Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum Mulyasa, 2006. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 menyebutkan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Kurikulum dijadikan pedoman bagi setiap instansi penyelenggara pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, dengan kurikulum baik diharapkan tujuan dari pendidikan akan tercapai. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perkembangan kurikulum ini sejalan dengan perubahan dan dinamika sosial di era globalisasi dimana kurikulum yang commit to user 2 digunakan dan dikembangkan tersebut harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Di dalam pergantian kurikulum dari masa kemasa ini tidak dipungkuri bahwa sering terjadi permasalahan. Berkaitan dengan pergantian kurikulum, menurut Sanjaya bahwa Pergantian kurikulum membuat seorang gurudosen harus beradaptasi dan mempelajari kembali kurikulum baru yang harus dijadikan acuan untuk melakukan proses pembelajaran. Kasus pergantian kurikulum ramai diperbincangkan di dunia pendidikan seperti pada pergantian kurikulum 1994 ke kurikulum 2004. Kurikulum 1994 dianggap perlu disempurnakan dan hasil penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan kurikulum berbasis kompetensi KBK. Diberlakukan kurikulum baru tersebut, maka seorang gurupendidik harus memahami dan belajar kembali tentang kurikulum yang harus digunakan untuk melakukan implementasi kurikulum tersebut dalam hal ini ternyata sebuah pemahaman tentunya tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, oleh karena itu karena kurang pahamnya akhirnya KBK sering dipelesetkan dengan dengan Kurikulum Baheula keneh. kurikulum yang tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya 2005. Kurikulum yang diterapakan disetiap instansi pendidikan terkadang memaksa ingin menyesuaikan inovasi kurikulum terbaru dalam pembelajaran tanpa melihat sumberdaya yang ada sehingga implementasi dari kurikulum tidak maksimal, seperti pada kasus pergantian kurikulum KBK ke KTSP dalam kurun waktu yang singkat dari pada pergantian kurikulum yang sebelumnya yaitu hanya dua tahun, pada saat kurikulum yang diberlakukan KBK sosialisasi KBK dan sistem penilaianya saja belum cukup. Kebingunagan dan kegamangan masih tampak dirasakan oleh guru dan kelompok MGMP tetang KBK dan penilaiannya kemudian secara tiba-tiba KBK harus digantikan oleh kurikulum yang baru yaitu KTSP, akhirnya semenjak pertamakali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin di berlaku sehingga model yang dikembangkan belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi sekolah Isjoni, 2009. commit to user 3 Kurikulum sebagai komponen yang dianggap penting ternyata menimbulkan berbagai peramasalahan dalam praktiknya, padahal setiap instansi penyelenggara pendidikan diharuskan menggunakan kurikulum dalam melakukan proses pembelajaran. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang akan mencetak para sarjana yang nantinya harus siap menghadapi dunia global. Untuk menciptakan output dari lembaga pendidikan yang baik tentunya harus didorong dengan sistem pembelajaran yang baik dari lembaga tersebut. Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi di kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret memiliki visi dan misi serta tujuan dalam meyelenggarakan pendidikan salah satu komponen dalam menentukan keberhasilannya adalah dengan menerapakan kurikulum yang baik. Kurikulum yang diterapkan diharapkan dapat mendokrak kualitas pendidikan yang kemudian diesuaikan dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga pendidikan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232U2000 dan Nomor 045U2002 mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi untuk setiap program studi oleh kalangan perguruan tinggi yang bersangkutan bukan oleh pemerintah. Jadi Perguruan Tinggi diberi otonomikewenangan dalam menen-tukan kurikulum program studi yang diselenggarakannya. Kurikulum tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut Universitas Sebelas Maret memilih Kurikulum Berbasis Kompetensi. KBK diberlakuakan sejak tahun 2009 sebagai pengganti kurikulum yang dulu yaitu kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi dianggap relevan dengan tuntutan zaman serta mengacu pada pada UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional serta pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Rencana Pengembangan Universitas Sebelas Maret 2007-2015 yang merupakan penjabaran rencana strategis Depdiknas, telah mencanangkan visinya yakni, World Class University. Untuk merealisasikan visi tersebut, maka diperlukan berbagai langkah nyata yang tertuang dalam berbagai commit to user 4 programkebijakan yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan demikian akhirnya Universitas sebelas maret mengeluarkan kebijakan di bidang kurikulum. Kebijakan instasi dalam penggunaan kurikulum ini tertuang dalam salah satu kebijakan Rektor UNS yaitu peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor : 553H27PP2009 tentang pembelajaran berbasis kompetensi. Berdasarkan kebijakan Rektor pembelajaran KBK harus diterapkan di setiap Institusifakultas, yakni JurusanProgram studi di lingkungan UNS. Setiap fakultas tentuanya siap atau tidak siap harus mengiplementasikan KBK dalam melakukan proses pembelajaran. KBK sudah diterapkan selama dua tahun semenjak kebijakan tersebut diberlakukan sebagai pengganti kurikulum 1994 di UNS dalam kenyataannya masih ada fakultas yang belum menerapkan dengan baik. Kebanyakan dikarenakan ketidaksiapan sumberdaya dalam menghadapi perubahan kurikulum dan juga perubahan sistem pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan kekurang optimalan kurikulum untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Permasalahan inilah mendorong peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang penerapan KBK yang diyakini menjadi kurikulum yang baik bagi pembelajaran untuk mewujudkan visi dan misi UNS serta upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dilingkungan UNS dari kurikulum yang diterapkan sebelumnya yaitu kurikulum 1994, maka dari itu itu peneliti mengambil judul Berbasis Kompetensi KBK di Jurusan P. .

B. Rumusan Masalah