Analisis Pemilihan Skenario Business Excellence dengan Metode AHP

4 Business requirement Proses evaluasi terhadap kebutuhan menyeluruh secara regional untuk diperoleh suatu rekomendasi yang ditujukan kepada pemenang tender untuk diimplementasikan, membangun program oleh vendor dan dilakukan percobaan oleh pengguna terhadap sistem yang dibangun, hingga proses implementasi. f. Process improvement PIm Pengenalan terhadap perkembangan mendukung perusahaan untuk lebih responsif terhadap konsumen, yaitu dengan proses efisien dan mudah, untuk membantu lebih fokus kepada konsumen. Sebuah proses merupakan urutan kegiatan yang mengarah kepada output bagi konsumen internal maupun eksternal.

4.5. Analisis Pemilihan Skenario Business Excellence dengan Metode AHP

Seluruh unsur yang telah diidentifikasi disusun menjadi struktur AHP yang dinilai oleh pakar. Penyusunan struktur hirarki dalam penelitian ini berdasarkan observasi langsung di perusahaan, wawancara dengan pihak penyusun kebijakan business excellence di PT. Asuransi MSIG Indonesia dan wawancara dengan pakar service quality. Struktur hirarki digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kuesioner untuk memperoleh pendapat responden dalam menilai faktor, aktor, tujuan dan skenario dalam struktur. Kuesioner dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran 2. Kuesioner digunakan oleh para pakar untuk menilai struktur. Pakar yang terlibat dalam penilaian struktur ini, antara lain dari pihak Service Quality PT. Asuransi MSIG Indonesia, yaitu Manajer departemen administration ISOSQ, General Manager ISOSQ departement, manajer departemen Corporate Planning dan Junior Board of Directore PT. Asuransi MSIG Indonesia. Pakar yang menilai struktur dalam penelitian ini mempunyai pandangan dan penilaian berbeda sehingga penggabungan penilaian dari pakar akan menghasilkan penilaian objektif. Struktur hirarki terdiri dari lima 5 tingkat, yaitu ultimate goal pada tingkat pertama, faktor yang mempengaruhi penyusunan business excellence pada tingkat dua 2, aktor yang berpengaruh pada pelaksanaan business excellence pada tingkat tiga 3, tujuan yang ingin dicapai oleh setiap aktor pada tingkat empat 4 dan skenario business excellence yang dapat diterapkan oleh PT. Asuransi MSIG Indonesia pada tingkat lima 5. Keempat 4 unsur ini disusun menjadi struktur hirarki seperti dimuat pada Gambar 11, sedangkan hasil pengolahan software AHP dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil pengolahan horizontal dan vertikal pada Lampiran 8.

1. Penilaian terhadap Faktor

Berdasarkan pengolahan yang dilakukan pada tingkat dua 2 dengan menggunakan metode AHP, diperoleh hasil bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam implementasi business excellence adalah kepemimpinan 0,329. Tabel 12 menjelaskan bahwa kepemimpinan berada pada urutan pertama, urutan selanjutnya perencanaan, manajemen SDM, proses, pelayanan konsumen, sistem informasi dan hasil. Implementasi Business Excellence pada Mutu Jasa di PT. Asuransi MSIG Indonesia Kepemimpinan 0,329 Perencanaan 0,254 Pelayanan Konsumen 0,069 Sistem Informasi 0,042 Hasil 0,041 Manajemen SDM 0,168 Proses 0,097 Service excellence 0,437 Process Excellence 0,306 Innovation Excellence 0,216 Partnership building 0,095 Core Systems Selection 0,192 Survei suara karyawan 0,228 SMM 0,161 MSK 0,156 Process Improvement 0,128 Tim BEM 0,192 Karyawan 0,127 Manajemen RHC 0,159 Manajemen HO 0,089 Rekan kerja 0,044 Manajemen BU 0,348 Foku s Faktor Aktor Tujuan Skenario Gambar 11. Hasil pengolahan struktur hirarki business excellence di PT. Asuransi MSIG Indonesia Tabel 12. Bobot hasil penilaian terhadap faktor Unsur Faktor Bobot Prioritas Kepemimpinan Kpn 0,329 1 Perencanaan Per 0,254 2 Manajemen SDM SDM 0,168 3 Proses Prs 0,097 4 Pelayanan konsumen PKn 0,069 5 Sistem Informasi SIs 0,042 6 Hasil Hsl 0,041 7 Kepemimpinan menjadi faktor yang paling mempengaruhi implementasi kegiatan business excellence sesuai dengan penggabungan judgement pakar. Kepemimpinan merupakan faktor yang harus diprioritaskan karena berhubungan dengan wewenang dalam pelaksanaan business excellence agar mutu jasa yang dihasilkan dapat menunjang harapan dan cita-cita perusahaan. Pada dasarnya setiap anggota organisasi harus memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak ada kaitannya dengan posisi atau jabatan dalam organisasi. Pemimpin-pemimpin senior perusahaan harus menetapkan arah organisasi yang berfokus pada konsumen, nilai-nilai yang jelas dan tampak visible serta target kinerja yang tinggi. Arah, nilai-nilai dan target kinerja tersebut harus seimbang dengan kebutuhan dari semua stakeholder organisasi. Pemimpin-pemimpin senior organisasi juga harus menjamin penciptaan strategi-strategi organisasi sistem-sistem manajemen, dan metode-metode untuk mencapai business excellence, menstimulasi inovasi, membangun pengetahuan dan kapabilitas, serta menjamin keberlangsungan organisasi. Faktor penting kedua 2 yang harus menjadi pertimbangan dalam penyusunan business excellence adalah perencanaan 0,254. Meninjau kembali proses perencanaan untuk integrasi antara semua aspek bisnis yang terdapat dalam organisasi, seperti keuangan, konsumen, operasi, SDM dan lain-lain. Dikaitkan dalam hubungan strategi jangka panjang, menengah dan pendek dengan jelas dan langsung antara tingkat regional dan BU, serta tujuan antara perusahaan dan individu. Dalam suatu lingkungan kompetitif, perencanaan yang berfokus pada masa depan berarti membutuhkan pemahaman mengenai faktor-faktor jangka pendek dan panjang yang mempengaruhi bisnis dan pasar. Perencanaan organisasi yang berfokus pada masa depan harus mengantisipasi faktor-faktor, berikut : 1 Kebutuhan dan ekspektasi konsumen. 2 Peraturan-peraturan pemerintah yang mengikat. 3 Kesempatan pengembangan kemitraan dan bisnis-bisnis baru. 4 Kebutuhan perekrutan dan pengembangan karyawan. 5 Peningkatan kompetisi dalam pasar global. 6 Pengembangan teknologi dan keterlibatan dalam lingkungan e-bisnis. 7 Perubahan segmen pasar dan konsumen. 8 Perubahan strategi bisnis dari pesaing. 9 Berbagai perubahan yang mungkin dalam masyarakat. Manajemen SDM menjadi faktor penting ketiga dalam pelaksanaan business excellence di PT. Asuransi MSIG Indonesia, yang membutuhkan dukungan penuh dari semua karyawan dan tim manajemen untuk pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaan business excellence menguji bagaimana organisasi melibatkan, mengelola dan mengembangkan karyawan untuk menggunakan secara penuh kemampuan potensial dalam meyelaraskan dengan visi, misi, nilai-nilai, strategi dan rencana tindakan dari organisasi secara keseluruhan. Melalui fokus manajemen SDM juga menguji kemampuan manajemen dalam menilai kapabilitas dan kebutuhan karyawan untuk membangun lingkungan tenaga kerja yang kondusif agar mencapai kinerja yang tinggi. Proses merupakan faktor keempat 4 yang dinilai penting dalam pelaksanaan business excellence, yang menguji bagaimana organisasi menetapkan kompetensi inti dan sistem-sistem kerja, termasuk bagaimana mendesain, mengelola dan meningkatkan proses-proses kunci untuk implementasi sistem-sistem kerja tersebut dalam memberikan nilai kepada konsumen, mencapai keberhasilan dan keberlangsungan organisasi. Sistem informasi dengan bobot 0,042 pada posisi ke enam 6. IT Sangat mempengaruhi restrukturisasi, baik secara individu maupun organisasi. Pentingnya nilai mutu yang dapat memuaskan konsumen dan mengurangi kesalahan dalam pelayanan, pengiriman produk dan pelayanan konsumen, sehingga sistem informasi merupakan sumber daya utama dalam meningkatkan kinerja organisasi dan tingkat persaingan. Faktor hasil menjadi faktor ketujuh 7 yang dirasa penting dalam pelaksanaan business excellence dalam pencapaian tujuan perusahaan. Hasil dapat digunakan untuk menciptakan dan menyeimbangkan nilai untuk pihak-pihak kunci yang berkepentingan. Melalui penciptaan nilai untuk pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders, maka organisasi akan membangun loyalitas, memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi kepada masyarakat. Akan tetapi ketujuh faktor tersebut merupakan faktor yang saling terkait dan mendukung implementasi business excellence.

2. Penilaian terhadap Aktor

Aktor yang dianggap mempunyai peranan paling penting dalam menentukan faktor dan pelaksanaan business excellence adalah manajemen Business Unit BU 0,348. Aktor-aktor yang lain dinilai pakar memiliki kontribusi yang relatif sama dalam penentuan skenario business excellence. Tabel 13 menyajikan bobot hasil penilaian terhadap aktor yang mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan business excellence pada mutu pelayanan di PT. Asuransi MSIG Indonesia. Tabel 13. Bobot hasil penilaian terhadap aktor Unsur Aktor Bobot Prioritas Manajemen Business Unit BU 0,348 1 Business excellence at MSIG BEM 0,192 2 Manajemen Regional Holding Company RHC 0,159 3 Karyawan Kar 0,127 4 Manajemen Head Office HO 0,089 5 Rekan kerja RKj 0,044 6 Manajemen BU menjadi aktor yang paling berpengaruh, karena faktor paling dominan dalam pelaksanaan business excellence adalah kepemimpinan sebagai faktor yang ditentukan oleh Manajemen BU dengan otoritas skala BU. Manajemen BU merupakan aktor yang sangat mengenali spesifikasi kegiatan bisnis dengan baik, sehingga Manajemen BU dengan segala wewenangnya dapat menentukan kegiatan business excellence yang tepat untuk diterapkan. Faktor perencanaan yang mempengaruhi pelaksanaan business excellence sangat berkaitan dengan Manajemen BU. Manajemen BU mempunyai target peningkatan mutu jasa tertentu untuk produk asuransi yang ditawarkan. Saat target tersebut belum dicapai, maka Manajemen BU harus menyusun kegiatan business excellence yang tepat untuk mencapai target tersebut. Manajemen BU mempunyai kebijakan dalam mengelola SDM yang dimiliki dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Dengan SDM yang terkelola baik, maka pelaksanaan kegiatan bisnis dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini Manajemen BU memiliki peran besar pada faktor lainnya yaitu proses, pelayanan konsumen, sistem informasi dan hasil.

3. Penilaian terhadap Tujuan

Tujuan yang paling ingin dicapai dalam pelaksanaan business excellence pada mutu jasa di PT. Asuransi MSIG Indonesia adalah service excellence 0,437. Tujuan process excellence merupakan tujuan terpenting kedua 2 0,306 dan tujuan innovation excellence merupakan tujuan ketiga 3 yang ingin dicapai 0,216. Bobot hasil penilaian terhadap unsur tujuan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Bobot hasil penilaian terhadap tujuan Unsur Tujuan Bobot Prioritas Service Excellence SE 0,437 1 Process Excellence PE 0,306 2 Innovation Excellence IE 0,216 3 Kegiatan business excellence yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan mutu jasa yang akhirnya berpengaruh positif terhadap pencapaian service excellence, sehingga pencapaian service excellence menjadi tujuan yang terpenting dan paling ingin dicapai. Aktor manajemen BU yang dinilai pakar sebagai aktor paling berpengaruh dalam kegiatan business excellence terlibat cukup nyata dalam pencapaian tujuan pencapaian service excellence. Pencapaian service excellence tidak hanya target dari manajemen BU, namun juga tim BEM, sehingga manajemen BU dan tim BEM akan bersama- sama menyusun business excellence untuk mencapai service excellence. Service excellence yang tinggi akan mempertahankan perusahaan asuransi dari persaingan ketat dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

4. Penilaian terhadap Skenario business excellence

Melakukan survei suara karyawan merupakan skenario yang dinilai pakar paling penting 0,228. Skenario terpenting kedua 2 yaitu core system selection 0,192, skenario terpenting ketiga 3 adalah menerapkan SMM pada mutu pelayanan yang memberikan jaminan bagi konsumen bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab mengenai mutu dan mampu menyediakan produk jasa yang sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan konsumen 0,161 dan skenario terpenting keempat 4 adalah monitoring suara konsumen 0,156. Bobot hasil penilaian skenario business excellence disajikan pada Tabel 15. Semua skenario business excellence yang dijalankan dengan baik akan meningkatkan mutu jasa yang dihasilkan dan diharapkan dapat mencapai tujuan mengelola bisnis dengan baik. Namun perusahaan asuransi kerugian mempunyai kendala-kendala untuk menjalankan seluruh skenario business excellence secara bersama-sama. Perusahaan asuransi kerugian memerlukan penerapan tepat untuk menjalankan skenario business excellence yang efektif untuk meningkatkan mutu pelayanan. Survei suara karyawan merupakan skenario dengan bobot paling tinggi, karena keterlibatan karyawan dalam pelaksanaan business excellence melalui penyampaian ide secara langsung memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengetahui apa yang diinginkan karyawan sebagai konsumen internal perusahaan dan bersama-sama menganalisis ide yang diberikan, sehingga keterlibatan karyawan menjadi faktor utama dalam pelaksanaan business excellence. CSS sebagai skenario dengan bobot tertinggi kedua 2 merupakan salah satu insentif jangka panjang yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan business excellence. SMM yang terkelola dengan baik juga dinilai secara efektif meningkatkan mutu jasa. Tabel 15. Bobot skenario business excellence Unsur Skenario Bobot SSK 0,228 CSS 0,192 SMM 0,161 MSK 0,156 PIm 0,128 PBg 0,095

4.6. Implikasi Manajerial