III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Perdagangan dan Pembentukan Harga Pasar Internasional
Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang
lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat dalam negeri yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter pertukaran
barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk
kebutuhannya sendiri. Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan
sumber daya alam, iklim penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan
politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut diatas, maka atas dasar kebutuhan saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran yang dalam
skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional Halwani, 2002. Pass 1997 menerjemahkan perdagangan internasional, yaitu pertukaran
barang dan jasa antar negara berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang memberikan
dasar dari suatu pembagian kerja internasional atau lokasi produksi. Keunggulan komparatif antar negara menggambarkan struktur biaya yang berbeda. Perbedaan
struktur biaya dalam keunggulan komparatif menetukan daya saing harga dan daya saing produk. Faktor-faktor keunggulan komparatif adalah sumber daya
alam, sumber daya manusia, teknologi, modal, skala ekonomi dan diferensiasi. Harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan
landasan bagi berlangsungnya hubungan dagang yang menguntungkan antara kedua belah pihak.
Lipsey 1997 menyatakan bahwa perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara.
Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing negara akan memproduksi barang
17 dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan
berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Selanjutnya Limbong dan Sitorus 1987 mengemukakan bahwa
ada beberapa pendekatan untuk melihat perdagangan atau menilai hubungan perdagangan antar daerah atau negara, yaitu pendekatan analisis kependudukan,
analisis masukan keluaran dan program linear. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan
penawaran dan permintaan antar negara, tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, dan adanya perbedaan biaya relatif dalam
menghasilkan komoditas tertentu Gonarsyah, 1987. Selanjutnya Salvatore 1997 mengemukakan bahwa pada dasarnya model
perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama: hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif,
hubungan antara harga-harga relatif, penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia, dan dampak-dampak atau
pengaruh nilai tukar perdagangan term of trade yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara.
Menurut Sukirno 1993, manfaat perdagangan internasional sebagai berikut: memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh
keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, dan transfer teknologi modern.
Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Asumsi yang digunakan adalah hanya dua negara yaitu negara 1 dan negara 2 dan
hanya satu jenis komoditi yaitu komoditi X. Oleh karena itu, analisis ini bersifat parsial Salvatore, 1997. Kurva Dx dan Sx masing-masing melambangkan kurva
permintaan dan kurva penawaran komoditi X di negara 1 dan 2. Sumbu Y menunjukkan harga komoditi Px, sedangkan sumbu X mengukur kuantitas
komoditi tersebut.
18
Gambar 2. Harga Komoditi Relatif
Sumber: Salvatore, 1997
Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan QSx sama dengan kuantitas yang diminta QDx oleh
konsumen Negara 1, jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi tersebut sama sekali. Hal ini memunculkan titik A pada kurva S di Gambar ii yang
merupakan kurva penawaran ekspor Negara 1. Bila Px bergerak naik ke P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran bila dibandingkan dengan permintaannya, dan
kelebihan itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan jumlah komoditi yang akan diekspor Negara 1 pada tingkat harga P2. BE sama dengan BE pada gambar ii
dan disitulah terletak titik E yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari Negara 1.
Panel C memperlihatkan bahwa pada saat harga P3, maka penawaran dan permintaan komoditi X di Negara 2 akan sama besarnya QDx=QSx sehingga
tidak akan mengimpor komoditi tersebut sama sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A” yang terletak pada kurva permintaan impor Negara 2 kurva D yang
ada pada Gambar ii. Bila harga bergerak turun ke P2, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X
yang akan diimpor oleh Negara 2. Jumlah B’E’ sama dengan BE pada Gambar iii dimana titik E berada.
19 Panel B menunjukkan bahwa berdasarkan harga P2, jumlah impor
komoditi X yang diminta Negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan Negara 1. Hal ini diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S
setelah komoditi X diperdagangkan antara dua negara. Apabila Px lebih besar dari P2, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor
sehingga lambat laun harga relatif komoditi tersebut akan turun sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Sedangkan bila Px lebih kecil dari P2, jumlah
impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan sehingga Px akan naik dan pada akhirnya sama dengan P2. Jadi P2 merupakan
harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung.
Bila harga yang berlaku di atas P1, maka Negara 1 akan memproduksi lebih banyak komoditi X daripada tingkat permintaan domestiknya. Kelebihan
produksi ini selanjutnya akan diekspor ke Negara 2. Di lain pihak, jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara 2 akan mengalami peningkatan
permintaan yang lebih tinggi daripada produksi dalam negerinya. Hal ini akan mendorong Negara 2 mengimpor kekurangan kebutuhannya dari Negara 1.
Secara teoritis, suatu segara misalnya negara A akan mengeskpor suatu komoditi karet ke negara lain negara B jika harga domestik di negara A sebelum
terjadinya perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di Negara B. Hal tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran Excess
Supply , yaitu produksi domestik melebihi kebutuhan konsumsi domestik. Dalam
hal ini faktor produksi di Negara A relatif berlimpah. Dengan demikian Negara A mempunyai kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di
lain pihak, di Negara B terjadi kekurangan supply karet karena konsumsi domestiknya melebihi produksi karet karena konsumsi domestiknya melebihi
produksi domestik Excess Demand sehingga harga menjadi tinggi. Dalam kesempatan ini Negara B berkeinginan untuk membeli komoditi karet dari negara
lain yang harganya lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara Negara A dan Negara B, maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut.
Dalam hal ini Negara A akan mengekspor karet ke Negara B.
20 Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan keseimbangan antara
penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia
akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa ekspor suatu negara sangat dipengaruhi oleh harga domestik, harga internasional serta keseimbangan antara
penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan oleh perubahan laju nilai tukar Exchange Rate mata uang suatu negara terhadap
negara lain. Bila nilai tukar suatu negara terhadap negara lain menguat misalnya RpUS, maka harga domestik akan naik terhadap US. Kenaikan harga
domestik tersebut di pasaran internasional mengakibatkan turunya permintaan produk suatu negara di luar negeri karena harga jual karet naik di pasar luar
negeri sehingga ekspor akan turun. Dengan demikian menguatnya nilai tukar mata uang suatu negara tehadap negara lain akan mengakibatkan penurunan
volume ekspor ke negara tersebut. Sebaliknya bila nilai tukar mata uang melemah akan mendorong terjadinya peningkatan ekspor.
3.1.2. Teori Ekspor