 3 1 Sub-model lingkungan perairan bobot 30 11 Limbah jumlah total BOD yang dibuang ke perairan mgl 27.33 0.00 33.40 100.00 85.46 Rerata 27.33 0.00 33.40 100.00 85.46 Ranking 4 5 3 1 2 Sub-model sosial ekonomi bobot 30 12 Jumlah wisatawan orang 13.02 68.61 0.00 50.20 100.00 13 WTP ratusan ribu rupiah 0.00 37.25 74.68 20.02 100.00 14 Total benefit ratusan ribu rupiah 10.62 61.58 0.00 43.54 100.00 Rerata 7.88 55.82 24.89 37.92 100.00 Ranking 5 2 4 3 1 Skor rerata keseluruhan 11.74 47.68 19.75 51.58 95.15 Ranking 5 3 4 2 1 Nilai akhir dengan pembobotan 11.73 53.49 19.81 52.70 101.81 Ranking 5 2 4 3 1 Keterangan : = benefit indicators; = cost indicators 93 97

4.1.5.6 Simulasi Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil simulasi pertumbuhan penduduk dan daya dukung pemukiman bagi penduduk di Pulau Pramuka pada bulan Mei 2012 hingga Mei 2022 maka terlihat pada awal simulasi jumlah penduduk yang ada masih berada dibawah daya dukung pemukiman. Pada simulasi ke-39 Agustus 2015 terlihat jumlah penduduk mendekati daya dukungnya hingga akhir simulasi. Berdasarkan simulasi terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Pulau Pramuka dibatasi oleh luasan pemukiman yang ada hingga akhir simulasi Mei 2020 dimana jumlah penduduk mencapai 2 585 orang atau sekitar 187 dari jumlah penduduk saat ini Gambar 66. Gambar 66. Simulasi pertumbuhan penduduk dan daya dukung pemukiman di Pulau Pramuka pada Mei 2012 hingga Mei 2022.

4.2 Pembahasan

Tidak adanya upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang menyebabkan tutupan karang hidup akan semakin berkurang dan tutupan alga akan semakin tinggi dalam 10 tahun ke depan. Hal ini selain disebabkan tidak adanya pengelolaan faktor-faktor yang mengancam terumbu karang dan juga disebabkan tidak adanya pengolahan limbah BOD sebelum dibuang ke sehingga nilainya mencapai 25 320.53 mgl yang mendekati ambang batas nilai BOD untuk kesehatan karang yang berdasarkan simulasi yaitu sebesar 26 821.44 mgl. 3:22 PM Wed, Aug 22, 2012 Page 1 0.00 24.00 48.00 72.00 96.00 120.00 Months 1: 1: 1: 2: 2: 2: 1500 3000 1: Penduduk 2: Day a dukung pemukiman 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Mei 2012 Mei 2014 Mei 2018 Mei 2020 Mei 2022 Mei 2016 Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka juga akan semakin berkurang. Penurunan kualitas tutupan karang dan kualitas lingkungan perairan membuat penilaian wisatawan terhadap ekosistem terumbu karang WTP menjadi yaitu sebesar Rp. 271 000,- pada 10 tahun yang akan datang yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai saat ini sebesar Rp. 343 000,-. Pengelolaan faktor-faktor yang mengancam terumbu karang yang dapat dilakukan antara lain : a. Pengurangan atau pembatasan aktifitas perikanan muroami yang hingga saat ini masih berlangsung, meskipun dengan jumlah armada yang telah jauh berkurang, dimana berdasarkan data dari Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupataen Administrasi Kepulauan Seribu jumlah unit muroami pada tahun 2009 berjumlah 29 unit menjadi 8 unit pada akhir tahun 2011; b. Pengelolaan sampah yang berasal dari penduduk setempat agar tidak dibuang langsung ke perairan yaitu dengan mengaktifkan kembali unit pembakaran sampah yang saat ini tidak beroperasi di Pulau Pramuka; c. Sampah dari luar Pulau Pramuka sangat sulit untuk dihindari mencapai perairan Pulau Pramuka terutama pada musim hujan sampah relatif lebih banyak mencapai perairan Pulau Pramuka dibandingkan pada musim lainnya. Sampah tersebut diduga berasal dari sungai-sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta. Pengelolaan sampah ini sangat terkait dengan lembaga pemerintah daerah lainnya seperti DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten; d. Pembuatan tambatan kapal permanen sangat diperlukan untuk menghidari kerusakan karang akibat jangkar kapal terutama kapal nelayan yang melakukan aktifitas di sekitar perairan Pulau Pramuka; e. Sosialisasi dan pelatihan tentang teknik menyelam dan snorkeling yang ramah lingkungan bagi para wisatawan yang tidak merusak ekosistem terumbu karang; f. Kegiatan perikanan tradisional seperti memancing dan ikan hias menggunakan metode yang ramah lingkungan dan tidak menginjak langsung karang yang dapat mengancam ekosistem terumbu karang; g. Pelarangan penggunaan bom dan potasium atau sianida, dimana kegiatan ini sudah berlangsung pada akhir tahun 1970-an hingga saat ini masih berlangsung terutama untuk menangkap ikan konsumsi dan ikan hias. Penggunaan bom hingga saat ini masih berlangsung dan menurut masyarakat pelakunya diduga berasal dari daerah di luar Kepulauan Seribu. Pengawasan dari Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Pemerintah Administrasi Kepeulauan Seribu harus ditingkatkan untuk menghindari ancaman dari perikanan yang merusak tersebut; h. Secara alami sedimentasi yang tinggi masih terjadi, baik karena adanya pola arus musiman yang membawa kandungan sedimen yang tinggi dan juga sedimentasi yang terjadi di dalam pelabuhan kabupaten yang apabila terbawa arus akan menutupi karang hidup di sekitar pelabuhan tersebut. Pengelolaan faktor-faktor yang mengancam terumbu karang membuat tutupan karang menjadi lebih baik dibandingkan saat ini. Pada stasiun 2 tutupan alga cenderung semakin tinggi pada akhir simulasi. WTP wisatawan lebih rendah yaitu sebesar Rp. 255 000,- pada akhir simulasi. Jumlah wisatawan menjadi lebih tinggi hingga mencapai 9 363 orang pada akhir simulasi dimana pada awal simulasi melebihi daya dukung penginapan yang ada. Limbah yang dibuang ke perairan mencapai 27 758.07 mgl yang berada diatas ambang batas yaitu 26 821.44 mgl yang menyebabkan tutupan alga pada stasiun 2 cenderung meningkat dibandingkan stasiun lainnya. Pengelolaan melalui biaya masuk kawasan konservasi Pulau Pramuka sebesar Rp. 36 000,- tidak mampu untuk memperbaiki kondisi tutupan karang hidup. Nilai WTP wisatawan lebih tinggi dibandingkan tanpa adanya pengelolaan yaitu sebesar Rp. 310 000,- akan tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung lebih sedikit hingga mencapai 367 orang pada akhir simulasi. Limbah yang dibuang ke perairan mencapai 24 778.97 mgl yang masih berada dibawah ambang batas. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap masyarakat maka sejumlah 68 limbah domestik masyarakat diendapkan dan kemudian menguap atau terserap ke tanah dan hanya sejumlah 32 dibuang langsung ke perairan tanpa melalui proses pengolahan terlebih dulu. Adanya pengolahan limbah sebelum dibuang ke perairan sangat penting dilakukan untuk menghindari pencemaran perairan yang semakin tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka yang dapat mengancam tutupan karang hidup. Skenario pengolahan air limbah yang dibuang ke perairan sebesar 30 hanya membuat tutupan karang hidup pada stasiun 1 dan stasiun 2 menjadi lebih baik hanya pada awal simulasi dan setelah 10 tahun akan semakin berkurang, sedangkan pada stasiun 3 tutupan karang hidup cenderung semakin baik pada akhir simulasi. Pada stasiun 4 dan stasiun 5 tutupan karang hidup cenderung menurun hingga akhir simulasi. Jumlah kandungan limbah mencapai 18 837.92 mgl yang masih berada dibawah ambang batas bagi kesehatan tutupan karang hidup hasil simulasi. Jumlah wisatawan yang berkunjung lebih banyak dibandingkan tanpa pengelolaan yaitu sebanyak 6 949 orang dan nilai WTP hanya sebesar Rp. 282 000,- yang lebih rendah dibandingkan awal simulasi. Pengelolaan terpadu ekosistem terumbu karang menyebabkan tutupan karang hidup untuk semua stasiun menjadi lebih baik dan tutupan alga menjadi berkurang. Limbah yang dibuang langsung ke perairan sejumlah 20 135.22 mgl yang berada dibawah ambang batas bagi kesehatan tutupan karang hidup hasil simulasi. Berdasarkan hasil simulasi pengelolaan terpadu maka diperoleh sebaran WTP berdasarkan kelompok pendapatan seperti pada Tabel 15. WTP tiap kelompok dan rerata pada akhir simulasi lebih kecil dibandingkan pada awal simulasi. Semakin besar pendapatan wisatawan maka keinginan untuk membayar kualitas ekosistem terumbu karang juga akan semakin besar. Tabel 15. Simulasi kelompok WTP dalam ratusan ribu rupiah berdasarkan pendapatan. Kelompok WTP Awal simulasi Mei 2012 Akhir simulasi Mei 2022 WTP 1.80 1.60 WTP 1 2.48 2.28 WTP 2 3.16 2.96 WTP 4 4.52 4.32 WTP 5 5.20 5.00 rerata 3.43 3.23 Sumber : data hasil olahan 2012 Pengelolaan terpadu menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung menjadi lebih banyak hingga mencapai 13 478 orang dan berada diatas daya dukung penginapan yang ada sebanyak 13 436 orang. WTP wisatawan sebesar Rp. 323 000,- per orang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario pengelolaan lainnya tetapi lebih kecil dibandingkan awal simulasi sebesar Rp. 343 000,-. Nilai