Pengelolaan Limbah Cair Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2012

harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada incenerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai. e. Pembuangan Sampah Pembuangan ke TPA khusus untuk sampah domestik. Alat untuk mengangkut sampah dapat berupa gerobaktruk kontainer dengan syarat permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas Kebersihan dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara dengan persyaratan sebagai berikut: mudah dijangkau oleh kenderaan pengangkut sampah, tidak menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang perawatan dan dapur dan bebas dari kemungkinan adanya banjir.

2.6.4. Pengelolaan Limbah Cair

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah Menurut Dirjen PPM PL dan Dirjen Pelayanan Medik tahun 2002 dalam buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia dijelaskan bahwa pengelolaan limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun, dan radio aktif diolah sesuai dengan kemampuan rumah sakit Dirjen Pelayanan Medik, 2002. Sistem pengolahan air limbah “kolam stabilisasi” adalah memenuhi semua kriteria di atas kecuali masalah lahan yang diperlukan, sebab untuk kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas, maka biasanya sistem ini dianjurkan untuk rumah sakit di pedalaman atau di luar kota yang biasanya masih tersisa lahan yang cukup. Universitas Sumatera Utara Sistem ini hanya terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu: Pump Sump Pompa air kotor, Stabilization Pond kolam stabilisasi biasanya 2 buah, bak klorinasi, control room ruangan untuk kontrol, inlet, interconnection anrara 2 kolam stabilisasi, out let dari klam stabilisasi menuju ke sistem clorinasi bak clorinasi. a Kolam Oksidasi Air Limbah Sistim kolam oksidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit yang terletak di tengah-tengah kota. Karena tidak memerlukan lahan yang luas, kolam oksidasinya sendiri dibuat bulat atau elip dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara aerasi. Kemudian air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk mengendapkan benda-benda padat dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang sudah nampak jernih dialirkan ke Bak clorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge Drying Bed. Sistim Oxidation Ditch ini terdiri dari komponen-komponen antara lain: Pump Sump pompa air kotor, Oxidation Ditch kolam oksidasi, sedimentation tank bak pengendapan, Chlorination Tank Bak Chlorinasi, Sludge Drying Bed tempat mengeringkan lumpur biasanya 1-2 petak dan Control Room ruang kontrol. b Anaerobic Filter Treatment System Universitas Sumatera Utara Sistem pengolahan air limbah melalui proses pembusukan anarobik melalui suatu filtersaringan, dimana air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pre- treatment dengan septik tank Inhoff Tank. Dari proses Anarobic Filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan chlor lebih banyak untuk proses oksidasinya, oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak chlorinasi ditampung dulu ke dalam bak kolam stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut diatas, sehingga akan menurunkan jumlah chlorine yang dibutuhkan pada proses chlorinasi nanti. Sistim anaerobik treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut: Pump Sump Pompa Air Kotor, Septik Tank Inhoff Tank, anaerobic filter, bak stabilisasi, bak chlorinasi, tempat pengeringan lumpur, dan ruang kontrol. c Septik-Tank Septik-tank dipergunakan untuk mengolah air kotor pada rumah tangga, termasuk limbah cair rumah sakit. Dengan mengalirnya semua limbah air ke dalam septik-tank bahaya ini dapat diperkecil. juga dapat diharapkan bahwa dengan lebih banyaknya kotoran yang dapat larut ke dalam air sehingga lumpur yang harus ditampung di dalam septik-tank dapat diperkecil. Frekuensi pembuangan lumpur antara 1 dan 4 tahun. Pada perencanaan akan dibuat dua macam septik-tank yaitu septik-tank yang lumpurnya harus dibuang setiap setahun sekali dan septik-tank yang lumpurnya dibuang setiap 4 tahun sekali. Universitas Sumatera Utara Dasar septik-tank dibuat miring sehingga lumpur dapat berkumpul menyebelah dan kemudian mengalir dengan sendirinya ke dalam ruang lumpur ke dua yang letaknya berdampingan dengan septik-tank. Dengan adanya ruang lumpur kedua ini dapat terjamin bahwa yang dikeluarkan hanyalah lumpur yang betul-betul sudah menjadi busuk dan stabil serta tidak terdapat lagi bakteri pathogen dan dapat diharapkan juga tidak dapat mengandung telur-telur cacing. Pengelolaan air limbah bertujuan untuk : 1. Perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya terjangkitnya penyakit, karena air limbah merupakan tempat yang baik untuk berkembang biak bermacam-macam bibit penyakit. 2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah mengandung zat-zat yang membahayakan kelangsungan hidup tanaman. 3. Menjamin apabila air limbah dibuang kelingkungan atau ke badan air tidak merusak badan air. 4. Tidak mengotori sumber air minum seperti sumur penduduk di sekitarnya 5. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya tempat rekreasi, kolam renang, pemandangan dan tidak menimbulkan bau. d Sifat Limbah Cair Sifat limbah rumah sakit yang dibuang ke saluran meliputi ukuran, fungsi dan kegiatan rumah sakit mempengaruhi kondisi air limbah yang dihasilkan. secara umum air limbah mengandung buangan pasien, bahan otopsi jaringan hewan yang digunakan di laboratorium, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, limbah Universitas Sumatera Utara laboratorium berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun non toksik, dan lain- lain. Karakteristik kimia, fisik dan biologi limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang, dan jenis sarana yang ada. e Langkah-langkah pengolahan limbah cair Menurut Sugiharto 2000 langkah-langkah pengolahan air limbah rumah sakit. 1. Pengolahan Pendahuluan Proses ini dilakukan dengan cara pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses selanjutnya. kegiatan berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir. Tahap ini bertujuan menghilangkan zat padat yang kasar dengan jalan melewatkan air limbah melalui saringan kasar sehingga benda-benda besar bisa diambil. 2. Pengolahan Pertama Pengolahan ini bertujuan untuk memisahkan lemak dan minyak yang timbul dipermukaan kemudian dipisahkan untuk diambil. Kemudian air yang telah dipisahkan dari benda-benda yang terapung dan minyak seperti di atas dialirkan ke bak pengolahan kedua. 3. Pengolahan Kedua Pengolahan ini dirancang untuk dmenguraikan bahan organik seperti yang terkandung dalam ekskreta, limbah dapur, sabun dan deterjen melalui Universitas Sumatera Utara mikroorganisme. Umumnya pengolahan ini bersifat aerob karena bakteri membutuhka oksigen untuk dapat menguraikan limbah. 4. Pengolahan Ketiga Pengolahan ini digunakan apabila pada pengolahan petama dan kedua masih banyak terdapat zat yang berbahaya untuk itu diperlukan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang ada di air limbah. 5. Pembunuhan Bakteri Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau membunuh bakteri mikroorganisme patogen yang ada di air limbah contoh yang sering digunakan adalah klorin yang dapat mematikan bakteri dengan cara merusak atau menginaktifkan enzim utama sehingga terjadi kerusakan dinding sel mikroorganisme. 6. Pengolahan Lanjut Dari tahap pengolahan yang sudah dilakukan di atas maka hasilnya adalah berup lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.

2.6.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen Laundry

Dokumen yang terkait

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

3 59 90

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

14 122 86

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

1 21 156

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 14

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 6

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 47

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 2

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

0 0 40

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

1 1 13