32 H
akan diterima dan H
1
akan ditolak bila F-stat F-tabel. H
akan ditolak dan H
1
akan diterima bila F-stat F-tabel. 3
Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel
4. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika
hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna perfect multicolinearity. Multikolinearitas
muncul jika dua atau lebih peubah atau kombinasi peubah bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat Variance Inflation Factor
VIF. Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.
5. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan ε
i
sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var ε
i
= Eε
i 2
= σ
i 2
untuk tiap pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan
ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji
Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test.
6. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu time series atau menurut ruang cross section.
Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya
33 mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu.
Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson DW. H
tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif H
1
terdapat serial autokorelasi Tolak H
jika d dL atau d 4 – dL dan terima H
jika dU d 4 – dU.
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar
Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata META, 2001. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah:
1 proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, 2 proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh
unit usaha tersebut full time, part time, seasonal, 3 proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, 4 tipe dan
kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah, dan 5 rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut
diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung direct impact dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya
sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.
Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak
ekonomi adalah: 1 jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, 2 jumlah jam kerja dan tingkat upah, 3 proporsi dari pengeluaran sehari-hari
pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, 4 kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan 5 pelatihan atau kursus yang pernah
34 diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting
yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut.
Informasi yang didapat dari responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran
pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan induced bagi perekonomian masyarakat
lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda multiplier dari arus uang yang terjadi. Menurut META 2001 dalam
mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu:
1. Keynesian Local Income Multiplier
, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat lokal. 2.
Ratio Income Multiplier , yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak
langsung indirect dan dampak induced. Masih menurut META 2001, secara matematis dapat dirumuskan:
Keynesian Income Multiplier = D + N + U
E Ratio Income Multiplier, Tipe 1
= D + N D
Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U
D
dimana: E : Tambahan pengeluaran pengunjung rupiah
D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E rupiah
35 N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E rupiah
U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E rupiah Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1,
Ratio Income Multiplier Tipe 2 , memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol ≤ 0, maka
lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.
2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu 0 x 1, maka
lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3.
Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu ≥ 1, maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi
terhadap kegiatan wisatanya. Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata
ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi
masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan.
Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2007
.
4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar
Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana
36 persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan
lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan.
Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana
persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang
digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai
berikut:
Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA Grojogan Sewu
No Indikator Penilaian Keterangan
1. Kebersihan