Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu .

60 lahan, sedangkan sabit digunakan untuk penyulaman dan penyiangan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan selama usahatani dibebankan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Untuk satu hektar lahan, alat-alat pertanian yang digunakan adalah tiga buah cangkul dengan harga Rp 27.000,- per ubit, satu buah garpu dengan harga Rp 250.000,- per unit, dan dua buah sabit dengan harga Rp 30.000,- per unit. Pembebanan penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus Straight Line Method karena diasumsikan bahwa besarnya penyusutan alat per tahun adalah sama. Nilai penyusutan alat rata- rata per musim tanam adalah sebesar Rp 137.000,- . Tabel 14. Penyusutan Alat-Alat Pertanian Desa Pasirlaja Jenis Alat Jumlah Unit HargaSatuan RpUnit Nilai Rp Umur Teknis Tahun Penyusutan RpMT Cangkul 3 27.000,- 81.000,- 3 27.000,- Sabit 2 30.000,- 60.000,- 1 60.000,- Garpu 1 150.000,- 150.000,- 3 50.000,- Penyusutan Alat pertanian Satu Musim Tanam 137.000,- Sumber : Data Primer diolah, 2011

7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu .

Analisis pendapatan ini meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan atas biaya tunai. Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani ubi kayu terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea dan pupuk kandang. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya bibit, penyusutan alat pertanian, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga serta pajak lahan. Rata-rata pendapatan per hektar usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya bibit yaitu sebesar Rp 2.636.390 atau 25,08 persen dari biaya total. 61 Tabel 15. Analisis Pendapatann per Hektar per Musim Tanam Usahatani Ubi Kayu Desa Pasirlaja 2009 No Uraian Satuan Hargasatuan Jumlah Fisik Nilai Rp I Jumlah Total Penerimaan 16790000 II Biaya Tunai A. Penggunaan TKLK A.1. TKLK Pria HKP 20.000 85,52 1.710.400 16,27 A.2. TKLK Wanita HKP 20.000 35,18 703.600 6,70 B. Penggunaan Pupuk B.1. Urea Kg 3.500 413,33 1.446.655 13,76 B.2. Pupuk Kandang Kg 280 7.608,33 2.130.332,40 20,27 Jumlah Total Biaya Tunai 5.990.987,40 57,00 III Biaya Diperhitungkan A. Bibit batang 250 10.545,56 2.636.390 25,08 B. Penyusutan Alat 137.000 1,30 C. TKDK Pria HKP 20.000 55,16 1.103.200 10,49 D. TKDK Wanita HKP 20.000 18,02 360.400 3,43 E. Pajak Lahan 282.424,24 2,69 Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 4.519.414,24 42,99 IV Jumlah Biaya Total 10.510.401,64 V Pendapatan Atas Biaya Tunai 10.799.012,60 VI Pendapatan Atas Biaya Total 6.279.598,36 VII RC Rasio Atas Biaya Tunai 2,80 VIII RC Rasio Atas Biaya Total 1,59 Sumber: Data Primer diolah, 2011 Biaya penggunaan bibit termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena selama satu musim tanam, petani responden tidak ada yang membeli bibit, melainkan diperoleh dari sisa hasil panen musim tanam sebelumnya. Biaya penggunaan TKLK pria sebesar Rp 1.710.400 atau sebesar 16,23 persen dari biaya total. Penggunaan TKLK wanita menghabiskan biaya sebesar Rp 703.600 atau sebesar 6,70 persen dari biaya total. Penggunaan pupuk urea menghabiskan biaya sebesar Rp 1.446.655 atau sebesar 13,76 persen dari biaya total. Biaya penggunaan pupuk kandang sebesar Rp 2.130.332,40 atau 20,27 persen dari biaya total. Biaya penggunaan TKDK pria dan TKDK wanita masing-masing sebesar Rp 1.103.200 dan Rp 360.400 atau jika 62 dinyatakan dalam persen masing-masing sebesar 10,49 persen dan 3,43 persen dari biaya total. Biaya penyusutan alat termasuk kedalam biaya diperhitungkan. Biaya penyusutan alat tersebut sebesar Rp 137.000 atau 1,30 persen dari biaya total. Komponen biaya yang terakhir adalah biaya pajak lahan yang ditentukan sesuai dengan kualitas dan lokasi lahan. Pada daerah penelitian, pajak lahan termasuk ke dalam biaya diperhitungkan, karena semua petani di daerah penelitian sebenarnya tidak membayar pajak lahan. Tanah yang digunakan oleh petani merupakan tanah pinjaman dari suatu perusahaan perumahan. Biaya rata-rata pajak lahan adalah sebesar Rp 282.424,24 atau sebesar 2,69 persen dari biaya total. Jumlah total biaya tunai adalah sebesar Rp 5.990.987,40 atau 57,00 persen dari biaya total. Biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.519.414,24 atau 42,99 persen dari biaya total. Kedua biaya tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapatkan jumlah biaya total yaitu sebesar Rp 10.510.401,64. Penerimaan yang diperolah adalah sebesar Rp 16.790.000. Penerimaan ini diperoleh dari hasil perkalian antara harga rata-rata ubi kayu per kilogram ditingkat petani yaitu sebesar Rp 1.200 per kilogram dengan rata-rata hasil panen ubi kayu per hektar untuk satu musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar 13.991,67 kgha. Pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 10.799.012,60. Angka ini didapatkan dengan mengurangkan penerimaan sebesar Rp 16.790.000 dengan total biaya tunai yaitu sebesar Rp 5.990.987,40. Pendapatan atas biaya total sebesar Rp 6.279.598,36 diperoleh dengan mengurangkan penerimaan sebesar Rp 16.790.000 dengan biaya total sebesar Rp 10.510.401,64. RC rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,80. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar 63 Rp 2,80. RC rasio atas biaya total adalah sebesar 1,59. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,59. Oleh karena itu berdasarkan nilai RC rasio dapat ditunjukan bahwa usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja dapat terus dijalankan oleh petani untuk meningkatkan pendapatannya. 64

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU

Dokumen yang terkait

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

2 52 76

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis pendapatan dan produksi usahatani cabai merah keriting (Kasus tiga desa di kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

1 22 134

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Analisis Pendapatan Usahatani, Pemasaran dan Nilai Tambah Ubi Kayu (Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

5 38 102

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat)

4 18 246

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70