Sub-model Sosial Ekonomi
Data pemanfaatan
lahan Data
kuesioner wisatawan
Data penduduk
Analisis SIG Analisis WTP
Analisis pertumbuhan
penduduk
Sub-model Biologi
Survei photoquadrat
Data sedimen Survei faktor-faktor
penyebab kerusakan terumbu karang
Analisis tutupan karang dan
alga Analisis
sedimentasi Analisis faktor-faktor
penyebab kerusakan terumbu karang
Sub-model Lingkungan Perairan
Data curah hujan
Data sampel BOD
Analisis curah hujan
bulanan Analisis BOD
Pengembangan Model Dinamik Simulasi skenario pengelolaan
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di P. Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu
Tahap ke-1
Tahap ke-2
Tahap ke-3
Tahap ke-4
Analisis skenario pengelolaan dengan analisis kriteria ganda analisis trade-off
Gambar 9. Tahapan proses pengembangan model dinamik pengelolaan ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka, TN Kepulauan Seribu. 20
Gambar 10. Diagram causal-loops untuk ekosistem terumbu karang yang tidak berkelanjutan a dan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan b di
Pulau Pramuka, TN Kepulauan Seribu
kegiatan wisata
limbah ke perairan
pemanfaatan lahan
penduduk lokal
tutupan karang hidup
+ +
- -
+ -
+ -
-
+ perikanan yang
merusak -
kegiatan wisata
limbah ke perairan
pemanfaatan lahan
penduduk lokal
tutupan karang hidup
+ -
+ +
+ +
- -
+
+ perikanan yang
merusak +
pengolahan limbah
biaya masuk dan edukasi bagi
wisatawan pengendalian dan
perikanan ramah lingkungan
pengolahan limbah
a ekosistem terumbu karang tidak berkelanjutan
b ekosistem terumbu karang berkelanjutan
Gambar 10a menunjukkan diagram causal-loops dari kondisi ekosistem terumbu karang sekitar perairan Pulau Pramuka. Terdapat negatif feedback-loops.
Negatif feedback-loops dimulai dan diakhiri pada node kegiatan wisata dan limbah. Negatif feedback-loops menjelaskan bahwa meningkatnya kegiatan atau
aktifitas wisata akan mengurangi tutupan karang hidup sehingga konsekuensinya bahwa menurunnya tutupan karang hidup akan menekan kegiatan kegiatan wisata.
Akan tetapi dibutuhkan jeda waktu antara kegiatan wisata dan tutupan karang hidup untuk memperbaiki tutupan karang hidup.
Diagram causal-loops dari model sistem dinamik yang akan diteliti dalam rangka pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan dapat dilihat pada
Gambar 10b. Pengelolaan ekosistem terumbu karang melalui biaya masuk, edukasi bagi wisatawan, pengolahan limbah dan pengelolaan perikanan yang
merusak menyebabkan tutupan karang hidup semakin meningkat.
3.2.3 Struktur Model
Model pengelolan ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka terdiri dari 3 sub-model, yaitu sub-model biologi, sub-model lingkungan perairan dan sub-
model sosial ekonomi. Komponen dari suatu sub-model juga menjadi anggota komponen sub-model lainnya sehingga terdapat hubungan antara satu sub-model
dengan sub-model lainnya. Pada sub-model biologi, terdapat kompetisi ruang diantara karang dan alga.
Kompetisi tersebut dipengaruhi oleh faktor ruang yang menghambat dan faktor yang memacu. Sedimentasi dan aktifitas manusia yang bersifat merusak dapat
menghambat pertumbuhan karang dan kondisi karang tersebut akan menentukan kualitas dari ekosistem terumbu karang. Pertumbuhan alga dihambat oleh grazing
ikan herbivor dan sedimentasi sedangkan limbah organik dapat memacu pertumbuhan alga. Grazing ikan herbivor dipengaruhi oleh aktifitas penangkapan
oleh manusia. Sedimentasi yang mempengaruhi karang dan alga berubah sepanjang tahun yang disebabkan adanya musim timur dan musim barat. Struktur
model sub-model biologi dapat dilihat pada Gambar 11.
ruang karang
alga
pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang
sedimentasi
menghambat pertumbuhan
menghambat pertumbuhan
limbah organik
memacu pertumbuhan
aktifitas manusia
menghambat pertumbuhan
musim barat dan musim timur
grazing ikan herbivor
menghambat pertumbuhan
penangkapan ikan herbivor
mengurangi populasi
kualitas terumbu
karang
Gambar 11. Struktur sub- model biologi.
Pada sub-model lingkungan perairan, limbah organik yang berada di perairan berasal dari point source pollution limbah organik dan non-poit source
pollution limbah organik. Point source pollution limbah organik dihasilkan dari buangan domestik, baik oleh penduduk maupun wisatawan, yang dibuang
langsung ke perairan, sedangkan non-point source pollution dihasilkan dari aktifitas kegiatan manusia seperti aktifitas pelabuhandan juga disebabkan adanya
pola musim hujan. Pengolahan limbah organik sebelum dibuang ke perairan akan menentukan kualitas perairan tersebut. Struktur sub-model lingkungan perairan
dapat dilihat pada Gambar 12. Sub-model sosial ekonomi terdiri dari pemanfaatan lahan untuk
penambahan fasilitas wisata bagi wisatawan dan juga pemukiman penduduk. Populasi penduduk dipengaruhi oleh penambahan populasi, yaitu, laju kelahiran
dan laju orang yang datang dan menetap di pulau, dan pengurangan populasi, yaitu laju kematian dan laju orang yang meninggalkan pulau.
Penilaian wisatawan terhadap kondisi kualitas terumbu karang, kualitas lingkungan perairan dan kualitas fasilitas yang ada akan mempengaruhi keinginan
wisatawan untuk membayar berupa willingnes to pay WTP. Biaya masuk kawasan konservasi dan WTP akan mempengaruhi keinginan wisatawan untuk
datang berwisata kembali. Struktur sub-model sosial ekonomi dapat dilihat pada Gambar 13.
wisatawan
penduduk lokal
point source pollution
limbah organik
limbah organik
non-point source pollution limbah
organik aktifitas
manusia
pola musim hujan
kualitas lingkungan
perairan
pengolahan limbah
Gambar 12. Struktur sub-model lingkungan perairan.
lahan kosong
pemukiman penduduk
fasilitas penginapan
populasi penduduk
penambahan penduduk
laju kematian
imigrasi pengurangan
penduduk laju
kelahiran emigrasi
daya dukung pemukiman
jumlah wisatawan
daya dukung penginapan
biaya masuk Willingness to Pay
kualitas terumbu
karang kualitas
lingkungan perairan
kualitas fasilitas
penginapan
Gambar 13. Struktur sub-model sosial ekonomi.