Tingkat Partisipasi Kelompok dalam Program SL-PTT

Tabel 21 memperlihatkan bahwa komposisi responden antara yang mengatakan kuat dan lemah adalah seimbang hal ini disebabkan karena perbedaan keanggotaan kelompok tani dari responden. Beberapa program kerjasama misalnya antara PT Nutrimas dengan Gapoktan yaitu bantuan pinjaman saprodi pertanian, tidak semua Poktan anggota Gapoktan mendapat pinjaman atau kerjasama tersebut. Dari delapan Poktan yang tergabung ke dalam Gapoktan Jaya Tani saat ini hanya dua Poktan yang baru dapat bekerjasama dengan PT Nutrimas yaitu Poktan Subur Tani dan Adil Tani. Bentuk kerjasama yang dilakukan saat ini berupa pinjaman benih dan pupuk cair bagi petani, pinjaman tersebut dibayar ketika masa panen telah tiba. Jejaring kerjasama yang terlihat masih sangat lemah adalah akses terhadap permodalan dan pemasaran, salah satunya disebabkan karena di tingkat lokal belum terdapat koperasi. Gapoktan juga belum bisa mengakses lembaga permodalan diluar komunitas misalnya Bank.

6.6 Tingkat Partisipasi Kelompok dalam Program SL-PTT

Konsep partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep partisipasi Sherry Arstein 1969 yang lebih dikenal dengan istilah “Delapan Tangga Partisipasi Arnstein”. Konsep ini membagi tingkat partisipasi kedalam delapan tingkatan partisipasi yang digolongkan kedalam tiga golongan besar. Pertama adalah derajat terbawah, yaitu non participation manipulation dan therapy, derajat menengah atau derajat semu yaitu degrees of tokenism information, consultation, dan placation, dan terakhir adalah derajat tertinggi yaitu degrees of citizen power partnership, delegated power, dan citizen control. Dalam subab ini dibahas tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SL- PTT. Dengan melakukan analisis ini maka akan diketahui derajat keterlibatatan masyarakat dalam pelaksanaan program SL-PTT. Derajat keterlibatan masyarakat tersebut diukur dari variabel-variabel tingkat kehadiran dalam pertemuan, keaktifan dalam diskusi, keterlibatan dalam kegiatan fisik dan kesepakatan untuk membayar sumbangan.

1. Analisis Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan

Dalam menganalisis tingkat kehadiran dalam pertemuan ini digunakan skala penilaian dengan mengacu pada teori Sherry Arnstein yaitu delapan tangga partisipasi masyarakat. Kedelapan tangga tersebut adalah: a Hadir karena terpaksa; b Hadir sekedar memenuhi undangan; c Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat; d Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat akan tetapi pendapatnya tidak diperhitungkan; e Hadir dan memberikan pendapat namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan; f Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara; g Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan; dan h Hadir dan mampu membuat keputusan. Dari hasil penelitian, tingkat kehadiran dalam pertemuan dapat dijelaskan pada Tabel 22. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan No Variabel Skala Penilaian N Persentase Bobot Nx bobot 1 Tingkat kehadiran dalam pertemuan Hadir karena dipaksa - - 1 - Hadir sekedar memenuhi undangan - - 2 - Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat 5 16,7 3 15 Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat akan tetapi pendapatnya tidak diperhitungkan 5 16,7 4 20 Hadir dan menyampaikan pendapat namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan 15 50,0 5 75 Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara 5 16,7 6 30 Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan - - 7 - Hadir dan mampu untuk membuat keputusan - - 8 - Jumlah 30 100 140 Berdasarkan tingkat kehadiran dalam rapat pertemuan, tidak ada responden yang hadir dalam pertemuan karena terpaksa atau sekedar memenuhi undangan. Sebagian besar responden 50 hadir dan menyampaikan pendapat dalam pertemuan akan tetapi hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan, keputusan tetap berada pada pemegang wewenang. Hal ini menandakan bahwa masyarakat belum diberikan kepercayaan untuk mengambil sebuah keputusan. Untuk menentukan kategori tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tabel di atas, dilakukan penghitungan sebagai berikut: Dari 1 satu variabel pertanyaan di atas terdapat 8 delapan pilihan jawaban pertanyaan dengan skor berkisar antara 1 sampai 8. Dengan demikian dari setiap individu akan diperoleh skor minimum 1, yaitu 1x1 dan skor maksimum dari setiap individu adalah 8, yaitu dari 1x8. Bila jumlah responden 30 orang, maka skor minimum untuk tingkat partisipasi masyarakat adalah 30x1=30 dan skor maksimum dari tingkat partisipasi masyarakat adalah 30x8=240. Setelah diketahui skor minimum dan maksimum maka ditemukan jarak intervalnya, yaitu 240 – 308=26,25. Sehingga dengan menggunakan tipologi dari Arnstein maka tingkat partisipasi masyarakat adalah: Tabel 23. Jumlah Skor Tingkat Partisipasi No Tangga Tingkat Partisipasi Jumlah Skor 8 Citizen Control 219-240 7 Delegated Power 192-218 6 Partnership 165-191 5 Placation 138-164 4 Consultation 111-137 3 Informing 84-110 2 Therapy 57-83 1 Manipulation 30-56 Berdasarkan pada Tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam keaktifan hadir pada pertemuan adalah 140. Jumlah skor tersebut bila mengacu pada Tabel 23 termasuk dalam tingkat placationtangga kelima dari delapan tangga Arsntein. Pada tingkat placation dapat diartikan bahwa masyarakat yang hadir dalam rapatpertemuan tersebut sudah memiliki beberapa pengaruh. Namun demikian, ada beberapa hal yang masih ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat placation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

2. Analisis Keaktifan dalam Berdiskusi dan Mengemukakan Pendapat

Untuk mengukur tingkat keaktifan dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat ini digunakan skala penilaian yang mengacu pada tangga partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Sherry Arnstein 1969. Tangga partisipasi masyarakat tersebut terdiri dari 8 delapan tangga, yaitu: a Berdiskusi karena dipaksa; b Mendapat informasi dan berdiskusi ala kadarnya; c Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi; d Mendapat informasi dan boleh berdiskusi akan tetapi hasil diskusi tidak diperhitungkan; e Aktif berdiskusi akan tetapi hasil diskusi hanya sedikit yang diperhitungkan; f Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara; g Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan; h Aktif berdiskusi dan mampu membuat keputusan. Tingkat keaktifan dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan Tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tingkat keaktifan hadir pada pertemuan adalah 138. Jumlah skor tersebut termasuk dalam tingkat placation tangga kelima dari delapan tangga Arsntein. Pada tingkat placation dapat diartikan bahwa masyarakat yang hadir dalam rapatpertemuan tersebut sudah memiliki beberapa pengaruh. Namun demikian, ada beberapa hal yang masih ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat placation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Keaktifan dalam Berdiskusi dan Mengemukakan Pendapat No Variabel Skala Penilaian N Persentase Bobot Nx bobot 1 Tingkat keaktifan dalam berdiskusi dan mengemuk akan pendapat Berdiskusi karena dipaksa - - 1 - Mendapat informasi dan berdiskusi sekadarnya 4 13,3 2 8 Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan berdiskusi 2 6,7 3 6 Mendapat informasi dan boleh berdiskusi akan tetapi hasil diskusi tidak diperhitungkan 6 20 4 24 Aktif berdiskusi akan tetapi hasil diskusi hanya sedikit yang diperhitungkan 10 33,3 5 50 Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara 7 23,3 6 42 Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan - - 7 - Aktif berdiskusi dan mampu untuk membuat keputusan 1 3,3 8 8 Jumlah 30 100 138

3. Analisis Keaktifan dalam Kegiatan Fisik

Dalam menganalisis keaktifan dalam kegiatan fisik ini digunakan skala penilaian yang mengacu pada 8 delapan tangga partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Sherry Arnstein 1969. Tangga partisipasi masyarakat tersebut adalah: a Terlibat karena dipaksa; b Terlibat sekadarnya saja; c Terlibat tanpa mendapat kesempatan untuk menyampaikan ide-ide; dTerlibat dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi tidak diperhitungkan; e Terlibat akan tetapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan; f Terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama; g Terlibat dan memiliki memiliki kewenangan melaksanakan ide; h Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar. Tingkat keaktifan dalam kegiatan fisik dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Fisik No Variabel Skala Penilaian N Persentase Bobot Nx bobot 1 Tingkat keaktifan dalam kegiatan fisik Terlibat karena terpaksa - - 1 - Terlibat sekadarnya saja 2 6,7 2 4 Terlibat tanpa mendapat kesempatan berpendapat 7 23,3 3 21 Teribat dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi tidak diperhitugkan 7 23,3 4 28 Terlibat akan tetapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan 10 33,3 5 50 Terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara 3 10 6 18 Terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan 1 3,3 7 7 Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar - - 8 - Jumlah 30 100 128 Berdasarkan Tabel 25 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tingkat keaktifan hadir pada pertemuan adalah 128. Jumlah skor tersebut termasuk dalam tingkat consultation tangga keempat dari delapan tangga Arsntein. Pada tingkat consultation dapat diartikan bahwa masyarakat yang hadir dalam rapatpertemuan tersebut tidak memberikan pengaruh. Keputusan tetap berada di pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat consultation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat diperkenankan berpendapat, akan tetapi mereka tidak mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

4. Analisis Kesediaan untuk Membayar

Untuk mengukur tingkat kesediaan untuk membayar ini digunakan skala penilaian yang mengacu pada tangga partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Sherry Arnstein 1969. Tangga partisipasi masyarakat tersebut terdiri dari 8 delapan tangga, yaitu: a Membayar karena dipaksa dan tidak memperhatikan manfaatnya; b Membayar sekadarnya dan tidak memperhatikan pemanfaatannya; c Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya; d Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide, akan tetapi ide tidak diperhitungkan; e Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi hanya sedikit ide pemanfaatan dana yang dilaksanakan di lapangan; f Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara dalam pemanfaatan dana; g Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatannya; h Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar. Tingkat kesediaan untuk membayar dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kesediaan Untuk Membayar No Variabel Skala Penilaian N Persentase Bobot Nx bobot 1 Tingkat kesediaan untuk membayar Membayar karena dipaksa dan tidak memperhatikan manfaatnya - - 1 - Membayar sekadarnya dan tidak memperhatikan pemanfaatannya - - 2 - Membayar akan tetapi tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatan dana 2 6,7 3 6 Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi ide pemanfaatan dana tidak diperhitungkan 7 23,3 4 28 Membayar akan tetapi hanya sedikit ide pemanfaatn dana yang dilaksanakan di lapangan 7 23,3 5 35 Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara dalam pemanfaatan dana 8 26,7 6 48 Membayar dan mampu untuk membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar 6 20,0 7 42 Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar - - 8 - Jumlah 30 100 159 Berdasarkan Tabel 26 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kesediaan untuk membayar memiliki skor 159, jumlah skor tersebut masuk dalam kategori placation, yaitu tangga kelima dari delapan tangga tingkat partisipasi yang dikemukakan oleh Shrerry Arnstein. Pada tingkat placation dapat diartikan bahwa masyarakat bersedia untuk membayar namun tidak memiliki pengaruh dalam pemanfaatan dananya. Masih ada beberapa hal yang ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat placation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan fisik, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa ide-ide mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

5. Tingkat Partisipasi Kelompok dalam Program SL-PTT

Dari keempat analisis di atas, maka dapat dirangkum sebagaimana Tabel 27 berikut ini: Tabel 27. Tingkat Partisipasi Kelompok dalam Program SL-PTT No Variabel Skor 1 Tingkat kehadiran dalam pertemuan 140 2 Keaktifan dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat 138 3 Keterlibatan dalam kegiatan fisik 128 4 Kesediaan untuk membayar 159 Jumlah 565 Berdasarkan Tabel di atas, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT adalah termasuk ke dalam tingkat placation, karena memiliki skor 565. Pada tingkat ini masyarakat memiliki pengaruh meskipun dalam beberapa hal masih ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tingkat Placation ini termasuk dalam derajat penghargaan atau degree of tokenisme, yaitu suatu tingkat partisipasi di mana masyarakat dapat berpartisipasi namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa ide-ide mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

6.7 Keberlanjutan Kelembagaan

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI DESA KEDALEMAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

0 4 198

MOTIVASI PETANI DALAM MENGIKUTI PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI HIBRIDA DI DESA WATES KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN TANGGAMUS

0 5 6

MOTIVASI PETANI DALAM MENGIKUTI PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI HIBRIDA DI DESA WATES KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN TANGGAMUS

3 18 144

Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

0 1 19

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap Difusi Adopsi Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Kelompok Tani Pulo Makmur dan Kelompok Tani Pulo Mulyo di Desa

0 1 20

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

0 0 73

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

0 0 20

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

0 0 11

PENDAMPINGAN PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) JAGUNG DI PROVINSI ACEH

0 0 9