e. Istirahat cukup
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.
2. Perilaku Sakit
Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya
Notoadmodjo, 2003. 3.
Perilaku Peran Sakit Dari segi sosiologis, orang sakit pasien mempunyai peran, yang mencakup
hak-hak orang sakit right dan kewajiban sebagai orang sakit obligation. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain terutama
keluarganya, yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit the sick role. Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan untuk mendapat kesembuhan.
b. Mengenalmengetahui fasilitas atau sarana pelayananpenyembuhan penyakit
yang layak. Mengetahui hak hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagainya serta kewajiban orang sakit
memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter dan petugas kesehatan.
2.7.3. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku
Menurut Green yang dikutip oleh Notoadmodjo 2003, faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor presdiposisi seperti
pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang
Universitas Sumatera Utara
bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung enabling perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.
2.7.4. Domain Perilaku
Menurut Notoadmodjo 2003 meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organism orang, namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun simulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Didalam Notoadmodjo 2003 dijelaskan bahwa Benyamin bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam 3 tiga domain yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu: pengetahuan
knowledge, sikap attitude, tindakan practice. 1.
Pengetahuan Knowledge Defenisi pengetahuan menurut Notoadmodjo 2003 adalah hasil dari tahu
yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab
masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan
Universitas Sumatera Utara
berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadapi Notoadmodjo, 2003. 2.
Sikap Attitude Menurut Zimbardo dan Ebbesen dalam Ahmadi 2007 sikap adalah suatu
presdiposisi keadaan mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Secara umum dalam
Ahmadi 2007 dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap dalam Ahmadi 2007 ada dua hal, yaitu:
a. Faktor intern
Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pulih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia,
terutama yang menjadi minat perhatiannya. Misalnya orang yang sangat haus akan memperhatikan peransang yang dapat menghilangkan hausnya itu dari
peransang-peransang yang lain. b.
Faktor ekstern Yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi
sosial diluar kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai,
melalui hubungan antara individu, hubungan didalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan
yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, dan
saudara-saudara dirumah, memiliki peranan yang penting Ahmadi, 2007. Fungsi Sikap:
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
b. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
d. Sikap berfungsi sebagai alat pernyataan kepribadian
3. Tindakan Practise
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak
lain. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu:
a. Persepsi Perception
Mengenal dan memilih berbagai objek b.
Respon Terpimpin Guided Response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai.
Universitas Sumatera Utara
c. Mekanisme Mecanism
Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi Adoption
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
2.8. Kerangka Konsep
1. Perilaku Hygiene Perawat
• Pengetahuan • Sikap
• Tindakan 2.
Fasilitas sanitasi meliputi: 1
Penyediaan air bersih.
2 Toilet Kamar Mandi
3 Pengelolaan Limbah
Padat. 4
Pengelolaan Limbah Cair.
5 Pengelolaan Tempat
Pencucian Linen . 6
Pengendalian Serangga dan Tikus
dan binatang penggangu lainnya.
7 Dekontaminasi
melalui desinfeksi dan sterilisasi.
Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD
Perdagangan Kabupaten Simalungun
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan selesai.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat sebanyak 60 orang yang terdiri dari:
a. Ruang IGD
: 20 orang b.
Ruang Kelas I : 10 orang
c. Ruang Kelas II
: 14 orang d.
Ruang Kelas III : 16 orang
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak populasi, yaitu sebanyak 60 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada perawat yang memberikan tindakan
keperawatan kepada pasien secara langsung. Observasi juga dilakukan pada fasilitas sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dengan
menggunakan formulir penilaianpemeriksaan hygiene sanitasi sesuai Permenkes RI Nomor 1204 MENKES SK X 2004.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Bagian Tata Usaha dan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun.
3.4.3. Defenisi Operasional
1. Hygiene perawat adalah upaya selalu memakai masker ketika bertugas,
memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, makananminuman petugas di ruangan dalam keadaan
tertutup, tidak makanminum sambil menangani pasien, memakai peralatan makanminum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi.
2. Pengetahuan adalah kemampuan perawat dalam hal pemahaman dalam
pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 3.
Sikap adalah reaksi atau respon dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam
pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
5. Pencegahan Infeksi nosokomial di rumah sakit adalah upaya atau tindakan
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.
6. Fasilitas sanitasi adalah ketersediaan sarana sanitasi yang meliputi:
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan meliputi, Penyehatan Air, Toilet dan kamar mandi, Pengelolaan limbah padat dan cair,
Tempat Pencucian Linen, Pengendalian serangga dan tikus, pencegahan penularan penyakit melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan,.
7. Pengelolaan limbah padat adalah penanganan limbah berupa sampah
berbentuk padat yang dimulai dari pemilahan dan pengemasan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan dan pembuangan ke tempat
akhir. 8.
Pengelolaan limbah cair adalah sarana perlengkapan yang berhubungan dengan limbah cair mulai dari pengumpulan, proses pengaliran, sampai pada
pengolahannya beserta bangunan pengolahnya sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.
9. Pengelolaan linen adalah penanganan kain kotor yang berasal dari kegiatan
rumah sakit mulai dari pemilahan dan penanganannya sehingga tidak menjadi sumber infeksi bagi petugas dan pasien.
10. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu adalah upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
11. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi
oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi.
12. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangimenghilangkan jumlah
mikroorganisme pathogen dengan cara fisik dan kimiawi. 13.
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangan semua mikroorganisme dengan cara fisik maupun kimiawi.
14. Pencegahan infeksi nosokomial adalah upaya yang dilakukan perawat untuk
mencegah infeksi nosokomial seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan, dan
mensterilkan alat-alat setelah habis pakai.
3.5. Aspek Pengukuran
3.5.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan
nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, pada pilihan jawaban a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban b skornya adalah 1, dan pada pilihan jawaban c skornya adalah 0.
Sedangkan untuk pertanyaan nomor 1, 3, pada pilihan jawaban a, a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban a, b skornya adalah 1, dan pada pilihan jawaban b
skornya adalah 0. Sementara untuk pertanyaan nomor 6, 10, pada pilihan jawaban b, a skornya adalah 2, pada pilihan jawaban b, b skornya adalah 1, dan pada pilihan
jawaban a skornya adalah 0. Jumlah pertanyaankuesioner pengetahuan adalah 10 pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan skala likert Pratomo, 1990 dalam Lesnauli 2008:
a. Pengetahuan baik, bila responden memperoleh skor jawaban 15 75 dari
total skor. b.
Pengetahuan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8–15 40 - 75 dari total skor.
c. Pengetahuan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban 8 40
dari total skor.
3.5.2. Aspek Pengukuran Sikap