13 nilai tukar riil. Untuk meningkatkan nilai ekspor produk pertanian dan produk
industri pertanian, maka pemerintah perlu mempertahankan nilai tukar riil pada suatu tingkat yang dapat mendorong ekspor. Di samping itu, pemerintah juga
perlu meningkatkan investasi pemerintah di sektor pertanian, khususnya terhadap berbagai komoditas yang memiliki orientasi dan potensi ekspor.
Sinaga 2007 menganalisis aliran perdagangan komoditi karet alam Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi di negara tujuan kasus lima
negara tujuan ekspor utama menyimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh signifikan dari enam faktor sebagai variabel yang menyusun gravity
model aliran perdagangan karet alam Indonesia, yaitu variabel GDP negara tujuan
dan variabel nilai ekspor ban negara tujuan. Salah satu negara tujuan ekspor yang diteliti adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat termasuk salah satu importir
karet alam terbesar dunia, selain itu juga merupakan negara yang memproduksi karet sintetis terbesar di dunia. Walaupun Amerika Serikat memproduksi karet
sintetis, namun negara ini juga mengimpor karet alam. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat konsumsi sektor industri terhadap karet. Ekspor karet alam ini
diperlukan oleh industri-industri otomotif dan ban di Amerika Serikat sebagai bahan baku. Selain sektor industri otomotif dan ban, industri di Amerika Serikat
yang membutuhkan karet utama adalah pabrikasi, elektronik serta pertambangan. Lestari 2010 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
ekspor karet alam Indonesia. Data yang digunakan ialah volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat, volume ekspor karet alam bulan sebelumnya lag ekspor, harga karet alam domestik, harga karet alam dunia dan harga karet sintetis dunia.
Variabel independen yang berpengaruh signifikan secara individu pada taraf nyata lima persen, yaitu: volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam
domestik dan harga karet sintetis dunia.
2.2. Penelitian Terdahulu
Berbagai studi tentang perdagangan karet alam di pasar internasional telah dilakukan. Beberapa studi di antaranya menggunakan model regresi sebagai alat
analisisnya, antara lain regresi sederhana, dimana harga ditempatkan sebagai
14 peubah bebas independent variable dan jumlah produksi maupun supply ekspor
dijadikan sebagai peubh tidak bebas dependent variable. Studi-studi lainnya ada yang menggunakan regresi berganda, baik dengan menggunakan persamaan
tunggal single equation maupun menggunakan persamaan simultan simultaneous equation. Sedangkan data yang digunakan tergantung dari
keperluannya. Sebagian menggunakan data deret berkala time series menurut bulan, triwulan, semester, atau tahun, dan sebagian lagi ada yang menggunakan
data silang waktu cross section dengan petani produsen maupun eksportir produsen sebagai unit analisanya.
Elwanmendri 2000 menganalisa tentang perdagangan karet alam antar negara produsen utama dan Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penawaran dan permintaan yang dirumuskan sebagai model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model diduga dengan pangkat
dua terkecil tiga tahap Three Stage Least Squares = 3SLS, menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Hasil penelitian analisis simultan ini di antaranya:
negara produsen utama akan mendapatkan keuntungan devisa jika terjadi kenaikan nilai tukar riil efektif masing-masing negara bersangkutan Indonesia,
Malaysia dan Thailand; apabila kenaikan nilai tukar terjadi secara bersama-sama maka semua negara produsen utama karet alam mendapatkan keuntungan devisa,
demikian pula dengan Amerika Serikat; perubahan produksi karet di tiga negara produsen akan menguntungkan Indonesia dan Thailand, sebaliknya Malaysia
mengalami kerugian berupa penurunan devisa; apabila terjadi perubahan produksi kelapa sawit di tiga negara produsen, akan menguntungkan Indonesia, dan
sebaliknya Malaysia dan Thailand mengalami kerugian berupa penurunan devisa; apabila kenaikan nilai tukar riil efektif terjadi di tiga negara produsen, dan diikuti
oleh perubahan produksi karet dan kelapa sawit, maka Indonesia dan Thailand akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan devisa.
Sementara Hendratno 2008 melakukan penelitian terhadap permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara Cina menggunakan model regresi berganda
dengan variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga karet sintetis dunia, nilai tukar
Yuan terhadap Dollar US dan GDP per-kapita Cina. Penelitian ini menyimpulkan
15 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia
di Negara Cina adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per-kapita Cina, nilai tukar Yuan
terhadap Dollar US dan lag ekspor tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan selanjutnya dikembangkan ke arah studi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di tiga negara produsen utama karet alam dunia.
Hal ini dilakukan mengingat pentingnya mengetahui lebih lanjut mengenai alasan atau faktor-faktor yang mendasari suatu negara
produsen mengekspor karet alamnya ke negara pengimpor utama serta mengatasi permasalahan volume ekspor karet alam yang tidak stabil atau cenderung
menurun bagi ketiga negara. Melihat besarnya tingkat konsumsi karet alam dunia, memberi peluang bagi perluasan pasar karet alam dunia untuk menjadi sasaran
baru bagi negara produsen utama karet alam Thailand, Indonesia, dan Malaysia untuk melakukan peningkatan ekspor.
III. KERANGKA PEMIKIRAN