42 mengalami pertumbuhan rata-rata 28 persen pertahun. Kenaikan harga minyak
dunia ini diikuti pula dengan kenaikan pada harga karet sinettis dunia sehingga mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi karet sintetis dunia.
Tabel 8. Perkembangan Harga Minyak Dunia Tahun 2004-2009 USBarrel
Tahun Harga Minyak Dunia
2004 36.05
2005 55.64
2006 61.08
2007 69.08
2008 94.45
2009 61.06
Sumber: http:www.opec.org
Tingginya harga karet sintetis merupakan salah faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah permintaan karet alam dunia. Fenomena peningkatan
permintaan karet alam dunia dan tingginya harga karet sintetis menyebabkan harga karet alam dunia pun meningkat. Tingginya harga karet alam dunia
memberikan peluang yang cerah dan menguntungkan terhadap pengembangan produksi karet alam.
5.2. Kondisi Karet Alam di Negara Pengekspor
5.2.1. Produksi dan Luas Lahan Karet Alam
Thailand merupakan negara penghasil atau produsen utama karet alam dunia. Hal ini disebabkan karena produktivitas lahan perkebunan karet alamnya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia, yang memiliki luas areal yang lebih luas. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di
Thailand cenderung meningkat selama periode tahun 2000-2009. Pada tahun 2009 luas areal perkebunannya meningkat hampir 40 persen dan produksinya
meningkat 35 persen bila dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2000. Namun produktivitasnya cenderung menurun pada periode tahun 2005-2009.
Produktivitas karet alam tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 1,440 tonha Tabel 9.
43
Tabel 9. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Alam di
Thailand, Tahun 2000-2009 Tahun
Luas Areal 000 ha Produksi 000 ton
Produktivitas 2000
1.987 2.346
1,181 2001
1.990 2.320
1,166 2002
2.004 2.615
1,305 2003
2.019 2.876
1,424 2004
2.072 2.984
1,440 2005
2.190 2.937
1,341 2006
2.297 3.137
1,366 2007
2.458 3.056
1,243 2008
2.675 3.090
1,155 2009
2.761 3.164
1,146
Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Tahun 2010
Tabel 10. Luas Areal Perkebunan Karet Alam di Indonesia menurut
Pengusahaannya, Tahun 2000-2009 Tahun
Luas Areal ha Rakyat
Pemerintah Swasta
2001 2.838.421
221.876 284.470
2002 2.826.476
221.228 271.655
2003 2.772.490
241.625 275.997
2004 2.747.899
239.118 275.250
2005 2.767.021
237.612 274.758
2006 2.832.982
238.003 275.442
2007 2.899.679
238.246 275.792
2008 2.943.731
245.798 280.431
2009 2.996.985
246.872 280.726
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
Perkebunan karet alam dapat ditemui hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. Karet alam merupakan
komoditas perkebunan utama disamping kepala sawit, kakao dan teh yang menjadi komoditas unggulan perkebunan lainnya. Status pengusahaan atau
kepemilikan karet alam di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Karet alam yang ada di Indonesia banyak dikelola
oleh perkebunan rakyat dimana pada tahun 2009 sekitar 80 persen lahan karet
diusahakan oleh rakyat kecil. Sisanya merupakan perkebunan besar milik negara atau dikelola oleh pemerintah dan pihak swasta yang masing-masing hanya
memiliki 10 persen dari total luas areal nasional Tabel 10.
44 Bila dilihat dari sisi produksi, maka perkebunan rakyat yang memberikan
kontribusi terbesar. Tetapi bila diamati dari sisi produktivitasnya ternyata perkebunan rakyat yang paling rendah bila dibandingkan dengan kebun negara
dan swasta. Pada tahun 2009 produktivitas kebun rakyat hanya 801 kgha sedangkan kebun negara dan swasta masing-masing 1.239 kgha dan 1.184 kgha
Direktorat Jenderal Perkebunan.
Tabel 11. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di
Indonesia, Tahun 2000-2009 Tahun
Luas Areal Ha Produksi Ton
Produktivitas 2000
3.372.421 1.501.428
0.445 2001
3.344.767 1.607.461
0.481 2002
3.318.359 1.630.359
0.491 2003
3.290.112 1.792.348
0.545 2004
3.262.267 2.065.817
0.633 2005
3.279.391 2.270.891
0.692 2006
3.346.427 2.637.231
0.788 2007
3.413.717 2.775.172
0.813 2008
3.469.960 2.921.872
0.842 2009
3.524.583 3.040.110
0.863
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
Tabel 11 menunjukkan kecenderungan peningkatan produktivitas karet
alam Indonesia. Peningkatan produktivitas karet alam ini disebabkan karena adanya perluasan areal tanam dan peremajaan perkebunan karet alam di
Indonesia. Luas areal perkebunan karet alam Indonesia meningkat sebesar 4,5 persen selama sepuluh tahun terakhir. Pada sisi produksi, peningkatan produksi
karet alam Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Pada tahun 2006, peningkatan produksi karet alam Indonesia sangat tinggi yaitu sebesar
366.340 ton. Namun bila dilihat dari produktivitasnya, karet alam Indonesia masih
relatif lebih rendah dibawah negara produsen karet alam lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Produktivitas karet alam Indonesia yang relatif rendah disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain ekonomis tanaman karet alam relatif tua sehingga kemampuan produksinya menurun. Tanaman karet yang tua memberi pengaruh
pada biaya pemeliharaan yang tinggi, sedangkan penerimaan dari tanaman
45 tersebut semakin menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas karet alam Indonesia yaitu melalui peremajaan dan penanaman baru tanaman karet. Upaya ini untuk memacu peningkatan
produktivitas, peningkatan optimalisasi pola usaha tani, dan peningkatan teknologi budaya.
Tabel 12.
Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Malaysia, Tahun 1998-2009
Tahun Luas Areal 000 ha
Produksi 000 ton Produktivitas
1998 1.543,62
885,70 0,574
1999 1.464,75
768,87 0,525
2000 1.430,68
927,61 0,648
2001 1.389,32
882,07 0,635
2002 1.348,81
889,83 0,660
2003 1.325,60
985,65 0,744
2004 1.278,83
1.168,74 0,914
2005 1.271,30
1.126,02 0,886
2006 1.263,59
1.283,63 1,016
2007 1.248,04
1.199,55 0,961
2008 1.247,03
1.072,36 0,860
2009 1.021,54
857,02 0,839
Sumber: Department of Statistics, Malaysia
Saat ini Negara Malaysia merupakan negara penghasil atau produsen karet alam ketiga terbesar di dunia. Sebelum tahun 1990-an, Negara Malaysia
merupakan negara eksportir karet alam terbesar di dunia. Namun pada tahun 1990 keadaan itu berubah, posisi Negara Malaysia digeser Negara Thailand di posisi
pertama dan Negara Indonesia di posisi kedua. Hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja yang semakin mahal di Negara Malaysia, sehingga banyak petani
karet alam yang tidak mengusahakannya dengan baik atau beralih ke sektor lain. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di Malaysia
cenderung menurun selama periode tahun 1998-2009. Namun disisi lain, produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh perkebunan karet alam di Malaysia
cenderung meningkat. Produktivitas karet alam Malaysia tidak jauh berbeda dengan produktivitas karet alam di Indonesia meskipun luas arealnya sangat jauh
berbeda. Perbandingannya hampir mendekati satu banding tiga. Produksi karet
46 alam tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu 1.283.630 ton dengan produktivitas
karet alam tertinggi pula yaitu 1,016 tonha Tabel 12.
5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam