Definisi Operasional Analisis Keberlanjutan Kelembagaan dan Tingkat Partisipasi Kelompok dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) (Kasus: Gabungan Kelompok Tani “Jaya Tani” Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

3. Kelembagaan sustain adalah ketika tingkat keseimbangan “pelayanan- peranserta” tinggi dan berfungsinya prinsip-prinsip good governance di Gapoktan Jaya Tani. 4. Tingkat keseimbangan pelayanan-peran serta adalah tingkat keberhasilan dalam proses manajemen oleh Gapoktan Jaya Tani. 5. Kelembagaan Semi sustain kendala menajemen adalah ketika tingkat keseimbangan “pelayanan-peranserta” rendah akan tetapi prinsip-prinsip good governance berfungsidi Gapoktan Jaya Tani. 6. Demokrasi adalah proses pengambilan keputusan ditetapkan melalui musyawarah anggota Gapoktan. 7. Transparansi adalah tingkat kemudahan mengakses informasi secara benar dan memadai terkait pengelolaan berbagai kegiatan di Gapoktan oleh anggota maupun pihak yang berkepentingan. 8. Akuntabilitas adalah adanya laporan dari pengurus Gapoktan kepada anggota dan pihak terkait lainnya. 9. Jejaring kelembagaan adalah relasi kerjasama yang terbangun antar kelembagaan di dalam dan di luar komunitas BPP, Koptan, KUD, Bank, Institusi pembenihan, perusahaan, pemerintah. 10. Kelembagaan Semi sustain kendala good governance adalah ketika tingkat keseimbangan “pelayanan-peranserta” tinggi akan tetapi prinsip-prinsip good governance tidak berfungsi di Gapoktan Jaya Tani. 11. Kelembagaan tidak sustain adalah ketika tingkat keseimbangan “pelayanan-peranserta” rendah dan prinsip-prinsip good governance tidak berfungsi di Gapoktan Jaya Tani. 12. Good governace adalah pengelolaan Gapoktan Jaya Tani sesuai dengan prinsip demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.

2.5 Definisi Operasional

1 Karakterisik sosial ekonomi a. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki responden, yang dinyatakan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. b. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. c. Tingkat pendidikan adalah sekolah tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden, yaitu : 1 Tidak sekolah 2 Lulus SD atau sederajat 3 Lulus SMP atau sederajat 4 Lulus SMA atau sederajat 5 Sarjana Muda Diploma 6 Sarjana d. Luas lahan adalah kepemilikan atau penguasaan terhadap sawah, ladang, dan kebun, dibedakan ke dalam kategori: 1 ≤ 0.25 Ha; 2 0.25-0.5 Ha; dan 3 0.25 Ha. e. Penghasilan adalah ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah pendapatan seseorang. Pengukuran tingkat pendapatan sebagai berikut: 1. Kurang dari Rp 500.000 2. Rp 500.000 sd Rp 799.000 3. Rp 800.00 sd Rp 1.099.000 4. Rp 1.100.000 sd Rp 1.400.000 5. Lebih dari Rp 1.400.000 2 Keberlanjutan Kelembagaan a. Tingkat keseimbangan pelayanan-peranserta : rendah skor 9-22,5, tinggi skor 22,6-36; b. Tingkat Demokrasi : rendah skor 3-7,5, tinggi skor 7,6-12; c. Transparansi : rendah skor 3-7,5, tinggi skor 7,6-12: d. Akuntabilitas : rendah skor 4-9, tinggi skor 10-16; e. Jejaring kelembagaan : lemah skor 9-22,5, kuat skor 22,6-36; f. Keberlanjutan kelembagaan : sustain skor 28-70, unsustain skor 71-112. 3 Tingkat partisipasi kelompok diukur dari : a. Frekuensi kehadiran dalam pertemuan. 1. Hadir karena terpaksa termasuk manipulation; 2. Hadir sekadar memenuhi undangan termasuk therapy; 3. Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat Informing; 4. Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat akan akan tetapipendapatnya tidak diperhitungkan Consultation; 5. Hadir dan memberikan pendapat, namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan Placation; 6. Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara partnership; 7. Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan delegated power; 8. Hadir dan mampu membuat keputusan citizen control. b. Keaktifan kelompok dalam berdiskusi 1. Berdiskusi karena terpaksa manipulation; 2. Berdiskusi ala kadarnya therapy; 3. Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi Informing; 4. Mendapat informasi dan boleh berdiskusi akan tetapi hasil diskusi tidak diperhitungkan Consultation; 5. Aktif berdiskusi akan tetapi hasil diskusi hanya sedikit yang diperhitungkan Placation; 6. Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara partnership; 7. Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan delegated power; 8. Aktif berdiskusi dan mampu membuat keputusan citizen control. c. Keterlibatan dalam kegiatan fisik 1. Terlibat karena dipaksa manipulation; 2. Terlibat sekadarnya saja therapy; 3. Terlibat tanpa mendapat kesempatan untuk menyampaikan ide-ide Informing; 4. Terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi tidak diperhitungkan Consultation; 5. Terlibat akan tetapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan Placation; 6. Terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama partnership; 7. Terlibat dan memiliki memiliki kewenangan melaksanakan ide delegated power; 8. Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar citizen control. d. Kesediaan membayar iuran atau sumbangan. 1. Membayar karena terpaksa manipulation; 2. Membayar sekadarnya saja therapy; 3. Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya Informing; 4. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide, akan tetapi ide tidak diperhitungkan Consultation; 5. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi hanya sedikit ide pemanfaatan dana yang dilaksanakan di lapangan Placation; 6. Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setaradalam pemanfaatan dana partnership; 7. Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatannya delegated power; 8. Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar citizen control. Delapan tangga Arstein diberi skor masing-masing berkisar 1-8sehingga skor minimum bagi setiap individu adalah 4x1=4. Adapun skor maksimum bagi setiap individu adalah 4x8=32. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui maka jarak interval untuk tingkat partisipasi individu adalah 32- 48=3.5. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi individu adalah: 1. Manipulation 4-8 2. Therapy 8,5-11 3. Informing 12-14,5 4. Consultation 15,5-18 5. Placation 19-21,5 6. Partnership 22,5-25 7. Delegated Power 26-28,5 8. Citizen Control 29,5-32 Bila jumlah responden adalah 30, maka skor minimum untuk tingkat partisipasi kelompok adalah 30x4=120 dan skor maksimumnya adalah 30x 32=960. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah 960-1208=105. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi kelompok adalah: 1. Manipulation 120-224 2. Therapy 225-329 3. Informing 330-434 4. Consultation 435-539 5. Placation 540-644 6. Partnership 645-749 7. Delegated Power 750-854 8. Citizen Control 855-960 BAB III PENDEKATAN LAPANG

3.1 Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI DESA KEDALEMAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

0 4 198

MOTIVASI PETANI DALAM MENGIKUTI PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI HIBRIDA DI DESA WATES KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN TANGGAMUS

0 5 6

MOTIVASI PETANI DALAM MENGIKUTI PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI HIBRIDA DI DESA WATES KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN TANGGAMUS

3 18 144

Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

0 1 19

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI ADOPSI INOVASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap Difusi Adopsi Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Kelompok Tani Pulo Makmur dan Kelompok Tani Pulo Mulyo di Desa

0 1 20

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

0 0 73

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

0 0 20

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

0 0 11

PENDAMPINGAN PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) JAGUNG DI PROVINSI ACEH

0 0 9