tidak setiap musim dikeluarkan petani. Biaya kapur dan pupuk kompos dikeluarkan petani cabai hanya saat pembukaan lahan, sedangkan untuk sewa
lahan dan mulsa dikeluarkan setiap dua musim sekali. Adapun rata-rata biaya produksi pada usahatani cabai merah per hektar lahan di Desa Perbawati,
Kecamatan Sukabumi dijelaskan pada Lampiran 4. Besarnya biaya yang ditanggung oleh petani cabai berbeda satu dengan
lainnya. Dari analisis usahatani yang dilakukan, rata-rata total biaya tunai yang
dikeluarkan oleh petani cabai adalah sebesar Rp 47.870.826,09 pada musim pertama bulan September-Februari, Rp 61.758.826,09 pada musim kedua bulan
April-Oktober, Rp 65.353.521,75 pada musim ketiga bulan Desember-Juni, dan Rp 54.109.521,75 pada musim keempat bulan September-Februari. Sementara
rata-rata biaya total yang ditanggung oleh petani cabai yaitu sebesar Rp
54.493.492,76 pada musim pertama, Rp 68.381.492,76 pada musim kedua, Rp 71.976.188,42 pada musim ketiga, dan Rp 60.732.188,42 pada musim keempat.
Diantara komponen biaya produksi secara keseluruhan, komponen biaya produksi tertinggi adalah biaya tenaga kerja dan biaya obat-obatan. Rata-rata
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani cabai setiap musim tanam adalah sebesar Rp 14.820.000,00 dan obat sebesar Rp 28.100.000,00. Sementara
komponen biaya produksi terendah adalah biaya kapur dolomit dan pupuk ponska. Biaya rata-rata yang dikeluarkan petani cabai untuk kapur sebesar Rp
690.130,43 dan pupuk ponska sebesar Rp 1.414.076,09 setiap musim tanam.
6.2.2. Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani Cabai Merah
Berdasarkan analisis usahatani yang dilakukan, rata-rata penerimaan usahatani cabai merah di Desa Perbawati dalam empat musim terakhir dalam
kurun waktu kurang lebih tiga tahun adalah Rp 123.961.503,62. Namun, penerimaan usahatani cabai merah berbeda-beda setiap musimnya. Pada musim
pertama, rata-rata penerimaan yang diperoleh petani cabai merah adalah sebesar Rp 83.608.696,00, sedangkan musim kedua sebesar Rp 124.251.812,00, musim
ketiga Rp 204.376.812,00 dan rata-rata penerimaan pada musim keempat adalah sebesar Rp 83.608.695,65. Dari hasil analisis usahatani, penerimaan tertinggi
diperoleh saat musim ketiga dan terendah pada musim keempat dan pertama. Hal
ini disebabkan karena pada musim ketiga adalah musim kemarau sehingga hasil panen cabai lebih optimal meskipun harga cabai di tingkat petani tidak cukup
tinggi, yaitu rata-rata sebesar Rp 11.000,00 per kilogram. Sementara, pada musim pertama meskipun harga cabai sangat tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp 40.000,00
per kilogram, namun hasil panen cabai kurang baik karena musim penghujan, begitu pula pada musim keempat.
Dari perhitungan usahatani yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih atas biaya total usahatani cabai merah di Desa Perbawati,
Kecamatan Sukabumi dalam empat musim terakhir adalah sebesar Rp 60.065663,32. Seperti dengan penerimaan yang diperoleh petani, pendapatan
bersih dari kegiatan usahatani cabai merah ini juga bervariasi setiap musimnya. Pendapatan bersih atas biaya total tertinggi diperoleh pada saat musim ketiga
Desember-Juni yaitu sebesar Rp 132.400.623,58. Sementara pendapatan bersih atas biaya total terendah diperoleh saat musim keempat September-Februari
20112012 yaitu sebesar Rp 22.876.507,24. Adapun pada musim pertama September-Februari 20092010 yaitu sebesar Rp 29.115.203,24 dan pada musim
kedua April-Oktober sebesar Rp 55.870.319,24. Jika diperhitungkan dari seluruh biaya tunai, diketahui bahwa rata-rata
pendapatan bersih atas biaya tunai usahatani cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi dalam empat musim terakhir mencapai Rp 66.688.329,99.
Pada musim pertama, rata-rata pendapatan bersih atas biaya tunai yang diperoleh petani cabai merah sebesar Rp 35.737.869,91, sedangkan pada musim kedua
sebesar Rp 62.492.985,91, dan pada musim ketiga sebesar Rp 139.023.290,25. Pada musim keempat, rata-rata pendapatan bersih atas biaya tunai cabai merah
merupakan nilai terendah yaitu mencapai Rp 29.499.173,91
.
Dari Gambar 9 terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh petani cabai merah di Desa Perbawati berfluktuasi setiap musim tanamnya. Hal ini dapat
mengindikasikan adanya faktor risiko pada kegiatan usahatani cabai merah. Namun begitu, investasi pada kegiatan usahatani cabai merah cukup
menguntungkan dan menjanjikan hasilnya.
Gambar 9. Biaya Produksi, Pendapatan Kotor, Pendapatan atas Biaya Tunai, dan
Biaya atas Biaya Total Usahatanai Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi Tahun 20092012
6.3. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah