104
nilai koefisien determinasi terendah di antara persamaan yang lain. Dengan demikian secara umum peubah-peubah penjelas yang dimasukkan dalam
persamaan struktural dalam penelitian ini mampu menjelaskan dengan cukup baik keragaman peubah-peubah endogennya. Selain itu, semua peubah penjelas
mempunyai tanda dugaan parameter yang sesuai dengan harapan dan logis dari sudut pandang teori ekonomi.
Hasil uji statistik t yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa peubah penjelas yang tidak signifikan atau berpengaruh nyata terhadap peubah
endogennya pada taraf α = 0.05. Dalam penelitian ini taraf α yang digunakan
cukup fleksibel berlaku untuk setiap persamaan struktural, sehingga sebagian besar peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya.
Adapun taraf nyata yang digunakan adalah merupakan taraf nyata pada α
sebesar 0.05, merupakan taraf nyata pada α sebesar 0.10, merupakan
taraf nyata pada α sebesar 0.15, dan untuk taraf nyata pada α sebesar 0.20.
Nilai Durbin Watson DW berkisar antara antara 1.09 sampai 2.58. Nilai terendah DW terdapat pada persamaan ekspor tekstil China XTC. Sedangkan
nilai DW tertinggi pada persamaan produksi garmen domestik PGD. Berdasarkan hasil dugaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
model yang digunakan dalam penelitian ini cukup representatif dalam menjelaskan fenomena ekonomi perkembangan industri TPT Indonesia di pasar
domestik dan dunia.
6.2. Keragaan Pasar Tekstil Indonesia
6.2.1. Produksi Tekstil Domestik
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tekstil domestik dapat dilihat pada Tabel 18. Hasil pendugaan parameter
produksi tekstil domestik mempunyai nilai R
2
yang tinggi, yaitu 0.98. Hal ini
105
menunjukkan tingginya kemampuan peubah-peubah penjelas dalam menjelaskan perilaku peubah produksi tekstil domestik.
Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tekstil Domestik PTD
Elastisitas No. Nama
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Intercept
3650.7103 2.658
2. Harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya
LHTDR 0.299693
1.336 0.300
0.959 3.
Harga riil kapas dunia tahun sebelumnya LHCWR
-66.004668 -3.242
-5.881 -18.783
4. Perubahan suku bunga riil bank untuk investasi
IRR3 -1.640075 -1.732
-0.001 -0.688 5.
Upah riil tenaga kerja tekstil tahun sebelumnya LUTKTR
-0.090732 -1.982
-0.376 -1.199
6. Harga riil BBM tahun sebelumnya LBBMR
-0.242343 -3.792
-0.192 -0.612
7. Tren waktu T
47.20348 3.886
8. Produksti tekstil domestik tahun sebelumnya
LPTD 0.686913
5.739 R
2
= 0.9825, F-hitung = 201.827, DW = 1.607 Keterangan:
: nyata pada taraf α = 5 persen.
: nyata pada taraf α = 10 persen.
: nyata pada taraf α = 15 persen.
: nyata pada taraf α = 20 persen.
Sebesar 98 persen keragaman produksi tekstil domestik dapat dijelaskan oleh peubah-peubah harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya, harga riil
kapas dunia tahun sebelumnya, perubahan suku bunga riil bank untuk kegiatan investasi, upah riil tenaga kerja tekstil tahun sebelumnya, harga riil BBM tahun
sebelumnya, tren waktu, dan produksi tekstil domestik tahun sebelumnya. Semua tanda parameter dugaan sesuai dengan harapan. Dan secara statistik
semua peubah juga berpengaruh nyata. Hasil pendugaan koefisien harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya
bertanda positif dan sebesar 0.30. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan harga riil tekstil domestik sebesar 10 USD per ton, maka produksi tekstil domestik akan
naik sebesar 3.0 ribu ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek produksi tekstil domestik kurang responsif terhadap harga riil tekstil domestik, yang ditunjukkan
dengan nilai elastisitas sebesar 0.30. Namun demikian dalam jangka panjang produksi tekstil domestik menjadi lebih responsif 0.96 terhadap harga riil tekstil
106
domestik. Dengan kata lain, peningkatan harga riil tekstil domestik sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan meningkatkan produksi tekstil domestik sebesar
0.30 persen dalam jangka pendek dan 0.96 persen dalam jangka panjang. Peningkatan produksi tekstil domestik yang searah dengan peningkatan harga riil
tekstil domestik menunjukkan bahwa harga riil tekstil domestik merupakan barometer ekonomi bagi produsen tekstil dalam memproduksi tekstil di pasar
domestik. Dalam penelitian produksi tekstil domestik juga dipengaruhi secara nyata
oleh harga riil kapas dunia tahun sebelumnya dengan arah yang berlawanan. Apabila harga riil kapas dunia meningkat sebesar
10 cent per pound , maka akan
menurunkan produksi tekstil domestik sebesar 660.05 ribu ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang produksi tekstil domestik sangat
responsif terhadap harga riil kapas dunia. Bahan baku utama tekstil adalah kapas, selain
wool, polyester, dan sisal. Dibutuhkan kurang lebih 500 gram kapas untuk membuat sebuah satu
t-shirt Rivoli, 2007. Serat ini mempunyai posisi yang sangat strategis karena memiliki
keunggulan yang belum dapat digantikan sepenuhnya oleh bahan baku-bahan baku non kapas. Salah satunya adalah mudah menyerap keringat atau bersifat
higroskopis. Oleh sebab itu perubahan harga riil kapas dunia sangat mempengaruhi perubahan produksi tekstil domestik. Secara deskriptif dalam
penelitian Istojo 2002 disebutkan bila industri tekstil Indonesia sangat tergantung kepada pemasok dan pembeli. Lebih dari 85 persen kebutuhan kapas
untuk industri tekstil domestik diimpor dari Australia, Amerika Serikat, China, India, Pakistan, Tanzania, dan lainnya. Hal ini karena tanaman kapas belum
dapat dibudidayakan secara optimal di dalam negeri. Pada tahun 2006, impor kapas sebesar 519 ribu ton dilakukan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negerinya yang mencapai 531 ribu ton Gambar 14.
107
100 200
300 400
500 600
1 000 T
o n
1981 1985 1990 1995 1997 1998 2000
2005 2006 Tahun
Produksi Impor
Konsumsi Ekspor
Gambar 13. Produksi, Konsumsi, Impor, dan Ekspor Kapas Indonesia Tahun 1981-2006
Sumber: International Cotton Advisory Committee, 2002.
Peubah suku bunga riil bank didekati dengan data perubahan suku bunga riil bank umum untuk kegiatan investasi di Indonesia. Peubah ini masih
memberikan pengaruh nyata α=0.15 terhadap produksi tekstil Indonesia.
Perubahan suku bunga riil bank memberikan kontribusi berlawanan arah dengan
produksi tekstil domestik. Apabila suku bunga riil bank dinaikkan melalui kebijakan moneter sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka tindakan itu akan
menurunkan produksi tekstil domestik sebesar 1.64 ribu ton. Keadaan tersebut menurunkan insentif bagi produsen sehingga akan mengurangi jumlah produksi
tekstil domestik sebesar 0.001 persen dalam jangka pendek dan 0.688 persen dalam jangka panjang. Hasil temuan ini berbeda dengan yang diteliti oleh
Yulaekha 2005. Disebutkan bahwa kapital tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan output Industri TPT Indonesia. Hasil tersebut
iberbeda karena Yulaekha menggunakan data kapital dari penjumlahan antara PMDN, PMA, dan non fasilitas yang diukur dalam miliar Rupiah. Sedangkan
dalam penelitian ini, data kapital didekati dengan menggunakan suku bunga
108
bank untuk kegiatan investasi yang diukur dalam persentase per tahun. Suku bunga bank dianggap lebih mewakili kondisi di lapang untuk industri TPT yang
sarat risiko. Pada saat ini, hal yang cukup mendesak adalah restrukturisasi industri tekstil, termasuk modernisasi mesin. Industri tekstil membutuhkan
pinjaman jangka panjang antara 10-15 tahun, namun 90 persen pinjaman perbankan justru merupakan pinjaman jangka pendek.
Industri TPT menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini tampak dari pangsa tenaga kerja di sub sektor TPT terhadap total tenaga kerja di sektor industri yang
mencapai 10.09 persen pada tahun 2005. Upah tenaga kerja menjadi salah satu komponen biaya produksi yang penting dalam keberlanjutan proses produksi.
Secara khusus, peubah upah riil tenaga kerja di sektor industri tekstil tahun sebelumnya memberikan pengaruh nyata terhadap produksi tekstil domestik
dengan arah negatif. Dengan kata lain, apabila besaran upah riil tenaga kerja di sektor industri tekstil tahun sebelumnya dinaikkan sebesar Rp. 1 juta per kapita
per tahun, maka akan menurunkan jumlah produksi tekstil domestik sebesar 0.09 ribu ton, ceteris paribus. Respons produksi tekstil domestik terhadap upah riil
tenaga kerja di sektor industri tekstil adalah inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Sama halnya yang telah dilakukan oleh Pracoyo
1995 pada industri tekstil di Indonesia. Peubah upah tenaga kerja memberikan pengaruh yang nyata secara statistik terhadap produksi tekstil domestik. Temuan
penelitian ini ternyata berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulaekha 2005. Dimana peubah upah tenaga kerja tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap peningkatan output industri TPT Indonesia pada periode tahun 1983 sampai 2002. Hal ini terjadi karena data upah tenaga kerja yang digunakan juga
berbeda. Yulaekha menggunakan data upah tenaga kerja dengan menjumlahkan antara pengeluaran untuk pekerja produksi dengan pekerja lainnya. Sedangkan
109
di dalam penelitian ini, data upah tenaga kerja dibagi berdasarkan jenis industrinya dan tidak dihitung dari pengeluaran tenaga kerja.
Selain upah riil tenaga kerja, harga riil BBM tahun sebelumnya terutama solar dan minyak bakar juga ikut berkontribusi dalam pos biaya produksi di
sektor industri tekstil. Peubah harga riil BBM tahun sebelumnya berhubungan negatif dengan produksi tekstil domestik dan ternyata signifikan secara statistik.
Harga riil BBM tahun sebelumnya yang mengalami kenaikan sebesar Rp. 10 per liter akan menurunkan jumlah produksi tekstil domestik sebesar 2.42 ribu ton,
ceteris paribus. Dalam jangka pendek dan jangka panjang, produksi tekstil domestik kurang responsif terhadap harga riil BBM.
Kecenderungan waktu menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah produksi tekstil domestik sebesar 47.20 ribu ton, ceteris paribus. Hal ini secara
kasat mata dapat diartikan bahwa perubahan teknologi yang diwujudkan dalam
modernisasi alat dan mesin industri TPT, akan mendorong efisiensi proses produksi, sehingga jumlah produksi tekstil akan meningkat sebesar 47.20 ribu
ton, ceteris paribus, dengan berjalannya waktu. Selain itu produksi tekstil domestik tahun sebelumnya ternyata juga
menjadi informasi dasar bagi produsen untuk berproduksi di tahun berikutnya. Peubah produksi tekstil domestik tahun sebelumnya memberikan pengaruh nyata
terhadap produksi tekstik domestik tahun berikutnya. Apabila produksi tekstil tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 1 ribu ton, maka pada tahun
berikutnya jumlah produknya akan naik sebesar 0.69 ribu ton, ceteris paribus.
6.2.2. Ekspor Tekstil Indonesia
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil Indonesia dijelaskan pada Tabel 19. Hasil pendugaan parameter ekspor
tekstil Indonesia mempunyai nilai R
2
yang tinggi, yaitu 0.96. Koefisien
110
determinasi yang tinggi tersebut menunjukkan tingginya kemampuan peubah- peubah penjelas dalam menjelaskan perilaku peubah ekspor tekstil Indonesia.
Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil Indonesia XTI
Elastisitas No. Nama
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Intercept
-100.561724 -0.342
2. Harga riil garmen dunia HGWR
-0.002832 -0.328
-0.024 -0.084
3. Perubahan harga riil tekstil domestik HTD4
-0.472086 -1.279
-0.078 -0.271
4. Produksi tekstil domestik PTD
0.227879 1.435
0.311 1.082
5. Nilai tukar riil RupiahUSD tahun sebelumnya
LERIR 0.01818
1.203 0.125
0.435 6.
Dummy integrasi perdagangan tekstil dan produk tekstil dunia DKG
-101.359313 -1.433
7. Tren waktu T
6.636401 0.458
8. Ekspor tekstil Indonesia tahun sebelumnya
LXTI 0.712744
4.992 R
2
= 0.9621, F-hitung = 91.755, DW = 2.264 Keterangan:
: nyata pada taraf α = 5 persen.
: nyata pada taraf α = 20 persen.
Semua peubah penjelas mempunyai tanda parameter dugaan sesuai harapan. Peubah-peubah yang mempunyai pengaruh nyata terhadap ekspor
tekstil Indonesia, adalah produksi tekstil domestik, dummy integrasi perdagangan
TPT dunia, dan ekspor tekstil Indonesia tahun sebelumnya. Produksi tekstil domestik berpengaruh nyata terhadap ekspor tekstil
Indonesia dan mempunyai hubungan yang positif. Apabila ada kenaikan jumlah produksi tekstil domestik sebesar 1 ribu ton, maka akan mendorong peningkatan
ekspor tekstil Indonesia sebesar 0.23 ribu ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek, respons ekspor tekstil Indonesia terhadap produksi tekstil domestik
adalah inelastis dan menjadi elastis bila dalam jangka panjang. Perdagangan tekstil dan produk tekstil dunia mengalami perubahan
signifikan dari tahun 1950an hingga tahun 2005. Tahap pengintegrasian perdagangan tekstil dan produk tekstil ke dalam ketentuan GATT dimulai tahun
1995 hingga tahun 2005. Proses tersebut berbentuk pengurangan jumlah dan jenis TPT dalam kuota impor di negara-negara pengimpor, seperti Amerika
111
Serikat, Kanada, Uni Eropa, Finlandia, Norwegia, dan Turki. Keadaan ini tentu akan berdampak pada ekspor tekstil Indonesia.
Dummy ketentuan pengintegrasian perdagangan TPT ternyata berpengaruh nyata terhadap ekspor
tekstil Indonesia. Proses pengintegrasian perdagangan TPT selama 10 tahun membuat ekspor tekstil Indonesia menurun hingga 101.36 ribu ton.
Ekspor tekstil Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh secara nyata terhadap ekspor tekstil Indonesia pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ekspor tekstil Indonesia memerlukan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali pada tingkat keseimbangan, atau dengan kata lain ekspor
tekstil Indonesia relatif tidak stabil. Apabila ada kenaikan ekspor tekstil Indonesia tahun sebelumnya sebesar 1 ribu ton, maka akan meningkatkan ekspor tekstil
Indonesia tahun sekarang sebesar 0.71 ribu ton, ceteris paribus.
6.2.3. Penawaran Tekstil Domestik
Total penawaran tekstil domestik merupakan residual dari besarnya produksi tekstil domestik ditambah dengan impor tekstil Indonesia dan
selanjutnya dikurangi dengan jumlah tekstil yang diekspor. Secara matematis persamaan identitas penawaran tekstil domestik ditulis sebagai berikut:
STD
t
= PTD
t
+ MTI
t
- XTI
t
…..........………..…………………………… 6.87 dimana,
STD
t
: Penawaran tekstil domestik tahun t 1 000 ton. PTD
t
: Produksi tekstil domestik tahun t 1 000. MTI
t
: Impor tekstil Indonesia tahun t 1 000. XTI
t
: Ekspor tekstil Indonesia tahun t 1 000. Berdasarkan hubungan identitas tersebut dapat dilihat bahwa setiap
perubahan dalam produksi tekstil, impor tekstil, dan ekspor tekstil yang ditimbulkan akibat intervensi pemerintah, antara lain melalui instrumen kebijakan
moneter dan fiskal, akan mempengaruhi volume tekstil yang tersedia di pasar domestik. Besaran perubahan penawaran tekstil domestik tergantung pada nilai
112
elastisitas produksi tekstil, impor tekstil, dan juga ekspor tekstil Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
6.2.4. Harga Tekstil Domestik
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga tekstil domestik dapat ditunjukkan pada Tabel 20. Hasil pendugaan parameter
harga riil tekstil domestik mempunyai nilai R
2
cukup tinggi, yaitu 0.84. Hal tersebut mengindikasikan tingginya kemampuan peubah-peubah penjelas dalam
menjelaskan perilaku peubah harga riil tekstil domestik. Tanda dugaan parameter peubah dalam persamaan struktural juga telah sesuai dengan harapan. Namun
demikian dari keempat peubah penjelas tersebut, hanya peubah harga riil garmen domestik dan harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya yang
berpengaruh nyata secara statistik terhadap harga riil tekstil domestik.
Tabel 20. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Riil Tekstil Domestik HTDR
Elastisitas No. Nama
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Intercept
211.690265 0.936
2. Penawaran tekstil domestik tahun sebelumnya
LSTD -0.025276 -0.652
-0.025 -0.197
3. Perubahan harga riil garmen domestik HGD9
0.070377 1.996
0.006 0.051
4. Rasio harga riil tekstil dunia tahun sebelumnya
dengan harga riil kapas dunia tahun sebelumnya HTW9
0.008258 0.027
0.001 0.010
5. Harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya
LHTDR 0.875107 6.187
R
2
= 0.8418, F-hitung = 34.255, DW = 1.147 Keterangan:
: nyata pada taraf α = 5 persen.
: nyata pada taraf α = 15 persen.
Perubahan harga riil gamen domestik secara statistik berpengaruh nyata terhadap harga riil tekstil domestik dengan arah yang positif. Apabila perubahan
harga riil garmen domestik mengalami kenaikan sebesar 100 USD per ton, maka hal tersebut akan menstimulasi kenaikan harga tekstil domestik sebesar 7.04
USD per ton, ceteris paribus. Elastisitas dalam jangka pendek dan jangka
113
panjang adalah inelastis, hal ini menunjukkan bahwa harga riil tekstil domestik kurang responsif terhadap perubahan harga riil garmen domestik.
Selain peubah perubahan harga riil garmen domestik, harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya juga sangat nyata secara statistik. Hal ini
mengindikasikan bila harga tekstil domestik memerlukan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali pada tingkat keseimbangan, atau dengan
kata lain harga riil tekstil domestik relatif tidak stabil. Apabila ada kenaikan harga riil tekstil domestik tahun sebelumnya sebesar 10 USD per ton, maka akan
meningkatkan harga riil tekstil domestik pada tahun berikutnya sebesar 8.75 USD per ton, ceteris paribus.
6.2.5. Permintaan Tekstil Domestik
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tekstil domestik dapat dilihat pada Tabel 21. Hasil pendugaan parameter
permintaan tekstil domestik mempunyai nilai R
2
cukup tinggi, yaitu 0.83. Keadaan ini menggambarkan tingginya kemampuan peubah-peubah penjelas dalam
menjelaskan perilaku peubah permintaan tekstil domestik.
Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tekstil Domestik DTD
Elastisitas No. Nama
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Intercept
1619.544246 1.853 2.
Rasio antara harga riil tekstil dunia tahun sebelumnya dengan harga riil tekstil domestik
HTD21 -17.102945 -0.358
-0.408 -0.849
3. Harga riil garmen domestik HGDR
-0.175392 -1.365
-0.651 -1.356
4. Upah riil tenaga kerja tekstil tahun sebelumnya
LUTKTR -0.204743 -2.129
-0.802 -1.669
5. Harga riil BBM tahun sebelumnya LBBMR
-0.240549 -1.823
-0.180 -0.375
6. Perubahan suku bunga riil bank untuk investasi
IRR3 -2.016538 -0.823
-0.001 -0.003
7. Tren waktu
T 51.87468
2.280 8.
Permintaan tekstil domestik tahun sebelumnya LDTD 0.519768
2.848 R
2
= 0.8260, F-hitung = 17.951, DW = 2.376 Keterangan:
: nyata pada taraf α = 5 persen.
: nyata pada taraf α = 10 persen.
: nyata pada taraf α = 20 persen.
114
Peubah-peubah yang nyata secara statistik berpengaruh terhadap permintaan tekstil domestik adalah harga riil garmen domestik, upah riil tenaga
kerja tekstil tahun sebelumnya, harga riil BBM tahun sebelumnya, perubahan suku bunga riil bank untuk investasi, tren waktu, dan juga permintaan tekstil
domestik tahun sebelumnya. Permintaan tekstil domestik dijelaskan oleh rasio harga riil tekstil dunia
tahun sebelumnya dengan harga riil tekstil domestik, harga riil garmen domestik, upah riil tenaga kerja sektor industri tekstil tahun sebelumnya, harga riil BBM
tahun sebelumnya, perubahan suku bunga riil bank, tren waktu, dan permintaan tekstil domestik tahun sebelumnya. Tanda parameter dugaan semuanya sesuai
dengan harapan. Hanya peubah rasio harga riil tekstil dunia tahun sebelumnya dengan harga riil tekstil domestik dan perubahan suku bunga riil bank untuk
investasi yang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan tekstil domestik. Koefisien harga riil garmen domestik tahun mempunyai hubungan yang
berlawanan dengan jumlah permintaan tekstil domestik. Apabila harga riil garmen mengalami kenaikan sebesar 10 USD per ton, maka jumlah permintaan tekstil
domestik akan turun sebesar 1.75 ribu ton, ceteris paribus. Selain itu permintaan tekstil domestik kurang responsif terhadap perubahan harga riil garmen domestik
dalam jangka pendek dan menjadi elastis dalam jangka panjang. Permintaan tekstil domestik merupakan cerminan permintaan tekstil oleh industri tekstil itu
sendiri, dimana pada akhirnya output industri tekstil akan digunakan sebagai input oleh industri garmen. Harga garmen domestik berpengaruh nyata dalam
pasar tekstil, karena produk akhir industri tekstil akan diserap industri garmen. Upah riil tenaga kerja di sektor tekstil tahun sebelumnya juga
mempengaruhi perubahan jumlah tekstil domestik yang diminta. Upah riil tenaga kerja di sektor ini adalah nyata secara statistik sebesar 0.20 dan mempunyai
hubungan yang negatif dengan permintaan tekstil domestik. Dimana bila terjadi
115
kenaikan tingkat upah sebesar Rp. 1 juta per kapita per tahun, maka tindakan tersebut akan menurunkan jumlah permintaan tekstil domestik sebesar 0.20 ribu
ton, ceteris paribus. Dalam jangka pendek, permintaan tekstil domestik kurang responsif bila dibandingkan dalam jangka panjang. Atau dengan kata lain, bila
upah riil tenaga kerja di sektor industri tekstil naik 1 persen, maka akan menurunkan jumlah permintaan tekstil domestik sebesar 0.80 persen dalam
jangka pendek dan 1.70 persen dalam jangka panjang. Harga riil BBM tahun sebelumnya juga mempengaruhi permintaan tekstil
domestik sebagai derived demand. Dimana bila ada kenaikan harga riil BBM
tahun sebelumnya sebesar Rp. 10 per liter, maka akan menurunkan permintan tekstil domestik sebesar 0.24 ribu ton. Baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, peubah permintaan tekstil domestik bersifat inelastis terhadap peubah harga riil BBM tahun sebelumnya.
Kecenderungan waktu menunjukkan hubungan yang positif dengan permintaan tekstil domestik. Artinya jumlah permintaan tekstil domestik
mengalami kenaikan sebesar 51.87 ribu ton setiap tahun, ceteris paribus . Hal ini
dapat ditafsirkan bahwa dengan berjalannya waktu, teknologi industri TPT mengalami perubahan. Penggunaan teknologi modern dalam industri tekstil akan
mendorong efisiensi proses produksi, sehingga jumlah produksi tekstil akan meningkat. Waktu produksi yang lebih singkat, kualitas produk yang terjamin,
dan penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit akan menjadikan komoditas tekstil Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar TPT dunia. Pada akhirnya
peningkatan ini akan menstimulasi ekspor tekstil Indonesia sebesar 51.87 ribu ton, ceteris paribus.
Permintaan tekstil domestik merupakan derived demand untuk industri
garmen. Informasi jumlah permintaan tekstil domestik tahun sebelumnya mempunyai peran penting untuk memperkirakan jumlah permintaan tekstil
116
domestik pada tahun berikutnya. Jika jumlah permintaan tekstil domestik tahun sebelumnya naik sebesar 1 ribu ton, maka ada kecenderungan juga akan
menaikkan jumlah permintaan tekstil domestik pada tahun berikutnya sebesar 0.52 ribu ton, ceteris paribus.
5.2.6. Impor Tekstil Indonesia
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi impor tekstil Indonesia disajikan pada Tabel 22. Hasil pendugaan parameter impor
tekstil Indonesia mempunyai nilai R
2
yang tinggi, yaitu 0.87. Hal ini menunjukkan tingginya kemampuan peubah-peubah penjelas dalam menjelaskan perilaku
peubah impor tekstil Indonesia. Selain itu tanda dugaan parameter peubah telah sesuai dengan harapan, baik secara teori maupun empiris. Impor tekstil
Indonesia ternyata dipengaruhi nyata secara statistik oleh jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya, tren waktu, dan impor tekstil Indonesia tahun
sebelumnya.
Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Tekstil Indonesia MTI
Elastisitas No. Nama
Peubah Parameter
Dugaan t-hitung
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Intercept
-3436.83157 -1.496 2.
Harga riil impor tekstil Indonesia tahun sebelumnya LHMTIR
-0.001014 -0.066
-0.003 -0.009
3. Rasio harga riil tekstil dunia dengan harga riil
kapas dunia HTW10 -1.3241 -0.993
-0.260 -0.709
4. Tarif impor tekstil tahun sebelumnya LTFT
-10.214246 -1.025
-0.403 -1.098
5. Nilai tukar riil RupiahUSD tahun sebelumnya
LERIR -0.005713 -0.326
-0.036 -0.099
6. Rasio GDP riil Indonesia dengan GDP riil
Indonesia tahun sebelumnya GDPI1 129.669779
0.521 0.216
0.589 7.
Jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya LPOPI 28.926601
1.895 8.767
23.889 8. Tren
waktu T
-91.459831 -1.896
9. Impor tekstil Indonesia tahun sebelumnya
LMTI 0.633019 3.526
R
2
= 0.8669, F-hitung = 21.362, DW = 2.516 Keterangan:
: nyata pada taraf α = 5 persen.
: nyata pada taraf α = 10 persen.
: nyata pada taraf α = 20 persen.
117
Tekstil merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat untuk menunjang kehidupannya. Jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya
ternyata mempengaruhi jumlah tekstil yang diimpor Indonesia. Peubah ini mempunyai besaran dugaan parameter 28.93 dengan hubungan yang positif.
Artinya apabila ada kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1 juta orang, maka akan meningkatkan impor tekstil Indonesia sebesar 28.93 ribu ton, ceteris
paribus. Peubah impor tekstil Indonesia sangat responsif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, terhadap peubah jumlah penduduk Indonesia
tahun sebelumnya. Tren waktu juga berpengaruh nyata secara statistik. Seiring dengan
waktu, impor tekstil Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 91.46 ribu ton, ceteris paribus.
Apabila dihubungkan dengan keberadaan teknologi industri tekstil domestik, maka peremajaan dan modernisasi teknologi dapat
menstimulasi peningkatan produksi tekstil domestik. Pasokan tekstil di dalam negeri menjadi lebih terjamin dengan kuantitas dan kualitas tertentu. Hal ini
dengan catatan tidak ada persaingan antara tekstil Indonesia dengan produsen- produsen TPT dunia. Oleh sebab itu, dalam kondisi ceteris paribus penggunaan
teknologi industri tekstil yang lebih baik dapat menurunkan impor tekstil Indonesia sebesar 91.46 ribu ton.
Selain itu, peubah impor tekstil Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh terhadap impor tekstil Indonesia pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa impor tekstil Indonesia memerlukan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali pada tingkat keseimbangan, atau dengan kata lain impor
tekstil Indonesia relatif tidak stabil. Atau apabila ada kenaikan 1 ribu ton impor tekstil Indonesia tahun sebelumnya, maka akan meningkatkan impor tekstil
Indonesia sekarang sebesar 0.63 ribu ton, ceteris paribus.
118
6.3. Keragaan Pasar Tekstil Dunia