3.3. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Data Primer
Data ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada pihak- pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Data primer
umumnya berupa data kualitatif maupun kuantitatif dan digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya. Data
primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung observasi lapangan, yaitu penyebaran kuesioner Lampiran 2 dan wawancara
dengan pihak manajemen PT. Asuransi MSIG Indonesia Lampiran 3. b. Data Sekunder
Data ini merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder diperoleh melalui media lain yang bersumber pada
penelusuran pustaka dan publikasi elektronik internet.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Tahap awal yang dilakukan sebelum mengolah data adalah mempelajari literatur yang berkaitan dengan business excellence, PT.
Asuransi MSIG Indonesia dan pengolahan AHP. Setelah mempelajari literatur, dilakukan identifikasi bentuk kegiatan business excellence melalui
observasi langsung dan wawancara dengan pihak penyusun business excellence. Identifikasi faktor, aktor, tujuan dan skenario business
excellence juga dilakukan melalui wawancara dengan pihak penyusun business excellence.
Hasil identifikasi faktor, aktor, tujuan dan skenario business excellence kemudian didiskusikan kembali dengan pakar sehingga
digunakan untuk menentukan unsur penyusun struktur hirarki. Struktur hirarki tersebut kemudian digunakan sebagai acuan kuesioner yang akan
dinilai oleh pakar pakar business excellence di PT. Asuransi MSIG Indonesia. Nara sumber interview dan penilai kuesioner dipilih secara
sengaja purposive sampling, dengan pertimbangan pemahaman tentang business excellence. Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan
implementasi business excellence pada PT. Asuransi MSIG Indonesia menggunakan teknik AHP. Hingga diperoleh hasil pengolahan vertikal yang
menggambarkan keterkaitan dan tingkat pengaruh antara unsur pada satu tingkat hirarki dengan unsur pada tingkat hirarki lainnya. Hasil pengolahan
yang menunjukkan pemilihan skenario business excellence diperoleh dari pengolahan vertikal. Pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada
Lampiran 4. Teknik analisa yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, sebagai
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks, dengan cara menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan untuk memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau peubah ini dalam suatu susunan
hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang pentingnya tiap peubah dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk
menetapkan peubah mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Teknik AHP ini membantu memecahkan persoalan kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan
dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika
yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil sesuai dengan perkiraan secara
intuitif, sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty, 1991.
Keuntungan penerapan proses hirarki menurut Fewidarto 1996 adalah :
1. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi
prioritas unsur pada leveltingkat di bawahnya. 2. Hirarki memberikan banyak informasi yang lengkap pada struktur dan
fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan
gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Unsur-unsur kendala yang terbaik adalah disajikan pada level
yang lebih tinggi untuk menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.
3. Hirarki lebih efisien daripada merakit modul-modul secara keseluruhan. 4. Hirarki lebih mantap stabil dan lentur fleksibel. Stabil dalam arti
bahwa perubahan yang kecil memilki dampak yang kecil dan lentur dalam hal bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki
terstruktur baik yang tidak menggangu kerjanya. Menurut Saaty 1991, terdapat tiga 3 prinsip dalam memecahkan
persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki Decomposition, prinsip menentukan prioritas Comparative Judgement, dan prinsip
konsistensi logis Logical Consistency. Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan
kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu
diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi.
Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria berikut :
1. Lengkap Kriteria harus lengkap, sehingga mencakup semua aspek yang penting,
yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. 2. Operasional
Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati
terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
3. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian
yang sama.
4. Minimum Diusahakan
agar jumlah
kriteria seminimal
mungkin untuk
mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis Saaty, 1991.
a. Decomposition