Gambaran Umum Usahatani Ubi Kayu di Desa Pasirlaja

51 Sebagian besar dari petani responden adalah tamat SD yaitu sebesar 56,67 persen dari total jumlah petani responden. Petani Responden yang tidak tamat SD sebanyak 13,33 persen, tamat SMP sebanyak 26,67 persen serta tamat SMK sebanyak 3,33 persen. Dilihat dari pengalaman usahatani ubi kayu, maka sebagian besar petani responden mempunyai pengalaman antara 6 sampai 10 tahun, yaitu sebesar 46,67 persen. Petani responden yang mempunyai pengalaman antara 11-15 tahun sebanyak 30 persen, sedangkan petani responden yang mempunyai pengalaman antara 16-20 tahun sebanyak 13,33 persen dan petani yang mempuyai pengalaman 5-10 tahun sebanyak 20 persen. Pengetahuan tentang didapat petani secara turun temurun, baik dari orang tua maupun dari kerabat dan tetangga yang merupakan petani ubi kayu, teknik budidayanya pun relatif seragam. Tabel 13. Sebaran Petani Responden menurut Pengalaman Bertani Ubi Kayu di Desa Pasirlaja, Tahun 2011 Pengalaman Tahun Jumlah orang Persentase 0-5 3 10,00 6-10 14 46,67 11-15 9 30,00 16-20 4 13,33 Total 30 100,00 Sumber: Profil Desa Pasirlaja, 2009 Dari total 30 petani responden, 83,33 persennya mempunyai pekerjaan pokok sebagai petani ubi kayu dan menggantungkan hidupnya dari bertani ubi kayu, sedangkan 16,67 persennya menanam ubi kayu hanya sebagai sampingan.

5.3. Gambaran Umum Usahatani Ubi Kayu di Desa Pasirlaja

Komoditas utama yang biasa dibudidayakan oleh petani Desa Pasirlaja adalah ubi kayu. Kegiatan usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja relatif seragam, baik dalam proses kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, 52 penyiangan, dan penyulaman. Perbedaan hanya terletak pada waktu pemanenan. Hal ini dikarenakan waktu tanam yang berbeda-beda antar petani ubi kayu. Faktor produksi yang digunakan petani ubi kayu di Desa Pasirlaja adalah luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk kandang, dan tenaga kerja. Bibit ubi kayu diperoleh dari kebun petani sendiri yang baru dipanen. Bibit ubi kayu berasal dari tanaman ubi kayu yang telah dipanen. Tanaman ubi kayu yang akan dijadikan bibit diseleksi terlebih dahulu dengan memilih tanaman ubi kayu yang tingkat produksinya tinggi, kadar tepung tinggi, umur genjah 7 sampai dengan 9 bulan, memiliki rasa yang enak, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan untuk usahatani ubi kayu adalah pupuk urea, dan pupuk kandang. Pupuk urea biasanya dibeli dari pasar terdekat yaitu pasar Sukaraja dan Cibinong atau warung yang ada di desa tersebut, sedangkan pupuk kandang dibeli dari warung yang ada di desa. Budidaya ubi kayu dimulai dengan tahap pengolahan lahan dan penanaman. Pada tahap pengolahan lahan, petani mencangkul tanah supaya gembur, setelah itu petani membuat lubang tanam. Pada tahap pembuatan lubang tanam petani tidak memperhatikan jarak tanam. Waktu penanaman umumnya dilakukan pagi hari. Bulan penanaman antara petani yang satu dengan yang lain tidak sama. Setelah proses penanaman, dilakukan kegiatan pemupukan, penyiangan dan penyulaman. Pada umumnya petani melakukan penyiangan setelah satu sampai dua bulan ditanam. Penyiangan umumnya dilakukan 2 kali dalam satu musim tanam. Penyiangan umumnya dilakukan oleh wanita maupun pria. Kegiatan penyulaman dilakukan satu kali dalam satu musim tanam. Biasanya penyulaman dilakukan oleh pria. 53 Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali untuk pupuk urea dan satu kali untuk pupuk kandang. Pupuk kandang digunakan pada saat pengolahan lahan, sedangkan pupuk urea digunakan pada saat ubi kayu baru ditanam dan beberapa bulan setelah tanam. Kegiatan pemupukan umumnya dilakukan oleh pria. Pemanenan biasanya dilakukan kurang lebih setelah ubi kayu berumur 7 sampi 10 bulan setelah tanam. Tanaman ubi kayu sisa panen, biasanya digunakan kembali sebagai bibit untuk diatanam kembali. Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan tujuan agar hasil panen tidak cepat mengalami kelayuan. Kegiatan pemanenan yang dilakukan petani hanya kegiatan pencabutan dan pengupasan, sedangkan kegiatan mengemas, menimbang dan mengangkut ke pabrik olahan dilakukan oleh pihak pabrik olahan ubi kayu selaku pembeli hasil panen. Kegiatan mencabut dilakukan umumnya oleh tenaga kerja pria, sedangkan kegiatan mengupas umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Semua Petani ubi kayu di Desa Pasirlaja menjual hasil panennya ke pabrik olahan ubi kayu yang juga berada di desa tersebut. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah tunai. Dalam penentuan harga, sebagian besar ditentukan oleh pihak pabrik. Jadi kekuatan tawar-menawar petani sangat lemah, karena sangat tergantung pada harga yang ditetapkan oleh pabrik olahan. 54

VI. ANALISIS PENERAPAN PEDOMAN USAHATANI UBI KAYU

Berikut ini merupakan analisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu dibandingkan dengan cara usahatani aktual yang dilakukan oleh petani ubi kayu di Desa Pasirlaja. Analisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu didasarkan pada indikator iklim, tekstur dan struktur tanah, bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan serta pemeliharaan.

6.1. Iklim

Iklim terdiri dari suhu dan curah hujan. Berdasarkan pedoman usahatani ubi kayu , suhu yang baik untuk budidaya ubi kayu adalah 25-28 derajat Celcius. Suhu udara di daerah penelitian berkisar antara 23-32 derajat Celcius. Curah hujan yang baik untuk pertanian ubi kayu adalah 750-1.000 mmthn. Pada daerah penelitian, curah hujan berkisar antara 750-1.000 mmthn. Berdasarkan suhu dan curah hujan tersebut, maka Desa Pasirlaja memenuhi pedoman usahatani ubi kayu dalam hal iklim.

6.2. Tekstur dan Struktur Tanah

Tekstur tanah yang baik untuk budidaya ubi kayu adalah tanah berpasir hingga tanah liat. Struktur tanah yang baik untuk budidaya ubi kayu adalah tanah gembur dengan Ph antara 4,5-8, atau optimalnya pada Ph 5,8. Pada daerah penelitian, tekstur tanah berupa tanah debuan, sedangkan struktur tanah adalah tanah gembur dengan Ph 4,5. Oleh karena itu, Desa Pasirlaja tidak memenuhi pedoman usahatani ubi kayu budidaya ubi kayu dalam hal tekstur dan struktur tanah.

Dokumen yang terkait

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

2 52 76

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis pendapatan dan produksi usahatani cabai merah keriting (Kasus tiga desa di kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

1 22 134

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Analisis Pendapatan Usahatani, Pemasaran dan Nilai Tambah Ubi Kayu (Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

5 38 102

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat)

4 18 246

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70