VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil Pendugaan Model
Hasil dari perhitungan menggunakan SPSS menunjukkan koefisien determinasi Negara Thailand sebesar 0,963 Lampiran 1, Negara Indonesia
sebesar 0,901 Lampiran 2 dan Negara Malaysia sebesar 0,919 Lampiran 3. Nilai ini menyatakan bahwa korelasi antara variabel independen dan dependen
masuk dalam kategori sangat kuat karena berada pada interval 0,801 sampai 1,000. Nilai R Square menunjukkan sejauh mana variasi dari variabel terikat
mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya, atau dengan kata lain bagaimana model dapat menjelaskan pergerakan variabel terikatnya. Nilai R Square berkisar antara
0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka kemampuan variabel bebasnya menjelaskan pergerakan variabel terikat semakin baik. Hasil yang digunakan
menunjukkan nilai R Square 0,927 pada fungsi ekspor karet alam Thailand, yang artinya bahwa variabel bebas yang diteliti dapat menjelaskan variabel terikatnya
sebesar 92,7 sedangkan sisanya 7,3 dipengaruhi oleh faktor lain. Pada Indonesia R Square 0,812, yang artinya variabel bebas yang diuji dapat
menjelaskan variabel terikat sebesar 81,2 sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Dan pada Malaysia nilai R Square 0,845, yang artinya bahwa variabel bebas yang
diteliti dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 84,5 sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan nilai probabilitas t
hitung
yang diperoleh, diketahui ada beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor karet alam pada taraf nyata 10 persen atau tingkat kepercayaan 90 persen pada masing-masing variabel yang diuji pada Negara Thailand, Indonesia dan
Malaysia.
6.1.1. Thailand
Uji regresi liner berganda dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel terikatnya yaitu volume
ekspor karet alam Thailand ke Cina XT
t
, sedangkan variabel bebasnya yaitu harga ekspor karet alam HKT
t
, volume ekspor tahun sebelumnya QT
t-1
, harga
54 karet alam dunia HD
t
, harga karet sintetis dunia HS
t
, GDP Negara Cina YC
t
, dan nilai tukar Yuan terhadap US ERY
t
.
Tabel 15.
Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Thailand Model
Unstandardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Constant -67.924
94.658 -.718
.480 HKT
t
.068 .059
1.163 .257
QT
t-1
.590 .198
2.976 .007
HD
t
-.078 .083
-.932 .361
HS
t
.063 .082
.772 .448
YC
t
.063 .021
2.949 .007
ERY
t
-1.504 9.733
-.155 .879
Keterangan: signifikan α = 10
Model persamaan yang diperoleh dari perhitungan adalah sebagai berikut:
XT
t
=-67,924+0,068HKT
t
+0,590QT
t-1
–0,078HD
t
+0,063HS
t
+0,063YC
t
–1,504ERY
t
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan: 1.
Harga ekspor karet alam Thailand ke Cina HKT
t
Nilai probabilitas t
hitung
variabel harga ekspor karet alam sebesar 25,7 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria
pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya.
Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah harga karet alam akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam
Thailand. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang sama, koefisien karet alam domestik bernilai positif sebesar 0,068. Artinya setiap terjadi
kenaikan harga ekspor sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor karet alam Thailand ke Cina sebesar 0,068 persen, ceteris paribus.
Karena tingkat kebutuhan industri berbasis karet alam di dalam negeri yang masih rendah, maka Thailand lebih cenderung mengekspor karet
alamnya daripada menjualnya di dalam negeri. Hal ini menggambarkan bila terjadi peningkatan harga riil karet
alam Thailand maka akan berdampak terhadap peningkatan jumlah ekspor
55 karet alam Thailand ke Cina. Peningkatan harga karet alam disatu sisi akan
berdampak negatif terhadap kualitas karet alam yang dihasilkan. Akibat adanya rangsangan kenaikan harga karet alam maka para petani
melakukan penderesan karet secara berlebihan untuk menambah jumlah produksi karet alamnya. Pohon karet yang dideres tidak pada waktunya
akan menyebabkan kualitas atau mutu karet alam yang dihasilkan menjadi tidak baik.
2. Volume ekspor karet alam Thailand ke Cina tahun sebelumnya QT
t-1
Volume ekspor bulan sebelumnya mempunyai nilai probabilitas t
hitung
sebesar 0,7. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Thailand ke Cina. Nilai koefisien variabel ini positif, artinya setiap kenaikan volume
ekspor tahun sebelumnya sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor dari Thailand sebesar 0,590 persen, ceteris paribus. Hasil
yang diperoleh sama dengan hipotesis yang dibuat. Variabel ini juga berpengaruh signifikan sehingga menjadi salah satu pertimbangan penting
bagi Thailand untuk mengekspor karet alamnya ke Negara Cina. Volume ekspor tahun t sangat dipengaruhi oleh volume ekspor
pada tahun sebelumnya. Volume ekspor pada tahun t akan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena karet
alam yang diekspor oleh Negara Thailand ke Cina dipercaya memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga para importir di Cina akan
mengimpor karet alam secara kontinu dari Thailand dalam volume atau jumlah yang lebih besar dari tahun sebelumnya.
3. Harga karet alam dunia HDt
Nilai probabilitas t
hitung
variabel harga karet alam dunia sebesar 26,1 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria
pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya.
Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam
Thailand ke Negara Cina. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang
56 berbeda, koefisien harga karet alam dunia bernilai negatif sebesar 0,0783.
Artinya setiap terjadi kenaikan harga dunia sebesar 1 persen akan mengurangi volume ekspor sebesar 0,0783 persen, ceteris paribus. Tapi
variabel ini ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor, artinya harga dunia bukan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi
Thailand dalam mengekspor karet alamnya. Hal ini terjadi karena produksi karet alam dunia hampir 70 persennya dikuasai oleh tiga negara yaitu
Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Antara ketiga negara ini ada kerjasama tripartite
untuk mengontrol harga karet alam dunia melalui sebuah organisasi International Tripartite Rubber Council ITRC. Kesepakatan
tersebut berisi tentang pengurangan volume ekspor karet alam dari ketiga negara yang dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga karet dunia dan
pada akhirnya akan menguntungkan setiap negara tersebut karena dapat menjual karet alamnya dengan harga tinggi. Pengurangan volume ekspor
dilakukan dengan cara mempercepat program peremajaan pohonnya, penundaan perluasan kebun karet dan pengurangan intensitas penyadapan.
4. Harga karet sintetis dunia HSt
Harga karet sintetis dunia mempunyai nilai probabilitas t
hitung
sebesar 44,8. Karena lebih besar dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam
Thailand ke Cina. Untuk variabel ini koefisiennya positif 0,063, dimana kenaikan 1
persen harga karet sintetis dunia akan menaikkan volume ekspor sebesar 0,063 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang
dibuat, yaitu harga karet sintetis dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Thailand. Variabel ini tidak berpengaruh
signifikan dengan nilai probabilitas t
hitung
44,8. Dimana harga karet sintetis dunia bukanlah salah satu pertimbangan penting bagi Thailand dalam
mengekspor karet alamnya ke Cina. 5.
GDP Negara Cina YCt Nilai probabilitas t
hitung
variabel GDP Cina lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yatu sebesar 7 persen. Karena itu variabel ini berpengaruh
signifikan.
57 Hasil dari uji t tersebut GDP Cina berpengaruh positif dan
signifikan terhadap volume ekspor karet Thailand dan sudah sesuai dengan hipotesis. Artinya adalah, apabila GDP Cina mengalami peningkatan
sebesar 1 persen maka volume ekspor karet Indonesia juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,063.
Hal ini terjadi karena makin besar GDP yang dimiliki Negara Cina maka makin besar pula daya beli yang dimiliki oleh Cina. Jika GDP suatu
negara meningkat maka dipercaya pembangunan di negara tersebut akan semakin meningkat. Saat ini industri yang berkembang pesat di Cina
adalah industri baja dan besi, aluminium dan logam lainnya, batu bara, mesin-mesin bangunan, tekstil dan apparel, pengolahan makanan, semen,
minyak, sepatu, pupuk, kereta api gerbong, lokomotif dan rel, perkapalan, satelit komunikasi, kendaraan luar angkasa, otomotif, mainan
anak-anak, bahan kimia, peralatan transportasi, produk-produk pertanian dan lainnya. Pertumbuhan luar biasa dari industri di Cina berdampak pada
tingginya kebutuhan akan bahan baku karet alam dan bahan bakar minyak untuk menjalankan kegiatan industri tersebut
Saat ini negara Cina mengalami ekspansi perekonomian yang cepat, khususnya pada industri otomotif dan pengembangan pada struktur
dasar negara, baik dalam komunikasi dan transportasi. Disamping itu Negara Cina juga sedang membenahi industri otomotif dan ban yang
dimilikinya. Pabrik ban seperti Michelin, Goodyear, Bridgeston dan lainnya melakukan pengembangan skala usaha di Negara Cina, sedangkan
perusahaan terkenal seperti Continental dan Cooper melakukan investasi pada industri dan di Cina Anwar, 2005. Keadaan perekonomian yang
semakin baik di Cina menjadi modal utama dalam pengembangan dan pertumbuhan industri di Cina. Keadaan ini juga memberikan peluang yang
baik bagi Thailand untuk melakukan ekspor secara kontinu dan meningkatkan volume ekpor karet alamnya ke Cina.
6. Nilai tukar Yuan terhadap Dollar Amerika Serikat ERYt
Nilai tukar Yuan terhadap Dollar Amerika Serikat mempunyai nilai probabilitas t
hitung
sebesar 0,879 karena itu nilai tukar Yuan tidak
58 berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam dari Thailand.
Artinya variabel ini tidaklah menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Thailand untuk mengekspor karet alamnya ke Negara Cina.
Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien nilai tukar Yuan yang negatif sebesar 1,504 artinya kenaikan nilai tukar 1 persen akan
menyebabkan penurunan volume ekspor karet Thailand sebesar 1,504 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat,
yaitu nilai tukar akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Karena dalam proses transaksi karet alam di dunia
menggunakan Dollar Amerika Serikat sebagai mata uangnya, bila Yuan menguat maka para importir di Cina akan meningkatkan volume impornya
dari Thailand. Begitu pula dengan sebaliknya bila Yuan melemah maka para importir di Cina akan mengurangi volume impornya karena biaya
yang dikeluarkan akan lebih besar.
6.1.2. Indonesia `