Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam

64 memelihara serta menambah fasilitas yang dirasa masih kurang dari wisatawan, guna untuk meningkatkan kepuasan dan menambah daya tarik wisata agar kedepannya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Dimana, jika jumlah kunjungan meningkat akan berimplikasi terhadap dampak perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata.

6.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam

Grojogan Sewu Adanya aktivitas wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu akan menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain masalah kebersihan atau pencemaran sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari aspek ekonomi. Dampak positif yang muncul dari adanya aspek ekonomi dapat bersifat langsung direct, dampak tidak langsung indirect impact, dan dampak lanjutan induced impact. Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat adalah salah satu contoh dampak positif langsung direct impact yang muncul dengan adanya kegitan wisata. Misalnya seperti adanya pedagang-pedagang yang berjualan makanan khas daerah setempat, minuman, souvenir, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan taraf hidupnya. Selanjutnya, dampak tidak langsung indirect impact. Dampak tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha 65 penerima dampak langsung dan dampak lanjutan induced impact. Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegitan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di lokasi wisata, biaya perjalanan ke lokasi wisata, pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata. Berdasarkan sebaran wisatawan yang menjadi responden di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, akomodasi, parkir, dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan adalah biaya transportasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor atau kendaraan umum. Oleh karena itu mempengaruhi besaran proporsi biaya yang akan mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi wisatawan yang menggunakan mobil atau motor pribadi, biaya transportasi yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya transportasi bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan umum yaitu berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci dijelaskan pada Tabel 17 dan Lampiran 4. 66 Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya Nilai Rp. Proporsi 1 2 3=2C100

A. Pengeluaran di luar kawasan wisata

1. Biaya Transportasi 2. Konsumsi dari rumah 3. Tiket masuk kawasan wisata PNBP 64.070 27.870 2.000 40,2 17,5 1,2 TOTAL A Kebocoran 93.940 58,9 B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 1. Konsumsi di lokasi 2. Akomodasi penginapan 3. Pembelian Souvenir 4. Penyewaan alat 5. Parkir 6. Biaya fasilitas di kawasan wisata 7. Tiket masuk kawasan wisata Pengelola 29.820 10.750 11.970 2.820 3.340 2.710 4.000 18,7 6,8 7,5 1,8 2,1 1,7 2,5 TOTAL B Penerimaan di lokasi wisata 65.410 41,1 Total Pengeluaran Wisatawan C= Total A + Total B 159.350 100,0 ∑ Kunjungan Wisatawan per bulan D orang 26.743 orang Total Pengeluaran Wisatawan per bulan di lokasi wisata proporsi BCD Rp 1.752.242.431,24 Total Kebocoran per bulan proporsi ACD Rp 2.509.254.618,76 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa tiket masuk ke kawasan wisata yang dikeluarkan wisatawan keuntungannya dapat menjadi manfaat di dalam lokasi wisata namun ada bagian yang menjadi kebocoran. Adapun tiket masuk yang dikeluarkan oleh wisatawan sebenarnya hanya satu kali yaitu sebesar Rp 6.000,00, diamana Rp 4.000,00 untuk pihak pengelola, sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp 2.000,00 untuk biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Biaya transportasi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dan memiliki proporsi sebesar 40,2 atau dengan nilai sebesar Rp 64.070,00 dari rata- rata total pengeluaran responden wisatawan. Hal ini menunjukan bahwa biaya transportasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pengeluaran wisatawan saat mereka melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka menggunakan mobil dan motor pribadi, atau kendaraan umum seperti bus dan 67 angkot. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi jarak dari rumah ke kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan terkait dengan keragaman unit usaha dan fasilitas rekreasi yang tersedia. Rata-rata total pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan berkisar Rp 159.350,00. Hal ini dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jumlah tanggungan, jenis kendaraan yang digunakan, dan lain-lain. Tabel 17 menunjukan jumlah pengeluaran wisatawan per bulan di lokasi wisata sebesar Rp 1.752.242.431,24. Jumlah ini disesuaikan dengan rata-rata jumlah wisatawan per bulan yaitu 26.743 orang. Besarnya arus uang akan menunjukan besarnya dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat Yoeti, 2008. Secara umum, dilihat dari proporsi biaya rekreasinya, pengeluaran wisatawan yang berekreasi ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mengalami kebocoran leakage sebesar 58,9 atau sebesar Rp 93.940,00 untuk satu kali kunjungan, yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Proporsi kebocoran ini cukup tinggi, oleh sebab itu perlu diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas di sekitar lokasi wisata misalnya dengan meningkatkan keragaman jenis kios makanan sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin kecil .

6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung Direct Impact

Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha terkait dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi. Walaupun unit usaha di kawasan wisata ini 68 merupakan unit usaha kecil dan hanya akan ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur nasional, namun unit usaha yang ada cukup banyak. Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha di lokasi. Unit usaha yang ada adalah kios makanan dan minuman, souvenir, sewa payung dan tikar, penyewaan jasa kuda dan foto, toilet umum, parkir, dan penjual asongan. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran wisatawan yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalani kegiatan unit usaha. Pemilik usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka, baik yang berasal dari lokasi wisata ataupun luar lokasi wisata. Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasi unit usaha, transportasi lokal dan retribusi atau pajak pada pemerintah setempat. Tabel 18. Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Komponen Nilai Rp Proporsi 1 2 3= 24100

A. Biaya di luar kawasan wisata

1. Biaya operasional unit usaha listrik, PAM 2. Pengembalian kredit ke bank 3. Retribusi dan pajak 4. Biaya sewa 2.800 10.123 0,15 0,5 Total A Kebocoran 12.923 0,65 B. Biaya di dalam kawasan wisata 1. Pendapatan pemilik 2. Upah karyawan 3. Pembelian inputbahan baku 4. Biaya pemeliharaan alat 5. Transportasi lokal 1.154.155 52.000 668.782 21.233 60,5 2,72 35,0 1,1 Total B Penerimaan di lokasi wisata 1.896.153 99,3 Total 4= Total A+Total B 1.909.078 100,0 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 69 Keuntungan yang diterima oleh pemilik pendapatan pemilik adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 dari total penerimaan. Dapat dilihat pada Tabel 18, proporsi untuk upah tenaga kerja pada obyek wisata ini masih rendah sebesar 2,72 atau sebesar Rp 52.000,00 dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Hal ini dikarenakan mayoritas unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, mengelola unit usahanya sendiri. Hanya beberapa unit usaha yang memperkerjakan orang lain untuk membantu mengelola unit usaha tersebut. Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini berupa pendapatan pemilik dari unit usaha. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Unit Usaha Jumlah Sampel Rata-rata Pendapatan Rp Jumlah unit Total PendapatanRp 1 2 3 4= 23 Kios makanan dan minuman Sewa Kuda, foto Sewa Payung Tikar Souvenir Toilet Umum Asongan Parkir 11 4 2 7 2 2 2 1.189.535,00 746.042,00 557.917,00 1.410.159,00 1.586.667,00 429.167,00 1.363.250,00 62 54 48 32 8 31 3 73.751.170,00 40.286.268,00 26.780.016,00 45.125.088,00 12.693.336,00 13.304.177,00 4.089.750,00 Total 30 238 Total Penerimaan Dampak Langsung Rp 216.029.805,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Dapat dilihat pada Tabel 19, bahwa unit usaha toilet umum memiliki pendapatan paling besar diantara jenis unit usaha lainnya yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu rata-rata sebesar Rp 1.586.667,00 per bulannya, sedangkan pendapatan terkecil yaitu pada pedagang asongan yang 70 hanya memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 429.167,00 per bualannya. Dapat dilihat pada Tabel 18, total penerimaan rata-rata dari keseluruhan responden unit usaha yaitu sebesar Rp 1.909.078,00 per bulan, dari total penerimaan tersebut terdapat pendapatan pemilik unit usaha dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 per bulan. Adapun total penerimaan dampak langsung dari keseluruhan unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata yaitu sebesar Rp 216.029.805,00 per bulan Tabel 19 .

6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak langsung Indirect Impact

Dampak ekonomi tidak langsung indirect impact dapat dilihat dari pembelian bahan baku untuk keperluan unit usaha, transportasi lokal, dan upah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Sebagian besar unit usaha yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola langsung oleh pemilik unit usaha dan unit usaha yang dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang cukup banyak menyerap tenaga kerja sekitar lokasi wisata, namun terdapat beberapa pula unit usaha yang menggunakan tenaga kerja sekitar bukan dari keluarga, terutama pada saat akhir pekan atau hari libur ketika lokasi wisata dipadati oleh wisatawan. Pihak pengelola tidak akan mempersulit warga yang ingin membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu tujuan dibukanya obyek wisata ini dalam rangka usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam kawasan wisata dan dampak tidak langsung 71 yang dirasakan dari keberadaan TWA Grojogan Sewu dapat dilihat pada Tabel 20 dan Lampiran 5. Tabel 20. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Unit Usaha Jumlah Unit Usaha Upah TK Rp Bahan- baku Rp Transp ortasi Rp Total Biaya Rp Total Rp 1 2 3 4 5=2+3+4 6= 15 Kios makanan minuman Sewa Kuda, foto Sewa Payung Tikar Souvenir Toilet Umum Asongan Parkir Tiket Kebersihan Pelayanan pengunjung 62 54 48 32 8 31 3 1 2 1 50.909 500.000 947.625 735.000 1.417.104 943.901 89.375 1.299.008 52.500 62.500 32.909 40.000 16.429 40.000 1.027.719 89.375 40.000 1.315.417 52.500 102.500 500.000 947.625 735.000 1.417.104 63.718.578 4.826.250 1.920.000 42.093.984 420.000 3.177.500 6.000.000 5.685.750 2.940.000 26.924.976 Total Dampak Tidak Langsung Rp 157.707.038 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Tenaga kerja sekitar merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan obyek wisata yaitu melalui pendapatan mereka yang mereka dapat dari pemilik unit usaha sekitar lokasi wisata. Begitupun dengan kebutuhan untuk pembelian bahan baku bagi unit usaha seperti kios makanan dan minuman, serta unit usaha souvenir mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut di dalam kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 20, untuk upah tenaga kerja yang diperoleh berbeda-beda tergantung dengan jenis unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak tidak langsung yang berupa upah pendapatan tenaga kerja dirasakan paling besar yaitu dari tenaga kerja pelayanan pengunjung yang berasal dari PT. Duta Indonesia Djaya pengelola TWA Grojogan Sewu yaitu rata-rata sebesar Rp 1.417.104,00 per bulan. Kemudian untuk pembelian bahan baku input guna memenuhi kebutuhan unit usaha, biaya pembelian input terbesar dikeluarkan oleh jenis unit usaha 72 souvenir yaitu sebesar Rp 1.299.088,00, sedangkan untuk jenis unit usaha sewa payung dan tikar serta parkir tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan baku. Adapun biaya transportasi merupakan biaya transportasi yang dikeluarkan di dalam kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan unit usahanya, biaya tersebut digunakan untuk ongkos menuju lokasi unit usaha atau untuk pembelian bahan baku. Besarnya pengeluaran unit usaha di dalam lokasi wisata akan berimplikasi pada besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang akan diterima oleh masyarakat sekitar lokasi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berbeda-beda tergantung dari jenis unit usahanya. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan paling besar yaitu dari jenis unit usaha kios makanan dan minuman, hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata didominasi oleh kios makanan dan minuman yaitu sebesar Rp 63.718.578,00. Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat dari jumlah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit usaha yaitu sebesar Rp 157.707.038,00 per bulan.

6.3.3 Dampak Ikutan Induced Impact

Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak lanjutan dari pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja sekitar obyek wisata. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja sekitar. 73 Adapun proporsi pengeluaran responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 6 . Tabel 21. Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya Nilai Rp. Proporsi 1 2 3=2C100

A. Pengeluaran di luar kawasan wisata

1. Biaya Listrik 43.700 0,06 TOTAL A Kebocoran 43.700 0,06 B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 2. Kebutuhan pangan 3. Biaya transportasi 4. Biaya sekolah anak 5. Biaya lainnya 406.625 30.000 145.100 74.098 58,1 4,2 20,7 10,5 TOTAL B Penerimaan di lokasi wisata 655.823 93,5 Total Pengeluaran Tenaga Kerja C= Total A + Total B 699.523 100,0 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Secara umum, rata-rata total pengeluaran responden tenaga kerja yaitu sebesar Rp 699.523,00. Namun, dari rata-rata pengeluaran tenaga kerja tersebut terdapat kebocoran leakages yaitu biaya yang tidak dikeluarkan di sekitar lokasi wisata sebesar Rp 43.000,00 dengan proporsi 0,06 dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan wisata yaitu biaya listrik. Sisanya yaitu sebesar 93,5 atau dengan nilai Rp 655.823,00 dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Adapun biaya tersebut yaitu biaya untuk kebutuhan pangan, biaya transportasi, biaya sekolah anak, dan biaya kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan seluruh tenaga kerja merupakan penduduk asli sekitar kawasan wisata sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam kawasan wisata. Dampak lanjutan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan dapat dilihat dari besarnya pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 22. 74 Tabel 22. Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja TK dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Pekerjaan TK Total orang Pengeluaran per bulan Rp Total Pengeluaran Rp 1 2 3= 12 P. Kios makanan dan minuman P. Sewa Kuda, foto P. Sewa Payung Tikar P. Souvenir P. Toilet Umum P. Asongan P. Parkir P. Tiket P. Kebersihan Pelayanan pengunjung 62 54 48 32 8 31 12 6 4 19 510.333,00 580.000,00 529.000,00 550.000,00 408.500,00 538.450,00 568.000,00 718.750,00 580.000,00 874.579,00 31.640.646,00 31.320.000,00 25.392.000,00 17.600.000,00 3.268.000,00 16.691.950,00 6.816.000,00 4.312.500,00 2.320.000,00 16.617.001,00 Total 276 155.978.097,00 Proporsi penerimaan di lokasi wisata Tabel 30 4 93,5 Dampak Lanjutan Total 34 145.839.520,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Total pengeluaran tenaga kerja sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 155.978.097,00. Namun, dari total pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dilakukan di dalam kawasan wisata dengan proporsi 0,06 Tabel 21 atau sebesar Rp 9.358.686,00 dari total pengeluran keseluruhan tenaga kerja. Sisanya yaitu sebesar 93,5 pengeluaran dilakukan di dalam kawasan wisata, sehingga dampak ekonomi lanjutan yang dirasakan dari adanya keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 145.839.520,00. Perhitungan pengeluran tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.3.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden Wisatawan Nilai efek pengganda Multiplier Effect dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan wisata. Efek penggganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran wisatawan selama melakukan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: 1 Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh 75 dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, 2 Ratio Income Multiplier Tipe 1 , merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan 3 Ratio Income Multiplier Tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan, META, 2001. Nilai pengganda ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Pengganda Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe 1 Ratio Income Multiplier Tipe 1 0,3 1,7 2,5 Sumber: Hasil Analisis Data Primer 2012 Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 0,3 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah, maka akan berdampak langsung sebesar 0,3 rupiah terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,7 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,7 rupiah terhadap pendapatan tenaga kerja sekitar berupa pendapatan pemilik usaha dan upah tenaga kerja. Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha diduga akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,5 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal. Berdasarkan hasil dari penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, 76 terutama bagi masyarakat yang membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian ini dikatakan rendah, dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh yaitu sebesar 0,3. Menurut META 2001 apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu 0 x 1, maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar obyek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya kebocoranpengeluaran di luar lokasi wisata lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata. Sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income MultiplierTipe 1 dan Tipe 2 sudah lebih besar atau sama dengan satu ≥ 1. Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara terus meningkatkan jumlah wisatawan yang datang, peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal dan penyediaan barang yang diperlukan wisatawan oleh unit usaha yang ada agar dapat menarik minat wisatawan untuk membeli konsumsi pada unit usaha di sekitar lokasi wisata. Hal ini diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran wisatawan di obyek wisata tourist expenditure , yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar. 77

6.4 Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu

Dokumen yang terkait

Dampak Kegiatan Wisata Alam terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

3 37 12

Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan

6 24 212

Estimasi dampak ekonomi kawasan Taman Wisata Matahari Cilember, Kabupaten Bogor terhadap masyarakat sekitar

1 5 115

Pengembangan Wisata Flora Di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengiion, Provinsi Jawa Tengah

0 11 42

ANALISIS PEDAGANG KAKI LIMA DI OBYEK WISATA GROJOGAN SEWU KECAMATAN Analisis Pedagang Kaki Lima Di Obyek Wisata Grojogan Sewu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar 2009 - 2013.

0 2 14

ANALISIS PEDAGANG KAKI LIMA DI OBYEK WISATA GROJOGAN SEWU KECAMATAN Analisis Pedagang Kaki Lima Di Obyek Wisata Grojogan Sewu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar 2009 - 2013.

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Pedagang Kaki Lima Di Obyek Wisata Grojogan Sewu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar 2009 - 2013.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN WISATA DENGAN LOYALITAS PENGUNJUNG WISATA GROJOGAN SEWU TAWANGMANGU KARANGANYAR.

0 0 9

HUBUNGAN PERKEMBANGAN OBYEK WISATA TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH SARANA PELAYANAN JASA DAN EKONOMI DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR (Studi Kasus di Obyek Wisata Grojogan Sewu, Taman Perkemahan Sekipan, Taman Pringgodani, Puncak Lawu dan Taman Ba

0 1 11

BAB IV ANALISIS DATA A. Dampak Keberadaan Taman Wisata Kampoeng Wisata Tabek Indah Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Sekitar - ANALISIS DAMPAK KEGIATAN TAMAN WISATA TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Taman W

0 0 23