khusus seperti pemeriksaan laboratorium. Secara umum gejala non-spesifik yang dapat dilihat dari seorang yang menderita infeksi nosokomial antara lain, yaitu:
a. Perubahan temperatur atau suhu tubuh demam
b. Diare atau mencret
c. Mual dan muntah
d. Pneumonia flu, batuk, dan sebagainya
2.3.4. Cara Penularan Mikroorganisme
Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai cara, bisa lebih dari satu cara. Menurut Slack, 2003 ada lima cara terjadinya transmisi
mikroorganisme yaitu: 1.
Contact Transmision Kontak transmisi adalah yang paling sering pada infeksi nosokomial, dibagi
menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung, kontak langsung direc contac; transmisi mikroorganisme langsung permukaan tubuh seperti
saat memandikan, membalikkan pasien, pada saat melakukan kegiatan asuhan keperawatan, menyentuh permukaan tubuh pasien. Kontak tidak langsung
indirect contac kontak dengan kondisi orang yang lemah melalui peralatan yang terkontaminasi seperti peralatan instrument yang terkontaminasi, jarum,
tangan yang terkontaminasi tidak dicuci dan sarung tangan tidak diganti diantara pasien.
2. Droplet Transmision Percikan
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun mekanisme transfer mikroorganisme. Patogen ke penjamu ada jarak dari transmisi kontak.
Droplet transmisi dapat terjadi ketika batuk, bersin, berbicara dan saat melakukan tindakan khusus.
3. Airborne Transmisi melalui udara
Transmisi melalui udara yang terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen, memiliki partikel kurang yang sama dengan mikron. Transmisi terjadi ketika
menghirup udara yang mengandung mikroorganisme patogen. Mikroorganisme dapat tinggal di udara beberapa waktu sehingga penanganan
khusus udara dan ventilasi perlu dilakukan. Mikroorganisme yang transmisi melalui udara adalah mycobacterium tubercolosis, rubella, dan varicella verus.
4. Food Borne melalui makanan
Transmisi mikroorganisme melalui makanan alat kesehatan dan peralatan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen.
5. Blood Borne melalui darah
Terjadinya infeksi dapat berasal dari penyakit HIV, Hepatitis B dan C melalui jarum suntik yang telah terkontaminasi.
2.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Secara umum faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial terdiari atas 2 bagian besar, yang dikemukakan oleh Parhusip, 2005 yaitu:
1. Faktor Endogen
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri penderita, seperti: a.
Umur bayi dan orang tua lebih beresiko terhadap infeksi nosokomial.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyakit penyerta dan kondisi-kondisi lokal seperti adanya luka terbuka.
c. Seorang dengan daya tahan tubuh yang rendah beresiko mendapatkan infeksi
nosokomial. 2.
Faktor Eksogen Merupakan faktor yang berasal dari luar diri penderita, seperti:
a. Lama penderita dirawat
Semakin lama penderita dirawat, resiko atau kecenderungan untuk terkena infeksi nosokomial akan semakin besar.
b. Kelompok yang merawat
Tenaga kesehatan yang merawat selama dirumah sakit merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena infeksi nosokomial.
c. Alat medis serta lingkungan
Alat-alat yang digunakan dan dilingkungan dapat menjadi media trasmisi masuknya kuman patogen penyebab infeksi nosokomial kedalam tubuh
penderita.
2.3.6. Kelompok yang Beresiko