seseorang dan menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada pada diri individu, baik berupa pengalaman belajar, bekerja,
serta aktivitas dan interaksi lain dalam kehidupan sehari-hari. Green dalam Notoadmodjo 2003 menyebutkan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo 2003 juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat
bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan sesuatu hal
diharapkan akan mempunyai sikap yang baik.
5.3. Sikap Perawat
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap sedang yaitu sekitar 63,34 dan masih ada yang memiliki sikap baik
sekitar 26,66, hal ini dikarenakan pada dasarnya perawat setuju dengan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan suatu penyakit walaupun pada saat
pelaksanaanya belum tentu hal-hal tersebut dilakukan. Secara umum dalam Ahmadi 2007 dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia berupa
selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia berupa
interaksi sosial di luar kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel silang antara pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini juga menunjukkan
bahwa walaupun sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun sebagian besar sikap yang dimiliki perawat masih sedang dan kurang. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya kesadaran perawat untuk melindungi dirinya dari bahaya infeksi nosokomial.
Dalam Ahmadi 2007 juga dapat disimpulkan bahwa sikap tidak terbentuk dan berubah dengan sendirinya. Ada banyak hal dan kemungkinan yang dapat
mempengaruhi terjadinya sikap, diantaranya yaitu hubungan dan komunikasi dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, lingkungan terdekat, dan keluarga.
Sikap perawat berada pada rentang sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat respon negatif dalam pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun hanya memiliki sikap sedang.
5.4. Tindakan Perawat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar perawat memiliki tindakan sedang yaitu sekitar 73,34 dan masih ada yang memiliki tindakan kurang
yaitu sekitar 6,66. Tindakan yang yang kurang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.
Menurut Notoadmodjo 2003 secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki
hubungan yang sistematis. Artinya suatu pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu terwujud dalam suatu tindakan yang baik pula overt behavior.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat kurang setuju untuk tidak melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh
dalam keadaan sakit. Mereka mengatakan bahwa dengan kondisi tubuh yang kurang sehat tidak terlalu mengganggu mereka dalam bekerja, namun hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial bagi pasien baik terhadap petugas kesehatan itu sendiri.
Berdasarkan tabel silang tingkat pengetahuan dengan tindakan bahwa sebagian besar perawat yang memiliki pengetahuan baik hanya memiliki tindakan sedang. Hal
ini juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah sakit yang meliputi perilaku individu yang berada didalamnya kurang serta kurang memadainya fasilitas sanitasi rumah
sakit yang mendukung pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
5.5. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit