Analisis Efisiensi Ekonomi ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU

68 terhadap produksi yang dihasilkan, namun tidak nyata. Pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi adalah sebesar 0,13. Artinya setiap penambahan 1 persen penggunaan tenaga kerja, akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0,13 persen dengan faktor produksi lain tetap. Tidak nyatanya pengaruh faktor produksi penggunaan tenaga kerja terhadap hasil produksi disebabkan karena penggunaan tenaga kerja relatif homogen antar petani. 8.3. Analisis Skala Usaha Jumlah elastisitas produksi dalam model adalah 1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat skala usaha berada pada skala kenaikan hasil yang konstan Constant Return to scale yang artinya bahwa penambahan satu persen dari masing masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi ubi kayu sebesar 1 persen.

8.4. Analisis Efisiensi Ekonomi

Tujuan akhir dari suatu proses produksi yang diusahakan oleh petani bukan hanya ingin mencapai tingkat produksi yang setinggi-tingginya, namun yang lebih utama adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam rangka mencapai tujuan memaksimumkan keuntungan, menurut Doll dan Orazem 1984, petani harus mampu memenuhi syarat keharusan dan syarat kecukupan. Syarat keharusan dipenuhi apabila produksi dilakukan pada daerah rasional elastisitas antara nol dan satu, sedangkan syarat kecukupan dipenuhi apabila Nilai Produk Marginal sama dengan Biaya Korbanan Marginal atau rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. BKM sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri. Menurut Soekartawi 2002, untuk menghitung NPM diperlukan besaran Produk Marginal, karena NPM merupakan hasil kali Harga Produk Py dengan 69 Produk Marginal PM. Biaya Korbanan Marginal adalah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan penggunan faktor-faktor produksi satu satuan. Tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio Nilai Produk Marginal NPM dengan Biaya Korbanan Marginal BKM per periode produksi. Pada Tabel 17 dapat dilihat kondisi efisiensi produksi usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja, dimana produksi rata-rata sebesar 3.298,33 kilogram per periode produksi dan harga produk adalah Rp 1.200 per kilogram. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa penggunaan faktor –faktor produksi usahatani ubi kayu belum mencapai kondisi optimal. Rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai NPM-BKM lebih kecil dari satu, sedangkan untuk luas lahan, bibit, pupuk urea, dan pupuk Tabel 17. Rasio Nilai Produksi Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Produksi Usahatani Ubi Kayu Desa Pasirlaja Faktor Produksi Rata- Rata Input Koefisien NPM BKM NPMBKM Luas Lahan 0,24 0,08 1.319.332 282.424 4,67 Bibit 2498,33 0,22 348,54 250 1,39 Pupuk Urea 101,33 0,23 8.983,50 3.500 2,57 Pupuk Kandang 1745,83 0,34 770,81 280 2,75 Penggunaan TK 45,65 0,13 11.268 20.000 0,56 Sumber : Data Primer diolah, 2011 kandang, memiliki rasio NPM-BKM lebih besar dari satu. Rasio NPM-BKM dari lahan adalah 4,67; meskipun demikian penambahan luas lahan di Desa Pasirlaja tidak mungkin dilakukan, karena petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan tanah pinjaman dari sebuah perusahaan perumahan. Faktor produksi bibit memiliki Nilai Produk Marginal sebesar 348,54 artinya bahwa penambahan 1 batang bibit akan meningkatkan penerimaan petani sebesar Rp 348,54 dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan adalah sebesar 70 Rp 250 sehingga rasio NPM-BKM bibit sebesar 1,39. Oleh karena itu penggunaan bibit dalam usahatani ubi kayu sebaiknya ditambah agar tercapai efisiensi. Rasio NPM-BKM dari pupuk urea dan pupuk kandang masing-masing adalah 2,57 dan 2,75. Angka ini menunjukkan perlunya penambahan dalam penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang agar tercapai efisiensi. Nilai Produk Marjinal pupuk urea sebesar 8.983,50. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 kilogram pupuk urea akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 8.983,50, dengan biaya tambahan sebesar Rp 3.500. Nilai Produk Marjinal pupuk kandang adalah 770,81. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 kilogram pupuk kandang, akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 770,81 dengan biaya tambahan sebesar Rp 280. Nilai Produk Marjinal untuk penggunaan tenaga kerja sebesar 11.268. Hal ini berarti bahwa untuk setiap tambahan 1 HKP penggunaan tenaga kerja, akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 11.268 dengan biaya tambahan sebesar Rp 20.000. Rasio NPM dan BKM dari penggunaan tenaga kerja sebesar 0,56. Hal ini menunjukan bahwa untuk mencapai efisiensi, petani disarankan untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja. Kondisi ini sejalan dengan keadaan di Desa Pasirlaja bahwa penggunaan tenaga kerja sudah melebihi jumlah optimalnya sebesar 100 HKP per hektar. Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat optimal sehingga diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi, nilai NPM harus sama dengan BKM atau rasio antara NPM dan BKM harus sama dengan satu. Tabel 18 menyajikan penggunaan faktor-faktor produksi dalam tingkat optimal. Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani ubi 71 Tabel 18. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor Produksi Ubi Kayu Faktor Produksi Rata-Rata Input Input Optimal Bibit 2.498,33 3.484,04 Tenaga Kerja 45,66 25,73 Sumber : Data Primer diolah, 2011 kayu di Desa Pasirlaja dapat dicapai apabila penggunaan bibit ditingkatkan dari 2.498,33 batang menjadi 3.484,04 batang ceteris paribus, atau penggunaan tenaga kerja di kurangi dari 45,66 menjadi 25,73 HKP ceteris paribus. Hasil analisis untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang optimal setelah dibagi dengan rata-rata luas lahan di desa penelitian 0,24 ha tidak sesuai dengan literatur budidaya ubi kayu ideal. Jumlah penggunaan pupuk urea ideal untuk satu hektar lahan adalah sebesar 200 kgha Prihandana, et al, 2007. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea sebaiknya ditambah menjadi 1.083 kgha. Jumlah penggunaan pupuk kandang ideal per hektar untuk satu musim tanam adalah sebesar 5.000 kgha Direktorat Budidaya Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, 2008. Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil analisis yang menganjurkan adanya penambahan penggunaan pupuk kandang menjadi 20.025 kgha. Ketidaksesuian antara hasil analisis dengan literatur dalam hal penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang disebabkan oleh penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang pada daerah penelitian yang sudah terlalu banyak. Hal ini dikarenakan pupuk urea dan pupuk kandang digunakan oleh petani di desa penelitian untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi baik. Selain itu, penggunaan pupuk urea juga digunakan untuk menutupi kekurangan penggunaan pupuk KCl dan TSP. Pada Tabel 19 ditunjukan perbandingan hasil analisis dengan literatur. 72 Tabel 19. Perbandingan Hasil Analisis Dengan Literatur Ideal. Sumber : Data Primer diolah, 2011 Karena hasil analisis untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang optimal tidak sesuai dengan literatur, maka hasil analisis ini tidak bisa digunakan sebagai rekomendasi kepada petani di daerah penelitian. Rekomendasi yang diberikan kepada petani untuk penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang ideal didasarkan pada literatur. Variabel Input Optimal Hasil Analisis Input Optimal Literatur Ideal Pupuk urea 1.083 kg haMT 200 kghaMT Pupuk kandang 20.025 kghaMT 5.000 kghaMT 73

IX. SIMPULAN DAN SARAN 9.1. Simpulan

1. Petani ubi kayu Desa Pasirlaja belum sepenuhnya menerapkan pedoman usahatani ubi kayu. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan pupuk dan pola penanaman yang belum sesuai dengan pedoman usahatani ubi kayu. 2. Usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja memberikan keuntungan secara ekonomi bagi petani. Hal ini ditunjukan oleh nilai RC rasio atas biaya tunai sebesar 2,80 dan RC rasio atas biaya total sebesar 1,59. 3. Penggunaan input pada usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja belum optimal. Hal ini ditunjukan oleh nilai rasio NPM-BKM yang tidak sama dengan satu. 4. Terdapat ketidaksesuaian antara hasil analisis dengan literatur, dalam hal penggunaan input optimal untuk pupuk urea dan pupuk kandang. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan optimal untuk pupuk urea dari hasil analisis sebesar 1.083 kgha, sedangkan dari hasil literatur sebesar 200 kgha. Begitu pula penggunaan optimal untuk pupuk kandang dari hasil analisis sebesar 20.025 kgha, sedangkan dari literatur sebesar 5.000 kgha. 9.2. Saran 1. Sebagai upaya untuk memperoleh hasil optimal, petani ubi kayu Desa Pasirlaja sebaiknya menerapkan pedoman usahatani ubi kayu secara lengkap. Dalam hal penggunaan pupuk, petani seharusnya tidak hanya menggunakan pupuk urea saja, namun dilengkapi dengan pupuk TSP dan KCl. Kemudian petani seharusnya memperhatikan masalah pola penanaman seperti jarak tanam dan waktu tanam yang sesuai dengan pedoman usahatani ubi kayu.

Dokumen yang terkait

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

2 52 76

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis pendapatan dan produksi usahatani cabai merah keriting (Kasus tiga desa di kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

1 22 134

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Analisis Pendapatan Usahatani, Pemasaran dan Nilai Tambah Ubi Kayu (Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

5 38 102

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat)

4 18 246

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70