BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan selesai.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat sebanyak 60 orang yang terdiri dari:
a. Ruang IGD
: 20 orang b.
Ruang Kelas I : 10 orang
c. Ruang Kelas II
: 14 orang d.
Ruang Kelas III : 16 orang
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak populasi, yaitu sebanyak 60 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada perawat yang memberikan tindakan
keperawatan kepada pasien secara langsung. Observasi juga dilakukan pada fasilitas sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dengan
menggunakan formulir penilaianpemeriksaan hygiene sanitasi sesuai Permenkes RI Nomor 1204 MENKES SK X 2004.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Bagian Tata Usaha dan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun.
3.4.3. Defenisi Operasional
1. Hygiene perawat adalah upaya selalu memakai masker ketika bertugas,
memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, makananminuman petugas di ruangan dalam keadaan
tertutup, tidak makanminum sambil menangani pasien, memakai peralatan makanminum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi.
2. Pengetahuan adalah kemampuan perawat dalam hal pemahaman dalam
pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 3.
Sikap adalah reaksi atau respon dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam
pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
5. Pencegahan Infeksi nosokomial di rumah sakit adalah upaya atau tindakan
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.
6. Fasilitas sanitasi adalah ketersediaan sarana sanitasi yang meliputi:
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan meliputi, Penyehatan Air, Toilet dan kamar mandi, Pengelolaan limbah padat dan cair,
Tempat Pencucian Linen, Pengendalian serangga dan tikus, pencegahan penularan penyakit melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan,.
7. Pengelolaan limbah padat adalah penanganan limbah berupa sampah
berbentuk padat yang dimulai dari pemilahan dan pengemasan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan dan pembuangan ke tempat
akhir. 8.
Pengelolaan limbah cair adalah sarana perlengkapan yang berhubungan dengan limbah cair mulai dari pengumpulan, proses pengaliran, sampai pada
pengolahannya beserta bangunan pengolahnya sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.
9. Pengelolaan linen adalah penanganan kain kotor yang berasal dari kegiatan
rumah sakit mulai dari pemilahan dan penanganannya sehingga tidak menjadi sumber infeksi bagi petugas dan pasien.
10. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu adalah upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
11. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi
oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi.
12. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangimenghilangkan jumlah
mikroorganisme pathogen dengan cara fisik dan kimiawi. 13.
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangan semua mikroorganisme dengan cara fisik maupun kimiawi.
14. Pencegahan infeksi nosokomial adalah upaya yang dilakukan perawat untuk
mencegah infeksi nosokomial seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan, dan
mensterilkan alat-alat setelah habis pakai.
3.5. Aspek Pengukuran
3.5.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan
nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, pada pilihan jawaban a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban b skornya adalah 1, dan pada pilihan jawaban c skornya adalah 0.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 1, 3, pada pilihan jawaban a, a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban a, b skornya adalah 1, dan pada pilihan jawaban b
skornya adalah 0. Sementara untuk pertanyaan nomor 6, 10, pada pilihan jawaban b, a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban b, b skornya adalah 1, dan pada pilihan
jawaban a skornya adalah 0. Jumlah pertanyaankuesioner pengetahuan adalah 10 pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan skala likert Pratomo, 1990 dalam Lesnauli 2008:
a. Pengetahuan baik, bila responden memperoleh skor jawaban 15 75 dari
total skor. b.
Pengetahuan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8–15 40 - 75 dari total skor.
c. Pengetahuan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban 8 40
dari total skor.
3.5.2. Aspek Pengukuran Sikap
Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk
pertanyaan nomor 1, 3, 4, 7, 10, pada pilihan jawaban setuju S skornya adalah 2, pilihan jawaban kurang setuju KS skornya adalah 1 dan tidak setuju TS skornya
adalah 0. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 2, 5, 6, 8, 9, pada pilhan jawaban setuju S skornya adalah 0, kurang setuju KS skornya adalah 1 dan jawaban tidak
setuju TS skornya adalah 2. Jumlah pertanyaankuesioner sikap adalah 10 pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0.
Berdasarkan skor yang diperoleh maka ukuran penilaian sikap dapat dikategorikan berdasarkan skala likert Pratomo, 1990 dalam Lesnauli 2008:
a. Sikap baik, bila responden memperoleh skor jawaban 15 75 dari total
skor. b.
Sikap sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8-15 40 - 75 dari total skor.
Universitas Sumatera Utara
c. Sikap kurang, bila responden memperoleh skor jawaban 8 40 dari total
skor.
3.5.3. Aspek Pengukuran Tindakan