71 diuji pada masing-masing fungsi ekspor karet alam tidak terdapat
heteroskedastisitas.
6.1.4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi berarti terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu regresi
adalah berarti varian sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak maka
dilakukan uji Durbin-Watson Uji D
w
.
Tabel 19. Uji Autokorelasi
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,59 Ada korelasi
1,59 – 1,73 Tanpa Kesimpulan
1,73 – 2,27 Tidak Ada Autokorelasi
2,27 – 2,41 Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,41 Ada Autokorelasi
Sumber: Algifari 1997
Berdasarkan uji Durbin Watson maka diperoleh nilai DW pada fungsi ekspor karet alam Thailand sebesar 1,917 Lampiran 1, pada Indonesia sebesar
1.955 Lampiran 2 sedangkan pada fungsi ekspor karet alam Negara Malaysia sebesar 2,172 Lampiran 3. Artinya model yang digunakan pada masing-masing
fungsi ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia tidak terdapat autokorelasi.
6.3. Uji F Statistik
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan atau bersama-sama variabel bebas atau terikat. Apabila F
hitung
F
tabel
maka semua variable bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat, pada
tingkat kepercayaan 10. Terima H jika probabilitas 0,10.
72 Berdasarkan tabel ANOVA Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3
dapat dilihat bahwa angka probabilitas yaitu 0,000 berarti berada dibawah 0,10. Dapat diambil kesimpulan bahwa harga ekspor karet alam tahun sebelumnya,
volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, GDP negara pengimpor, dan nilai tukar terhadap US secara bersama-sama
atau simultan secara signifikan berpengaruh terhadap volume ekspor masing- masing negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
1. Penawaran maupun permintaan karet alam dunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, peningkatan pemintaan karet alam dunia lebih besar
daripada peningkatan penawaran karet alam dunia. Konsumsi karet alam yang semakin
meningkat setiap
tahunnya disebabkan
karena semakin
berkembangnya industri khususnya industri otomotif. Bila dilihat baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan, kondisi karet sintetis dunia
cenderung menurun pada beberapa tahun terakhir ini. Penurunan produksi karet sintetis dunia ini disebabkan oleh karena tingginya biaya produksi dan
penurunan insentif produksi barang jadi karet yang menggunakan karet sintetis. Harga karet alam dan harga karet sintetis juga cenderung bersaing di
pasar dunia atau internasional. Luas areal perkebunan karet di Thailand dan Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, sedangkan pada Malaysia
cenderung menurun. Produktivitas karet alam di Indonesia cenderung meningkat, sedangkan di Thailand dan Malaysia cenderung menurun. Jumlah
produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya sehingga lebih banyak
diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam negeri. Keadaan ini juga mendukung ketiga negara tersebut menjadi eksportir karet alam terbesar di
dunia. Harga karet alam domestik di Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Harga karet alam yang fluktuatif ini
mengikuti perkembangan keseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran karet alam di pasar.
2. Hasil yang digunakan menunjukkan nilai R Square 0,927 pada fungsi ekspor karet alam Thailand, yang artinya bahwa variabel bebas yang diuji dapat
menjelaskan volume ekspor karet alam Thailand sebagai variabel terikat dependent sebesar 92,7 sedangkan sisanya 7,3 dipengaruhi oleh faktor
lain di luar model. Pada Indonesia R Square 0,812 dan pada Malaysia nilai R