V. ANALISIS PERUBAHAN EKSPOR TPT INDONESIA
Analisis perubahan ekspor TPT Indonesia di pasar dunia akan dilakukan dengan menggunakan metode CMS. Hasil analisis CMS akan dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh tentang kompetisi dan posisi TPT Indonesia dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya, seperti China, India, dan Italia,
di pasar Amerika Serikat dan Jerman. Periode analisisnya dibagi ke dalam 4 kelompok tahun, untuk dapat menganalisis lebih mendalam dan realistis dengan
perubahan-perubahan yang terjadi selama kurun waktu tahun 1995-2005.
5.1. Perubahan Nilai Ekspor TPT Negara Produsen
Model CMS didasarkan pada asumsi pangsa pasar yang konstan dan tergantung pada penentuan tahun dasar. Oleh sebab itu analisis perubahan
ekspor dilakukan dalam jangka waktu yang lebih pendek berdasarkan sub-sub periode yang meliputi: 1 tahun 1995-2005 untuk mengetahui daya saing ekspor
secara utuh pada saat pengintegrasian perdagangan TPT periode 10 tahun hingga pencabutan kuota impor, 2 tahun 1995-1997 untuk mengetahui daya
saing pada saat pra krisis moneter dan sekaligus sebagai awal pengintegrasian perdagangan TPT kepada ketentuan GATT, 3 tahun 1998-2000 untuk
mengidentifikasi daya saing ekspor pada saat pasca krisis moneter, dan 4 tahun 2001-2004 untuk melihat daya saing ekspor menjelang pencabutan kuota
impor TPT.
5.1.1. Periode Tahun 1995-2005
Dekomposisi perubahan nilai ekspor TPT tahun 1995-2005 untuk negara- negara pengekspor TPT ditampilkan pada Tabel 5. Pada tahun 1995-2005
ekspor TPT Indonesia, India, China, dan Italia menunjukkan peningkatan ekspor. Hasil dekomposisi tahap pertama menunjukkan bila peningkatan ekspor TPT
78
Indonesia dan Italia banyak disebabkan oleh efek struktural, sedangkan peningkatan ekspor TPT India dan China lebih dikarenakan kontribusi efek
kompetitif, yaitu masing-masing sebesar 37.52 persen dan 46.22 persen.
Tabel 5. Dekomposisi CMS Perubahan Nilai Ekspor Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1995-2005
Indonesia India Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 2 404 392.80
100.00 8 754 017.22
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 3 098 276.66
128.86 3 797 534.39
43.38 2. Kompetitif
-357 838.70 -14.88
3 284 135.97 37.52
3. Ordo Kedua -336 045.15
-13.98 1 672 346.86
19.10
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 3 025 022.80
125.81 3 632856.67
41.50 b. Efek Distribusi Pasar
73 758.41 3.07
141 566.68 1.62
c. Efek Komposisi Komoditas -151 931.02
-6.32 -25 632.99
-0.29 d. Efek Interaksi Struktural
151 426.47 6.30
48 744.03 0.56
2. a. Efek Kompetitif Umum -406 134.76
-16.89 3 351 242.03
38.28 b. Efek Kompetitif Khusus
48 296.06 2.01
-67 106.06 -0.77
3. a. Ordo Kedua Murni 357 838.71
14.88 -3 284 135.97
-37.52 b. Struktural Residual Dinamis
-693 883.86 -28.86
4 956 482.83 56.62
China Italia Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 72 420 361.16
100.00 4 887 522.00
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 21 002 597.76
29.00 11 175 224.99
228.65 2. Kompetitif
33 475 747.82 46.22
-4 448 843.26 -91.02
3. Ordo Kedua 17 942 015.58
24.77 -1 838 859.73
-37.62
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 17 857 861.84
24.66 13 273 741.43
271.58 b. Efek Distribusi Pasar
1 386 467.38 1.91
-1 810 758.40 -37.05
c. Efek Komposisi Komoditas 3 096 987.92
4.28 654 524.62
13.39 d. Efek Interaksi Struktural
-1 338 719.39 -1.85
-942 282.66 -19.28
2. a. Efek Kompetitif Umum 35 705 215.53
49.30 -5 487 867.60
-112.28 b. Efek Kompetitif Khusus
-2 229 467.71 -3.08
1 039 024.34 21.26
3. a. Ordo Kedua Murni -33 475 747.82
-46.22 4 448 843.26
91.02 b. Struktural Residual Dinamis
51 417 763.40 71.00
-6 287 702.99 -128.65
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
Pada hasil dekomposisi tahap kedua memperlihatkan bahwa kontribusi positif dari efek struktural di negara Indonesia dan Italia adalah disebabkan oleh
efek pertumbuhan yang positif. Demikian pula bagi India dan China, efek kompetitif yang positif banyak disumbangkan oleh efek pertumbuhan juga.
79
Bagaimanapun, proses pengintegrasian perdagangan TPT terhadap ketentuan GATT, dalam bentuk reduksi jumlah kuota impor, telah berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan ekspor negara-negara produsen TPT selama 1 dasawarsa terakhir ini. Menurut Diao and Agapi 2001, bahwa perdagangan TPT
negara-negara berkembang mengalami peningkatan pada dekade terkahir ini. Hampir 70 persen komoditas TPT diimpor oleh negara-negara maju atau industri
dan hal ini menjadi momentum pertumbuhan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Antara tahun 1995 dan 2003, pangsa pasar ekspor TPT dari
negara-negara berkembang meningkat dari 2 persen menjadi 5 persen. Hal ini distimulasi oleh pertumbuhan rata-rata tahunan yang mencapai 15.70 persen
Jauch and Rudolf, 2006. Efek distribusi pasar TPT yang negatif hanya dialami oleh negara Italia,
yaitu sebesar 37.05 persen. Hal ini menunjukkan bila Italia tidak mengonsentrasikan ekspornya ke pasar yang tumbuh relatif cepat bila
dibandingkan Indonesia, India, dan China. Secara umum tekstil dan garmen China di pasar Amerika memperoleh pangsa pasar sebesar 13.39 persen untuk
tekstil dan 15 persen untuk garmen. Di pasar Jerman, China juga masih mampu mengambil bagian pangsa pasar sebesar 4.40 persen untuk tekstil dan 11.10
persen untuk garmen. Pangsa pasar India di pasar Amerika Serikat dan Jerman relatif masih lebih baik daripada Indonesia. Tekstil Indonesia mampu
mendapatkan bagian pasar sebesar 1.16 persen dan 3.51 persen untuk garmen di pasar Amerika Serikat. Besaran tersebut semakin kecil ketika ekspor tekstil
dan garmen Indonesia berada di pasar Jerman. Pangsa pasar sebesar 0.76 persen diperoleh dari ekspor tekstil dan sebesar 2.29 persen dari ekspor garmen
pada periode tahun 1995 sampai 2005. Efek komposisi komoditas TPT berkontribusi negatif untuk Indonesia dan
India. Hal ini mengimpilikasikan bahwa Indonesia dan India tidak
80
mengosentrasikan ekspornya pada TPT yang permintaan impornya meningkat dengan cepat. China menempati urutan pertama, dengan kontribusi efek
kompetitif yang positif terhadap peningkatan ekspornya sebesar 46.22 persen, kemudian disusul oleh India dengan 37.52 persen selama kurun waktu 10 tahun.
Selama tahun 1995 sampai 2005 ternyata daya saing TPT Indonesia mengalami penurunan, begitu pula dengan Italia. Indikasi ini ditunjukkan oleh
besaran efek kompetitif yang negatif sebesar 14.88 persen untuk Indonesia dan 91.02 persen untuk Italia Gambar 8. Meskipun perdagangan TPT negara-
negara berkembang mengalami peningkatan pada dekade terakhir ini, namun penghapusan sistem kuota impor TPT dunia telah menurunkan pangsa
pasarnya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh harga TPT dunia yang menurun sebagai akibat dari efisiensi perdagangan TPT setelah penghapusan MFA, di sisi
lain konsumen akan diuntungkan dengan komoditas TPT yang murah tersebut Diao and Agapi, 2001.
-14.88 37.52
46.22
-91.02
-100.00 -80.00
-60.00 -40.00
-20.00 0.00
20.00 40.00
60.00
s ase
en t
P er
Indonesia India
China Italia
Gambar 8. Besaran Efek Kompetitif dari Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1995-2005
Penting untuk digarisbawahi bahwa ketergantungan terhadap kapas impor akan menjadikan posisi Indonesia rentan terhadap perubahan harga kapas
81
dunia. Sampai saat ini hampir 80 persen, tanaman kapas di Indonesia masih dikembangkan sebagai kapas tadah hujan rained cotton dan dilaksanakan di
daerah lahan kering marginal. Pada tanggal 1 Januari 2005, kuota impor TPT telah dihapuskan. Negara
yang paling diuntungkan dengan penghapusan kuota tersebut adalah negara- negara yang selama ini telah mencapai kuota impor yang ditetapkan pada
produk-produk utamanya. Sementara negara yang akan menderita kerugian paling besar adalah negara yang selama ini belum mampu memenuhi batas
kuotanya. Kerugian semakin besar bila negara tersebut sangat tergantung pada produk-produk tersebut.
Tabel 6 memperlihatkan pemanfaatan kuota oleh negara-negara pengekspor TPT ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. China merupakan negara
pengekspor TPT yang paling banyak memanfaatkan kuota impor mereka, sementara negara-negara Afrika dan anggota NAFTA cenderung hanya sedikit
saja mampu memenuhi batas impor mereka. Apabila negara-negara di Asia mampu memenuhi kapasitas kuota sebesar rata-rata 53.10 persen pada tahun
2002, maka sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh customs and border protection textile status report, Indonesia pada tahun 2004 mampu memenuhi
kapasitas kuota ke negara Amerika Serikat sebesar 57.35 persen dan banyak didominasi oleh produk-produk garmen.
Tabel 6. Pemenuhan Kuota Tahun 2002 No.
Kawasan Kuota Terpenuhi
Di Bawah Kuota
1. NAFTA 0.50
99.50 2. Afrika
41.10 58.90
3. Asia 46.90
53.10 4. China
86.60 13.40
Sumber: Nathan Associates, 2002 dalam Maidir, 2006.
Dengan dihapuskannya penerapan kuota impor, di satu sisi akses pasar TPT akan semakin terbuka. Namun demikian, pada saat bersamaan, retriksi lain
82
berupa hambatan tarif yang juga berkonsekuensi terhadap pangsa ekspor sejumlah produk tekstil dan produksi tekstil Indonesia masih relatif besar. Bahkan
pada pasar non tradisional, seperti Amerika Latin dan Eropa Timur, bea masuk ekspor TPT ke negara-negara di kawasan tersebut mencapai 13.5-18 persen.
Besaran yang tinggi untuk dapat memenuhi pertumbuhan permintaan yang pesat dari tujuan ekspor potensial TPT tersebut Maidir, 2006.
Studi lain memperlihatkan bahwa bila China dapat meningkatkan ekspor TPT-nya ke Uni Eropa hingga mendapatkan pangsa pasarnya sebesar 13 persen
pada produk tekstil dari sebelumnya 10 persen saja, sementara pangsa pasar produk pakaian naik menjadi 30 persen dari sebelumnya 18 persen. Begitu pula
dengan pasar di Amerika serikat, dimana pangsa pasar china akan naik menjadi 18 persen dari 11 persen untuk tekstil dan 50 persen dari sebelumnya 16 persen
untuk pakaian. Sedangkan India disebutkan mampu meningkatkan ekspornya di kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Ekspor India ke Uni Eropa memperoleh
pangsa pasar sebesar 11 persen yang sebelumnya 9 persen untuk tekstil. Adapun pangsa pasar pakaiannya pun juga dilaporkan meningkat hingga 9
persen dari sebelumnya hanya 6 persen. Sama halnya untuk pasar di Amerika Serikat, India mampu mengambil bagian dalam ekspor produk pakaian sebesar
15 persen dari sebelumnya 45 persen, sedangkan untuk ekspor produk tekstil, India tidak ada perubahan pangsa pasarNordas, 2004.
5.1.2. Periode Tahun 1995-1997
Dekomposisi perubahan nilai ekspor TPT tahun 1995-1997 untuk Indonesia dan negara-negara pengekspor pesaing ditampilkan pada Tabel 7.
Pada tahun 1995-1997, ternyata di antara China, India, dan Italia, hanya ekspor TPT Indonesia saja yang menurun sebesar 901.23 juta USD. Dari hasil
dekomposisi tahap pertama menunjukkan bahwa penurunan ekspor TPT
83
Indonesia tersebut berkaitan dengan efek kompetitif yang turun secara signifikan sebesar 145.72 persen, meskipun terjadi peningkatan pada efek struktural.
Artinya perubahan ekspor TPT Indonesia banyak disebabkan oleh adanya perubahan ekspor dunia.
Italia meskipun terjadi penurunan efek kompetitif sebesar 104.41 persen, akan tetapi efek struktural meningkat lebih besar,
sehingga dampaknya tetap positif. Adapun kontribusi efek struktural terhadap perubahan ekspor terendah adalah China sebesar 44.77 persen dan tertinggi
adalah Italia sebesar 212.54 persen.
Tabel 7. Dekomposisi CMS Perubahan Nilai Ekspor Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1995-1997
Indonesia India Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor -901 229.69
100.00 1 073 368.34
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 533 276.87
59.17 640 088.99
59.63 2. Kompetitif
-1 313 270.07 -145.72
442 018.43 41.18
3. Ordo Kedua -121 236.49
-13.45 -8 739.08
-0.81
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 488 295.11
54.18 586 410.84
54.63 b. Efek Distribusi Pasar
45 087.08 5.00
48 853.89 4.55
c. Efek Komposisi Komoditas -27 945.68
-3.10 -1 455.43
-0.14 d. Efek Interaksi Struktural
27 840.36 3.09
6 279.69 0.59
2. a. Efek Kompetitif Umum -1 280 371.43
-142.07 448 704.82
41.80 b. Efek Kompetitif Khusus
-32 898.64 -3.65
-6 686.39 -0.62
3. a. Ordo Kedua Murni 1 313 270.07
145.72 -442 018.43
-41.18 b. Struktural Residual Dinamis
-1 434 506.56 -159.17
433 279.36 40.37
China Italia Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 8 101 177.84
100.00 637 275.49
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 3 626 539.97
44.77 1 354 470.24
212.54 2. Kompetitif
3 985 160.99 49.19
-665 365.00 -104.41
3. Ordo Kedua 489 476.87
6.04 -51 829.75
-8.13
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 2 882 592.03
35.58 2 142 629.48
336.22 b. Efek Distribusi Pasar
376 922.29 4.65
-728 091.87 -114.25
c. Efek Komposisi Komoditas 592 564.57
7.31 71 798.88
11.27 d. Efek Interaksi Struktural
-225 538.91 -2.78
-131 866.26 -20.69
2. a. Efek Kompetitif Umum 4 808 642.59
59.36 -1 387 101.72
-217.66 b. Efek Kompetitif Khusus
-823 481.60 -10.16
721 736.72 113.25
3. a. Ordo Kedua Murni -3 985 160.99
-49.19 665 365.00
104.41 b. Struktural Residual Dinamis
4 474 637.86 55.23
-717 194.75 -112.54
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
84
Dari dekomposisi tahap kedua, efek kompetitif yang menjadi penyebab turunnya ekspor TPT Indonesia, disebabkan oleh efek kompetitif umum sebesar
142.07 persen sedangkan efek kompetitif khusus hanya sebesar 3.09 persen. Sementara itu, efek struktural meskipun positif, ternyata lebih banyak
disebabkan oleh efek pertumbuhan sebesar 54.18 persen, namun efek komposisi komoditasnya adalah negatif sebesar 3.10 persen. Yang perlu diperhatikan bagi
Indonesia adalah efek ordo kedua walaupun dampaknya relatif kecil, yaitu sebesar 13.45 persen. Efek tersebut ternyata sangat dipengaruhi oleh efek
struktural residual dinamis. Apabila dibandingkan dengan 3 negara lain, dekomposisi tahap kedua
menunjukkan bahwa kontribusi efek pertumbuhan berkisar antara antara 35.58 persen China yang terendah sampai yang tertinggi 366.22 persen oleh Italia.
Peningkatan ekspor TPT India, China, dan Italia tersebut berkaitan erat dengan peningkatan impor dunia terhadap kebutuhan tekstil rata-rata sebesar 3.26
persen dan garmen rata-rata sebesar 12.19 persen pada tahun tersebut. Di antara keempat negara pengekspor utama TPT, Indonesia, India dan
China mempunyai efek distribusi pasar TPT yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia, India, dan China mengonsentrasikan ekspornya kepada
pertumbuhan pasar yang tinggi. Indonesia mempunyai pangsa pasar sebesar 2.33 persen di pasar Amerika Serikat dan 1.51 persen. Sedangkan India
mengonsentrasikan ekspornya ke pasar Amerika Serikat dengan pangsa pasar ekspornya mencapai 3.44 persen dan 2.64 persen di pasar Jerman. China
mampu mengambil bagian pangsa pasar TPT di pasar Amerika Serikat hingga 12.88 persen dan di pasar Jerman sebesar 6.32 persen Tabel 8.
Efek komposisi komoditas TPT adalah negatif untuk Indonesia dan India, sedangkan China dan Italia positif. Hal tersebut menunjukkan bila Indonesia dan
India tidak mengonsentrasikan pertumbuhan ekspornya berdasarkan jenis
85
produknya. Di pasar Amerika Serikat, garmen China sangat mendominasi dibandingkan Indonesia, India, dan Italia. Hampir lebih dari 15 persen garmen
China dipasarkan di pasar Amerika Serikat dan 9.61 persen dipasarkan di pasar Jerman. Berbeda dengan Italia, tekstil Italia banyak diserap di pasar Amerika
Serikat hingga 6.51 persen dan 21.76 persen dipasarkan di pasar Jerman.
Tabel 8. Pangsa Pasar TPT Indonesia, India, China, dan Italia Berdasarkan Jenis Produk Tahun 1995-2005
Indonesia India China
Italia Tahun
Tekstil Garmen Tekstil Garmen Tekstil Garmen Tekstil Garmen
1995 2.04
2.04 2.40
2.48 8.47 14.52 9.53 8.54
1997 1.62
1.56 3.03
2.34 8.50 17.12 9.17 8.00
1998 1.74
1.38 2.51
2.50 8.05 15.73 9.23 7.72
2000 2.40
2.28 3.41
2.98 10.01 17.38 8.05 6.57
2001 2.29
2.15 3.16
2.61 10.85 17.43 8.17 6.76
2004 1.88
1.67 3.66
2.49 17.66 23.23 7.95 6.86
2005 2.06
1.81 4.37
3.27 21.82 26.29 7.74 6.61
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
Pada Tabel 9 disajikan pangsa pasar dari eksportir berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Indonesia mengekspor TPT rata-rata 1.80 persen
berbentuk tekstil dan 1.83 persen berbentuk garmen selama tahun 1995 hingga 1997. Apabila dilihat lebih detail, maka ekspor Indonesia yang berbentuk benang
tekstil SITC 651 dan kain tenun dari serat buatan SITC 653 mendominasi keseluruhan ekspor tekstil. Sedangkan untuk ekspor garmen, tampak bila ekspor
berbentuk pakaian lelaki dan anak lelaki bukan rajutan SITC 841 dan rajutan SITC 843 menjadi primadona.
Tabel 9. Pangsa Pasar TPT Indonesia Tahun 1995-1997
SITC Digit 3 Tahun
266 651 653 654 655 657
658 1995
0.41 2.53 4.02 0.05 0.43 0.68 1.39
1997 0.58
2.24 3.08 0.07 0.28 0.61 0.92
SITC Digit 3 Tahun
841 842 843 844 845 846
848 1995
2.93 2.29 3.56 1.81 1.47 0.90 1.09
1997 2.31
2.08 2.35 1.06 1.04 0.53 0.89
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
86
India mengekspor TPT rata-rata 2.72 persen berbentuk tekstil dan 2.41 persen berbentuk garmen Tabel 10. Secara lebih detail, ekspor India banyak
didominasi oleh benang tekstil SITC 651 dan benang teksti lainnya 658. Adapun untuk ekspor garmen banyak berbentuk pakaian wanita dan anak wanita
bukan rajutan SITC 842 dan pakaian lelaki dan anak lelaki rajutan SITC 843.
Tabel 10. Pangsa Pasar TPT India Tahun 1995-1997
SITC Digit 3 Tahun
266 651 653 654 655 657
658 1995
0.27 4.20 1.43 2.20 0.77 0.39 5.09
1997 0.24
5.84 1.35 2.98 0.40 0.39 6.21
SITC Digit 3 Tahun
841 842 843 844 845 846
848 1995
2.60 3.99 6.18 1.56 0.74 1.59 3.61
1997 2.54
3.98 3.04 1.31 1.07 1.39 3.49
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
Efek kompetitif Indonesia dan Italia memberikan kontribusi negatif terhadap kenaikan ekspornya, masing-masing sebesar 145.72 persen dan
104.41 persen Gambar 9. Atau dengan kata lain, China dan India lebih kompetitif bila dibandingkan dengan Indonesia dan Italia dengan besaran efek
kompetitif masing-masing sebesar 49.19 persen dan 41.18 persen.
-145.72 41.48
49.19
-104.41 -200
-150 -100
-50 50
100
Pe rs
e n
ta s
e
Indonesia India
China Italia
Gambar 9. Besaran Efek Kompetitif dari Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1995-1997
87
Apabila dilihat lebih jauh, efek kompetitif umum Indonesia lebih besar daripada efek kompetitif spesifik. Hal ini terjadi karena pangsa ekspor Indonesia
tidak terfokus pada jenis TPT tertentu. Hanya Italia yang relatif mempunyai efek kompetitif spesifik yang lebih tinggi dibanding Indonesia, India, dan China.
Bagaimanapun Italia adalah ‘kiblat’ fashion dunia, sehingga ekspor garmen dan produk lainnya lebih berkembang daripada tekstil.
5.1.3. Periode Tahun 1998-2000
Dekomposisi perubahan nilai ekspor TPT tahun 1998-2000 untuk negara- negara pengekspor TPT ditampilkan pada Tabel 11. Pada tahun 1998-2000 di
antara 4 negara pengekspor TPT, hanya Italia saja yang menurun sebesar 1.61 miliar USD. Hasil dekomposisi tahap pertama menunjukkan bahwa penurunan
ekspor TPT Italia tersebut disebabkan oleh efek kompetitif sebesar 138.47 persen. Dalam kurun waktu ini, Indonesia memiliki efek kompetitif yang kuat dan
peningkatan ekspor Indonesia diakibatkan oleh efek kompetitif ini. Sedangkan kontribusi efek struktural terhadap perubahan ekspor berkisar antara 13.22
persen Indonesia sampai 56.29 persen Italia. Dekomposisi tahap kedua menunjukkan bahwa peningkatan ekspor TPT
Indonesia yang disebabkan oleh efek kompetitif, ternyata ditentukan oleh efek kompetitif umum sebesar 83.23 persen dibandingkan efek kompetitif khusus.
Sedangkan efek struktural Indonesia yang positif dipengaruhi oleh efek pertumbuhan sebesar 10.93. Peningkatan ekspor Indonesia, India, dan China
selama tahun 1998-2000 dapat dikaitkan dengan peningkatan impor TPT dunia, yaitu rata-rata 4.42 persen untuk impor tekstil dunia san 8.62 persen untuk impor
garmen dunia.
88
Tabel 11. Dekomposisi CMS Perubahan Nilai Ekspor Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1998-2000
Indonesia India Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 3 009 687.56
100.00 2 638 175.81
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 397 934.47
13.22 601 910.06
22.82 2. Kompetitif
2 427 346.05 80.65
1 898 525.19 71.96
3. Ordo Kedua 184 407.04
6.13 137 740.56
5.22
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 328 865.60
10.93 543 047.98
20.58 b. Efek Distribusi Pasar
80 268.48 2.67
58 901.34 2.23
c. Efek Komposisi Komoditas -13 086.53
-0.43 -954.35
-0.04 d. Efek Interaksi Struktural
1 886.92 0.06
915.08 0.03
2. a. Efek Kompetitif Umum 2 505 059.18
83.23 1 957 764.93
74.21 b. Efek Kompetitif Khusus
-77 713.12 -2.58
-59 239.73 -2.25
3. a. Ordo Kedua Murni -2 427 346.05
-80.65 -1 898 525.19
-71.96 b. Struktural Residual Dinamis
2 611 753.09 86.78
2 036 265.76 77.18
China Italia Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 8 807 151.05
100.00 -1 606 074.87
100.00
A. Tahap Pertama
1. Struktural 3 094 507.57
35.14 903 983.50
56.29 2. Kompetitif
5 373 011.51 61.01
-2 223 979.33 -138.47
3. Ordo Kedua 339 631.98
3.86 -286 079.05
-17.81
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 2 778 325.23
31.55 1 764 941.80
109.89 b. Efek Distribusi Pasar
81 863.93 0.93
-827 233.87 -51.51
c. Efek Komposisi Komoditas 228 843.10
2.60 10 256.62
0.64 d. Efek Interaksi Struktural
5 475.31 0.06
-43 981.06 -2.74
2. a. Efek Kompetitif Umum 5 633 557.79
63.97 -3 150 002.64
-196.13 b. Efek Kompetitif Khusus
-260 546.28 -2.96
926 023.31 57.66
3. a. Ordo Kedua Murni -5 373 011.51
-61.01 2 223 979.33
138.47 b. Struktural Residual Dinamis
5 712 643.49 64.86
-2 510 058.37 -156.29
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
Di antara keempat negara tersebut, hanya Italia yang mempunyai efek distribusi pasar TPT yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa hanya Italia yang
tidak mengonsentrasikan ekspornya pada pasar yang meningkat relatif cepat. Komoditas garmen Italia mendominasi pasar Amerika Serikat sebesar 11.31
persen. Sedangkan di pasar Jerman, lebih dari 9 persen 9.38 persen garmen Italia membanjiri pasar domestik. Tekstil Italia di pasar Amerika Serikat dan
Jerman masing-masing sebesar 21.76 persen dan 19.91 persen. Dan pangsa
89
tersebut adalah yang terbesar, bila dibandingkan dengan Indonesia, India, dan jChina. Pangsa pasar TPT Indonesia di Amerika Serikat hanya sebesar 1.01
persen untuk tekstil dan 2.02 persen untuk garmen. Adapun di pasar Jerman, Indonesia juga memperoleh besaran pangsa pasar yang tidak jauh berbeda.
Komoditas tekstil Indonesia berkontribusi sebesar 0.76 persen dan komoditas garmen mempunyai pangsa pasar sebesar 2.40 persen saja.
Efek komposisi komoditas TPT berkontribusi negatif terhadap perubahan ekspor Indonesia dan India, tetapi berkontribusi positif terhadap perubahan
ekspor China dan Italia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia dan Italia tidak mengonsentrasikan ekspor TPT-nya ke produk yang permintaan impornya
tumbuh relatif cepat. Efek kompetitif berkontribusi positif terhadap peningkatan ekspor
Indonesia, India, dan China, masing-masing sebesar 80.65 persen, 71.96 persen, dan 61.01 persen. Sebaliknya berkontribusi negatif terhadap perubahan
ekspor Italia sebesar 138.47 persen. Atau dapat dikatakan bahwa daya saing ekspor Indonesia, India, dan China menunjukkan peningkatan, sedangkan daya
saing Italia mengalami penurunan Gambar 10.
71.96 61.01
80.65
-138.47
-150 -100
-50 50
100
P er
sen tase
Indonesia India
China Italia
Gambar 10. Besaran Efek Kompetitif dari Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 1998-2000
90
Hal ini tidak terlepas dari proses pengintegrasian perdagangan TPT ke dalam ketentuan GATT, dimana kuota impor direduksi selama 10 tahun, dari
tahun 1995 hingga 2005. Oleh sebab itu, ekspor yang selama ini terbatas pada negara-negara tradisional, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan juga Kanada,
menjadi lebih terbuka dan segmen pasar menjadi lebih luas. Italia adalah salah satu negara di Uni Eropa yang menerapkan quota impor terhadap negara
Indonesia, China, dan juga India. Sejak tahun 1995, impor TPT Italia terbuka bagi siapa saja yang ingin mengekspor, sehingga TPT-nya harus berkompetisi
dengan negara-negara lain. Selain itu krisis moneter yang terjadi mulai tahun 1997 menjadikan nilai
Rupiah terdepresiasi terhadap USD. Keadaan tersebut membuat harga TPT Indonesia menjadi lebih menarik bagi negara-negara pengimpor. Oleh sebab itu,
tidak mengherankan bila menjelang pasca krisis moneter, daya saing TPT Indonesia meningkat cukup tinggi.
5.1.4. Periode Tahun 2001-2004
Dekomposisi perubahan nilai ekspor TPT tahun 2001-2004 untuk negara- negara pengekspor TPT ditampilkan pada Tabel 12. Hasil dekomposisi tahap
pertama dari metode CMS menunjukkan bahwa penurunan ekspor TPT Indonesia banyak disebabkan oleh kontribusi efek struktural. Penurunan ekspor
TPT Indonesia tersebut juga dikarenakan penurunan produksi tekstil sebesar 14 persen dan juga produksi garmen sebesar 8 persen selama tahun 2001 sampai
2004. Keadaan ini dipicu antara lain karena harga garmen yang cenderung menurun hingga 12.67 persen per tahun.
91
Tabel 12. Dekomposisi CMS Perubahan Nilai Ekspor Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 2001-2004
Indonesia India Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor -36 398.63
100.00 2 763 387.36
104.75
A. Tahap Pertama
1. Struktural 1 742 717.69
4787.87 2 413 484.97
91.48 2. Kompetitif
-1 361 070.74 -3739.35
304 765.58 11.55
3. Ordo Kedua -418 045.58
-1148.52 45 136.81
1.71
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 1 855 957.77
5098.98 2 364 097.12
89.61 b. Efek Distribusi Pasar
-110 179.61 -302.70
61 697.85 2.34
c. Efek Komposisi Komoditas -83 683.30
-229.91 32 268.34
1.22 d. Efek Interaksi Struktural
80 622.84 221.50
-44 578.34 -1.69
2. a. Efek Kompetitif Umum -1 506 787.90
-4139.68 317 934.67
12.05 b. Efek Kompetitif Khusus
145 717.17 400.34
-13 169.08 -0.50
3. a. Ordo Kedua Murni 1 361 070.74
3739.35 -304 765.58
-11.55 b. Struktural Residual Dinamis
-1 779 116.32 -4887.87
349 902.39 13.26
China Italia Komponen
Nilai ribu USD Nilai ribu USD
Perubahan Ekspor 38 262 627.73
100.00 6 042 299.39
100.00
A. Tahap Pertama
0.00 1. Struktural
14 283 975.76 37.33
6 461 442.74 106.94
2. Kompetitif 18 811 818.36
49.16 -385 994.39
-6.39 3. Ordo Kedua
5 166 833.61 13.50
-33 148.96 -0.55
B. Tahap Kedua
1. a. Efek Pertumbuhan 12 675 783.89
33.13 6 117 288.89
101.24 b. Efek Distribusi Pasar
1 462 073.03 3.82
375 624.49 6.22
c. Efek Komposisi Komoditas 832 046.59
2.17 72 671.04
1.20 d. Efek Interaksi Struktural
-685 927.75 -1.79
-104 141.67 -1.72
2. a. Efek Kompetitif Umum 20 373 512.60
53.25 -59 710.35
-0.99 b. Efek Kompetitif Khusus
-1 561 694.23 -4.08
-326 284.04 -5.40
3. a. Ordo Kedua Murni -18 811 818.36
-49.16 385 994.39
6.39 b. Struktural Residual Dinamis
23 978 651.97 62.67
-419 143.36 -6.94
Sumber: COMTRADE diolah, 2006.
Dekomposisi tahap kedua menunjukkan bahwa kontribusi negatif efek struktural terhadap penurunan ekspor Indonesia terutama karena kontribusi efek
pertumbuhan sebesar 5 098.98 persen. Peningkatan ekspor TPT India, China, dan Italia selama tahun 2001 sampai 2004 dapat dikaitkan dengan peningkatan
impor TPT dunia, yaitu sebesar 23.72 persen untuk tekstil dan 26.64 persen untuk garmen.
Efek distribusi pasar TPT berkontribusi negatif berkontribusi negatif untuk Indonesia. Dengan kata lain Indonesia tidak mengonsentrasikan ekspornya ke
92
pasar yang tumbuh relatif cepat, baik di pasar Amerika maupun Jerman. Tekstil dan garmen China kembali mendominasi pasar Amerika, masing-masing sebesar
18.19 persen dan 16.49 persen. Sedangkan di pasar Jerman, tekstil dan garmen China bersaing dengan Italia. Adapun pangsa pasar tekstil dan garmen Italia di
pasar tujuan Jerman, masing-masing sebesar 17.60 persen dan 7.47 persen. India dan Indonesia tidak menunjukkan perbedaan pangsa pasar yang terlalu
jauh. Tekstil dan garmen India di pasar Amerika Serikat, masing-masing sebesar 6.10 persen dan 3.23 persen. Tidak jauh berbeda untuk di pasar Jerman,
masing-masing sebesar 2.46 persen dan 2.93 persen. Komoditas garmen Indonesia, baik di pasar Amerika Serikat maupun di Jerman, masing-masing
sebesar 3.62 persen dan 2.45 persen. Pangsa pasar tekstil Indonesia di pasar Amerika sebesar 1.03 persen dan di pasar Jerman sebesar 0.51 persen.
Meskipun efek distribusi pasar India adalah positif, namun mempunyai nilai efek distribusi pasar yang lebih rendah dibandingkan dengan China dan Italia.
Keadaan ini tidak terlepas dari sangsi ekonomi yang ditetapkan Uni Eropa terhadap komoditas TPT India. Pada tahun 2001, sangsi ekonomi berupa
tuduhan dumping mulai diberlakukan oleh WTO terhadap India, khususnya produk bed linen. Nilai ekspor bed linen India turun drastis dari 127 juta USD
pada tahun 1998 menjadi hanya 91 juta USD pada tahun 2001. Perusahaan India ’Anglo-French Textiles’, salah satu perusahaan yang terkena dampak
kebijakan tersebut, mengatakan bila penerimaan perusahaan menurun lebih dari 60 persen selama kebijakan anti dumping diimplementasikan. Hal ini memaksa
perusahaan TPT merumahkan lebih dari 1 000 pekerjanya Adhikari and Chatrini. 2006.
Efek komposisi komoditas TPT berkontribusi negatif untuk Indonesia. Hal ini mengimpilikasikan bila Indonesia tidak mengosentrasikan ekspornya pada
TPT yang permintaan impornya meningkat dengan cepat.
93
Pada periode 2001 sampai 2004, daya saing ekspor TPT India dan China menunjukkan peningkatan Gambar 11. Hal ini diindikasikan oleh kontribusi efek
kompetitif yang positif, yaitu sebesar 11.55 persen dan 49.16 persen. Sebaliknya ekspor Indonesia dan Italia mengalami penurunan daya saing. China mempunyai
daya saing tertinggi daripada India. Hal ini tidak terlepas dari masuknya China menjadi anggota WTO pada 17 September tahun 2001. Disebutkan, pada saat
China masuk menjadi anggota WTO, China menyetujui untuk menaikkan angka kuota berbagai macam jenis synthetic fiber dan produk lainnya yang memiliki
potensi ekspor di pasar Amerika Serikat. Sedangkan polyester fiber akan dihapus kuotanya setahun setelah masuk menjadi anggota WTO.
11.55 49.16
-6.39
-3739.35 -4000
-3500 -3000
-2500 -2000
-1500 -1000
-500 500
Pe rs
e n
ta s
e
Indonesia India
China Italia
Gambar 11. Besaran Efek Kompetitif dari Negara Produsen TPT di Pasar USA dan Jerman Tahun 2001-2004
India dalam rangka menghadapi tantangan dan kesempatan dari perubahan lingkungan perdagangan TPT dunia telah menyusun kebijakan tekstil
nasional 2000 NTP 2000 pada tanggal 2 November 2000. Adapun tujuan utama kebijakan ini sangat jelas, adalah untuk meningkatkan daya saing industri tekstil
dengan pertumbuhan ekspor tekstil dan garmen sebesar 50 miliar USD per tahun dari tahun 2010. Bentuk konkritnya adalah dengan membuka kesempatan
94
Foreign Direct Investment mengalir ke dalam negara India dan sekaligus membuat aturan main yang jelas, khususnya perpajakan dan birokrasi. Investasi
dan join ventura sangat diperlukan untuk mengembangkan produk-produk baru dan mengintegrasikan antara mesin-mesin tekstil dan proses produksinya.
Sedangkan di sisi lain industri garmen India mempunyai kelemahan pada keterbatasan penggunaan kain dan rendahnya diversifikasi produk. Produksi
garmen India untuk ekspor didominasi oleh produk-produk dengan bahan baku kapas cotton base. Padahal harga kapas secara rata-rata lebih mahal dari pada
serat sintetis ataupun campuran kapas cotton blends. Ditambahkan pula bea masuk dan perpajakan terhadap serat sintetik, benang, dan kain adalah lebih
tinggi dari pada serat, benang, dan kain yang berbahan dasar kapas. Hal ini menjadi batasan India untuk tumbuh dan berkembang di dalam pasar dunia
dibandingkan dengan China. Belum lagi ditambah permasalahan kualitas dan diversikasi produk India yang relatif rendah. India secara historis, jarang berhasil
bekerja sama dengan negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi bisnisnya, Oleh sebab itu, ketergantungan pada pasar Uni
Eropa dan Amerika Serikat menjadi sangat tinggi.
5.2. Diskusi dan Implikasi dari Analisis Perubahan Ekspor TPT Indonesia