Dian Kusumawati K8408034

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS

SKRIPSI

Oleh :

DIAN KUSUMAWATI K 8408034

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juni 2012


(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Dian Kusumawati

NIM : K8408034

Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul

PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012 Yang membuat pernyataan


(3)

commit to user

iii

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS

Oleh :

DIAN KUSUMAWATI K8408034

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Studi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Tanggal :

Pembimbing I

Drs. M.H.Sukarno, M.Pd NIP. 195106011979031001

Pembimbing II

Siany Indria Liestyasari, S. Ant, M.Hum NIP. 195211261981031002


(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Penguji I

Penguji II :

:

:

:

Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 19580728 198403 2 003

Drs. Soeparno, M.Si

NIP. 19670802 200012 1 001 Drs. M.H Sukarno, M.Pd

Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M.Hum

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (Ki Hadjar Dewantara)

Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya Milik-NYA (Penulis)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Permata hatiku Ibu/Ayah terkasih yang telah mencurahkan kasih sayang, pengorbanan dan doa restunya dengan penuh ketegaran serta kesabaran. 2. Adikku dan teman-teman angkatan 2008 untuk

semua dukungan dan motivasi.. 3. Almamater.


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Dian Kusumawati. K8408034. EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. (2) Mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS, (3) Mengetahui Efektivitas mengenai pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

Penelitian berlokasi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan Jenis penelitian berupa studi kasus. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen. Untuk meningkatkan kesahihan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Sementara analisis dilakukan dengan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, intepretasi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pemahaman yang dimiliki oleh civitas akademika tentang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada capaian kompetensi mahasiswa (2) Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi telah dilakukan oleh jurusan, program studi dan dosen. Tahapan dalam melakukan implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah perencaan, pelaksanaan/proses pembelajaran dan evaluasi. Persiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh Jurusan dan program studi antara lain: Persiapan dalam penterjemahan SOP dari fakultas, melakukan studi banding dan lokakarya, serta melakukan kontrol terhadap perencanaan yang telah dilakukan oleh dosen. Persiapan dosen dalam perencanaan pembelajaran adalah membuat kontrak belajar, membuat silabi dan RPP/SAP, menentukan pengelompokan dan analisis standar kompetensi. Proses Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan Metode yang inovatif yang dapat mengaktifkan mahasiswa seperti metode presentasi, diskusi, membuat makalah. Metode pembelajaran yang dihindari oleh dosen adalah metode ceramah. Sumber belajar yang digunakan oleh dosen adalah buku, sumber belajar yang lain seperti film, novel pernah digunakan, akan tetapi terkendala dengan ketentuan waktu di dalam sistem kredit semester. Evaluasi dilakukan dengan Ujian Kompetensi dan Remidial. (3) Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS belum berjalan secara efektif. Hal ini karena berbagai hambatan seperti terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya dosen dan kurannya sosialisasi KBK di lingkungan civitas akademika.


(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Dian Kusumawati. K8408034. THE IMPLEMENTATION EFECTIVITY OF THE CURRICULUM STUDYING BASED ON COMPETENCE IN SOSIAL MAINSTREAM SUBJECT OF EDUCATION PROGRAM UNS. Thesis, Surakarta : Education Program Sebelas maret University, Surakarta. Juny. 2012.

The porpuses of this research are (1) To know the understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency in the social departement of teachership education faculty. (2) To know the implementation effectivity of curriculum studying based on competence of in sosial mainstream subject of education program of UNS. (3) To know the Efektivity policy of curriculum studying based on competance of in sosial mainstream subject of education program of UNS.

This research is located in sosial mainstream subject program of UNS. It uses qualitative method and the type of this researc is case study. Furthermare, it uses porposive sampling tecnique with snowball sampling. More over, to collect data. The researches uses same ways, they are interviewing, direct observation and document study. While to get the data validity, the researcher uses triangulation teqnique, thet called source triangulation. The analysis that used in this research is kind of interatictive analysis that consist of data collecting ,data reduction, data intepretation and making condusion.

Finally, the result of this show that : (1) Understanding of some understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency focus on students competency progress/achivement (2) Curriculum studying based on competance of credit system has been dose by the departement of social maintream subject, bath study program and the lecture. Step of this implementation of the curriculum studying based on competence are planing, executing/studying process and evaluating. Palnning and preparing which are done by the departement of sosial maintream subject are : Preparing and explaining SOP from the faculty, doing the exchanging study, whorkshop and controlling on the planning that is created by lecture before. The lecture preparation of studying planning are making study. Contract. Making syllaby and RPP/SAP, deciding grouping and analisysis competency standaridtation. The proses s of curriculum studying based on competence is done by inovative methot that can active the role of student, such us preparation methot, discussing and making paper. Methot that is avoided to do by lecture is speeching. Lecture uses books and ather study source such as film, novel and soon as the source study, however the lecture face same difficulties, for example the imlementation time of semester credit system. The evaluation of education program is not run efectivelly yet. It is by some difficulties, for example the limitation of facilities and human resources and no socialisation of Curiculum Studying Based On Competence in academical society


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS.

3. Drs. H. M.H Sukarno, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Jurusan P.IPS FKIP UNS sekaligus Dosen Pembimbing 1

4. Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M. Hum. Dosen Pembimbing II

5. Dra. Siti Rochani, M.Pd. Pembimbing Akademis atas bantuan dan bimbingannya.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang secara tulus mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Ketua Jurusan P.IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Juni 2012 Peneliti


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI ... PERNYATAAN ... ... ... ... KAT

BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat penelitian ... BABA II. LANDASAN TEORI ... A. Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan ... 1. Kajian Pendidikan Nasional ... a. Pengertian Pendidikan Nasional ... b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional ... 2. Kajian Pembelajaran ... c. Pengertian Pembelajaran ...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xiv xv xvi 1 1 4 5 5 5 6 6 6 7 9 9


(12)

commit to user

xii

d. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran . ... 3. Kajian Kurikulum ... a. Pengertian Kurikulum ... b. Fungsi Kurikulum . ... c. Perjalananan Kurikulum di Indonesia ... 4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) b. Latar Belakang Munculnya KBK ... c. Karakteristik dan Tujuan KBK . ... d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK ... e. Efektivitas Implementasi Pembelajaran KBK ... 5. Penelitian yang relevan ... B. Kerangka Berfikir ... BAB III. METODE PENELITIAN ... A. Tempat dan Waktu penelitian ... B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 1. Pendekatan Penelitian ... 2. Jenis Penelitian ... C. Data dan Sumber data ... 1. Sumber Data Primer ... 2. Sumber Data Sekunder... D. Teknik Pengambilan Sampel ... E. Pengumpulan Data ... 1. Interview (Wawancara) ... 2. Observasi ... 3. Analisis Dokumen ... F. Uji Validitas Data... G. Teknik Analisis Data ... 1. Reduksi Data ... 2. Sajian Data (Display) ... 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ...

11 13 13 15 18 22 22 24 25 26 30 37 39 42 43 44 44 46 47 48 48 49 51 51 53 55 56 57 58 58 58


(13)

commit to user

xiii

H. Prosedur Penelitian ... 1. Persiapan ... 2. Pengumpulan data ... 3. Analisis data ... 4. Penyusunan Laporan penelitian ... BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian/Objek Penelitian

B. Deskripsi hasil temuan Penelitian ... 1. Pemahaman Civitas Akademika Terhadap Pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ... 2. Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran ... 3. Efektitivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) di Jurusan P.IPS FKIP UNS ... C. Pembahasan ...

A. Simpulan B.

C.

59 59 59 60 60 61 61 65

66 69

96 109 124 124 125 127 129 130


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Penelitian

4.1 Analisa SWOT Efektivitas Implementasi KBK di Jurusan P.IPS FKIP

UNS tahun 2012 ...

43


(15)

commit to user

xv

Daftar Gambar

2.1 Skema Kerangka Berfikir

3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 41 59


(16)

commit to user

xvi

Daftar Lampiran

1. Pedoman Wawancara ...

2. Fielnote ... 3. Kalender Akademik FKIP 2011/2012 ... 4. Surat Permohonan UK (Ujian Kompetensi) ... 5. Surat Permohonan Ijin Penyususnan Skripsi ... 6. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi

7. Surat Permohonan Ijin Observasi ... 8. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 9. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ...

132 139 217 219 220 221 222 223 224


(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum (Mulyasa, 2006).

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 menyebutkan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Kurikulum dijadikan pedoman bagi setiap instansi penyelenggara pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, dengan kurikulum baik diharapkan tujuan dari pendidikan akan tercapai.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perkembangan kurikulum ini sejalan dengan perubahan dan dinamika sosial di era globalisasi dimana kurikulum yang


(18)

digunakan dan dikembangkan tersebut harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Di dalam pergantian kurikulum dari masa kemasa ini tidak dipungkuri bahwa sering terjadi permasalahan. Berkaitan dengan pergantian kurikulum, menurut Sanjaya bahwa Pergantian kurikulum membuat seorang guru/dosen harus beradaptasi dan mempelajari kembali kurikulum baru yang harus dijadikan acuan untuk melakukan proses pembelajaran. Kasus pergantian kurikulum ramai diperbincangkan di dunia pendidikan seperti pada pergantian kurikulum 1994 ke kurikulum 2004. Kurikulum 1994 dianggap perlu disempurnakan dan hasil penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Diberlakukan kurikulum baru tersebut, maka seorang guru/pendidik harus memahami dan belajar kembali tentang kurikulum yang harus digunakan untuk melakukan implementasi kurikulum tersebut dalam hal ini ternyata sebuah pemahaman tentunya tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, oleh karena itu karena kurang pahamnya akhirnya KBK sering dipelesetkan dengan dengan Kurikulum Baheula keneh. (kurikulum yang tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya) (2005).

Kurikulum yang diterapakan disetiap instansi pendidikan terkadang memaksa ingin menyesuaikan inovasi kurikulum terbaru dalam pembelajaran tanpa melihat sumberdaya yang ada sehingga implementasi dari kurikulum tidak maksimal, seperti pada kasus pergantian kurikulum KBK ke KTSP dalam kurun waktu yang singkat dari pada pergantian kurikulum yang sebelumnya yaitu hanya dua tahun, pada saat kurikulum yang diberlakukan KBK sosialisasi KBK dan sistem penilaianya saja belum cukup. Kebingunagan dan kegamangan masih tampak dirasakan oleh guru dan kelompok MGMP tetang KBK dan penilaiannya kemudian secara tiba-tiba KBK harus digantikan oleh kurikulum yang baru yaitu KTSP, akhirnya semenjak pertamakali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin di

berlaku sehingga model yang dikembangkan belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi sekolah (Isjoni, 2009).


(19)

commit to user

Kurikulum sebagai komponen yang dianggap penting ternyata menimbulkan berbagai peramasalahan dalam praktiknya, padahal setiap instansi penyelenggara pendidikan diharuskan menggunakan kurikulum dalam melakukan proses pembelajaran. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang akan mencetak para sarjana yang nantinya harus siap menghadapi dunia global. Untuk menciptakan output dari lembaga pendidikan yang baik tentunya harus didorong dengan sistem pembelajaran yang baik dari lembaga tersebut.

Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi di kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret memiliki visi dan misi serta tujuan dalam meyelenggarakan pendidikan salah satu komponen dalam menentukan keberhasilannya adalah dengan menerapakan kurikulum yang baik. Kurikulum yang diterapkan diharapkan dapat mendokrak kualitas pendidikan yang kemudian diesuaikan dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga pendidikan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi untuk setiap program studi oleh kalangan perguruan tinggi yang bersangkutan (bukan oleh pemerintah). Jadi Perguruan Tinggi diberi otonomi/kewenangan dalam menen-tukan kurikulum program studi yang diselenggarakannya. Kurikulum tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut Universitas Sebelas Maret memilih Kurikulum Berbasis Kompetensi.

KBK diberlakuakan sejak tahun 2009 sebagai pengganti kurikulum yang dulu yaitu kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi dianggap relevan dengan tuntutan zaman serta mengacu pada pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional serta pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan.

Rencana Pengembangan Universitas Sebelas Maret (2007-2015) yang merupakan penjabaran rencana strategis Depdiknas, telah mencanangkan visinya yakni, World Class University. Untuk merealisasikan visi tersebut, maka diperlukan berbagai langkah nyata yang tertuang dalam berbagai


(20)

program/kebijakan yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan demikian akhirnya Universitas sebelas maret mengeluarkan kebijakan di bidang kurikulum. Kebijakan instasi dalam penggunaan kurikulum ini tertuang dalam salah satu kebijakan Rektor UNS yaitu peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor : 553/H27/PP/2009 tentang pembelajaran berbasis kompetensi.

Berdasarkan kebijakan Rektor pembelajaran KBK harus diterapkan di setiap Institusi/fakultas, yakni Jurusan/Program studi di lingkungan UNS. Setiap fakultas tentuanya siap atau tidak siap harus mengiplementasikan KBK dalam melakukan proses pembelajaran. KBK sudah diterapkan selama dua tahun semenjak kebijakan tersebut diberlakukan sebagai pengganti kurikulum 1994 di UNS dalam kenyataannya masih ada fakultas yang belum menerapkan dengan baik. Kebanyakan dikarenakan ketidaksiapan sumberdaya dalam menghadapi perubahan kurikulum dan juga perubahan sistem pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan kekurang optimalan kurikulum untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

Permasalahan inilah mendorong peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang penerapan KBK yang diyakini menjadi kurikulum yang baik bagi pembelajaran untuk mewujudkan visi dan misi UNS serta upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dilingkungan UNS dari kurikulum yang diterapkan sebelumnya yaitu kurikulum 1994, maka dari itu itu peneliti mengambil judul

Berbasis Kompetensi (KBK) di Jurusan P. .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman civitas akademika terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS ?

2. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam dalam proses pembelajaran di Jurusan P.IPS FKIP UNS ?


(21)

commit to user

3. Bagaimana Efektivitas pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS UNS ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam proses pembelajaran di Jurusan P.IPS FKIP UNS

3. Untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat di Jurusan P.IPS FKIP mengenai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) agar berjalan dengan efektif

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan civitas akademika di jurusan P.IPS FKIP UNS dalam mengiplementasikan kurikulum.

2.Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Sebagai bahan masukan dan wacana bagi Jurusan P.IPS FKIP UNS dan civitas akademika mengenai pemahaman KBK serta Implementasi agar dapat berjalan dengan efektif.

b. Para pengambil kebijakan pendidikan bidang kurikulum di UNS untuk meningkatkan persiapan kebijakan dengan peninjauan tentang penyusunan kurikulum sesuai dengan tujuan pendidikan.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan 1. Kajian Pendidikan Nasional

a. Pengertian Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan suatu hal yang diyakini penting bagi kehidupan masyarakat karena pendidikan merupakan jembatan bagi setiap bangsa ataupun negara dalam mempersiapkan generasi muda dalam memperoleh kesejahteraan dan kelayakan hidup di masyarakat. Azra berpendapat Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk

(2002:9).

pendidikan merupakan upaya pembentukan masyarakat Indonesia yang demokratis, bersih, bermoral, dan berakhlak dan berpegang teguh pada nilai-nilai -undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Menurut

mempengaruhi peserta didik supaya menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkunganya dan dengan demikian akan menimbulakan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pendidikan diharapakan menjadikan manusia untuk memiliki jiwa pancasilais


(23)

commit to user

sesuai dengan idiologi bangsa Indonesia, untuk mewujudkan semua itu maka di Indonesia menyusun sebuah pendidikan nasional. Produk yang dihasilkan oleh pendidikan merupakan lulusan yang memiliki kemapuan melaksanakan peranan-peranan sosial di masyarakat. Sehingga hal ini menjadi alasan penguat pemerintah Indonesia menyelenggarakan pendidikan nasional.

Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan

FIP-Nasional adalah gerakan yang bertujuan untuk pembangunan negara bangsa di indonesia yang mengacu pada pasal 31 dan 32 UUD 1945 yang isinya merupakan

Menurut Nurdin, Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional (2005:1).

Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan atas idiologi bangsa yaitu pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 demi tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan Indonesia karena keberhasilan pembangunan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan nasional harus dikelola dengan profesional demi tercapainya tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan Indonesia.

b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional

Dalam pendidikan nasional terdapat standar pendidikan yang harus dicapai. Mengenai standar pendidikan nasional Hayat dan Yusuf berpendapat,


(24)

berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

(2009:19). Standar Pendidikan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas

prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus

ditingka Delapan unsur Standar Nasional

Pendidikan tersebut hendaknya dikembangkan sumber daya manusia sesuai tuntutan dengan keadaan daerah, situasi nasional dan trend globalisasi. Menurut Mulyasa 2006 menyatakan:

dalam pendidikan terdapat dua jenis standar yaitu standar Akademis (academic content standartds) dan standar kompetensi (performace standar). Standar akademis merefleksikan pengetahuan dan keterampilan esensial disetiap disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik. Sedangkan Standar Kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. (hlm.24)

Di dalam pendidikan terdapat standar akademis yang harus di capai.

Mengenai standar Kurikulum merupakan standar

akademis yang harus dikuasai oleh seluruh peserta didik, dengan merinci tujuan pembelajaran setiap pokok bahasan dan cara mencapai t

Pendidikan didalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satunya adalah mencakup aspek standar kompetensi.

dari keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang direfeksikan dalam kebiasaan (2005:7). Jadi Standar Kompetensi merupakan batasan minimal kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Standar kompetensi menurut pedoman pembelajaran berbasis kompetensi dalam sistem kredit semester UNS 2009 Standar kompetensi adalah:

Perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Standar kompetensi oleh berbagai pihak. Pertama, institusi pendidikan dan pelatihan guna memberikan informasi dalam rangka pengembangan program


(25)

commit to user

dan kurikulum; sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi. Kedua, dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja, yakni membantu dalam rekrutmen, penilaian unjuk kerja, membuat uraian jabatan, dan mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri. Ketiga, institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi, yakni sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan sebagai acuan dalam

Dengan demikian berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa Standar kompetensi merupakan ukuran-ukuran dari kompetensi yang dikuasai dan harus dicapai oleh seorang peserta didik. Standar kompetensi dalam pendidikan nasional merupakan kriteria yang harus ditetapkan oleh pemerintah dalam pendidikan nasional yang merupakan bentuk akuntabilitas dari penyelenggara pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan sehingga diharapkan output pendidikan yang dihasilkan adalah individu yang bermartabat dan beradab bagi bangsa. Standar tersebut merupakan standar kompotensi pendidikan nasional. Standar pendidikan merupakan dasar penetapan kriteria bagi penyelenggara pendidikan dalam merancang konsep pendidikan dan merupakan batasan minimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak individu menuju peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat. Standar Nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan kriteria dalam menyelenggarakan pendidikan di setiap instansi pendidikan.

2. Kajian Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran terjadi antara pendidik dan peserta didik. Mengenai

pembelaja P

Instruction

Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-Wolistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan belajar (2008:78). Hal tersebut sesuai dengan Gagne (1992) menyatakan bahwa :


(26)

Instruction is a set of that learner in such a way that is facilitated. Oleh merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. (Sanjaya, 2008:78)

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran atau pengajaran adalah agar siswa/mahasiswa belajar bagaimanapun baiknya dosen/guru mengajar, apabila tidak terjadi proses belajar pada para mahasiswa, maka pengajaran tidak

yang digunakan guru/dosen sederhana, tetapi apabila mendorong para siswa/mahasiswa banyak belajar, pengajaran tersebut cukup berhasil. Mengenai

perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar siswa diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar pengajar siswa dituntut beraktifitas

Mengenai pembelajaran Hambalik juga berpendapat, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsusr manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

Jadi menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan indikator utama dalam pelaksanaan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam mempengaruhi peserta didik agar belajar sehingga tercapai tujuan dari pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal yang sangat vital dan menjadi komponen pokok bagi tercapainya tujuan pendidikan. Proses interaksi dan internalisasi sebuah nilai- nilai sosial akan dicapai dengan baik oleh peserta didik melalui pembelajaran.


(27)

commit to user

Seorang pendidik harus menggunakan pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didiknya untuk mengerti dan memahami sebuah materi di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan di dalam melakukan pembelajaran oleh pendidik dapat mendorong peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang telah belajar berarti ada usaha dari peserta didik untuk mengubah dirinya kearah yang lebih baik.

b. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran

Seiring berkembangnya perubahan zaman maka terjadi perubahan makna dari pembelajaran. Pembelajaran semula bermakna saling hanya tatap muka seperti antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan didalam kelas. Sesuai UU No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Dalam pasal 2 ayat 2 UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan diartikan dengan Pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multy entry multy system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil program-program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara

terp .

Dari pasal tersebut, menyatakan bahwa pendidikan dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan, selain itu pendidikan dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan tatap muka ataupun jarak jauh. Pendidik akan lebih leluasa melaksanakan pendidikan karena sistem pendidikan yang terbuka.

Dari hal tersebut dapat dilihat terdapat konsep baru dalam pendidikan. perubahan konsep antara mengajar dan pembelajaran yang mempunyai makna dan pengertian yang berbeda. Dalam bahasa Inggris mengajar berasal dari kata teaching, sedangkan pembelajaran berasal dari kata learning.

Konsep belajar mengalami perubahan dari mengajar ke pembelajaran. Menurut UU no 20 tahun 2003 pada pasal 2 ayat 2 yang telah disebutkan. Dalam UU No 2 tahun 2003, kegiatan belajar mengajar tidak lagi disebut-sebut, dalam


(28)

penjelasan atas UU tersebut terdapat istilah pembelajaran yang digunakan sebagai jalur pendidikan berkelanjutan.

Perbedaan antara mengajar dengan pembelajaran terdapat pada tindakannya. Mengenai belajar Suprijo

dengan mengajar atau pengajaran mempunyai arti demikian melahirkan kontruksi

belajar-yang mengacu pada kegiatan belajar belajar-yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik menerimanya. Hal ini selanjutnya berubah menjadi konsep pembelajaran dalam UU No.20 tahun 2003.

pembelajaran adalah peserta didik, dimana guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik yang -istilah perubahan dari teacher center menjadi student center, sehingga guru harus mengubah cara mengajarnya dari mengajar menjadi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat upaya yang aktif dari siswa, sedangkan dalam mengajar guru seakan-akan hanya mengisi ilmu kepada siswa sehingga peran siswa cenderung pasif. Sehingga dapat disimpulkan perbedaan antara pembelajaran dan mengajar adalah terdapat pada

peran siswa dalam belajar. Mengenai prose Proses

belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu, mengajar merupakan tugas mengorganisasi dan

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan dari mengajar ke pembelajaran ini membawa dampak yang besar bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Guru yang awalnya melaksanakan kegiatan belajar dengan upaya teaching atau mengajar harus melaksakan perubahan menjadi learning atau pembelajaran. Guru harus menciptakan kelas yang student center daripada teacher center. Konsep mengajar berubah ke konsep pembelajaran dengan maksud guru tidak lagi berperan aktif memberitahu siswa, namun guru berlaku sebagai pendorong/motivator siswa dalam mencari informasi


(29)

commit to user

dan pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang membuat siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator. Mengajar merupakan proses dari pengajaran antara peserta didik dan pendidik. Mengajar merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui oleh pendidik yang profesional

3. Kajian Kurikulum a. Pengertian Kurikulum

Salah satu komponen di dalam pendidikan yang dianggap penting adalah kurikulum. Menurut Bobbitt (1989), kurikulum adalah A way to prepare student for their future role in the new industrial. He influenced the curriculum by showing how teaching classical subjects should be repleced by teaching subjects (kurikulum merupakan sebuah jalan untuk menempuh dan mempersiapkan peserta didik ke dalam masyarakat industri baru) Rakhmat Hidayat (2011:7). Mengenai kurikulum Good (1959) juga berpendapat,

school should offer the student by way of qualifying him for graduation or (kurikulum merupakan sebuah rencana isi tentang materi tertentu dari instruksikan bahwa sekolah harus memenuhi kualifikasi dan sertifikat serta dapat melanjutkan bidang profesional atau kejuruan) (Rakhmat Hidayat, 2011:8). Kurikulum merupakan rencana sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan peryataan Popham dan Baker (1970) mengatakan bahwa kurikulum Seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab

Kurikulum sebagai sebuah rencana hal ini sesuai dengan peryataan Tanner dan Tanner (1975) bahwa kurikulum sebagai The planned and guided learning experinces and intended learning outcomes, formulated throught the systematic and recontruction of knowledge and eksperience, under the auspsices of the

( kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dalam bimbingan dan dimaksudkan sebagai hasil belajar, dirumuskan melalui rekonstruksi pengetahuan


(30)

dan pengelaman yang sistematis, yang dibimbing oleh sekolah bagi kesinambungan perkembangan kompetensi sosial si pembelajar). (Rahmat Hidayat, 2011:9). Kurikulum bertujuan untuk menuntaskan setiap unit pembelajaran, hal tersebut sesuai dengan simpulan Cagne (2005) menegaskan Bagian isi dan bahan pelajaran yang digambarkan dengan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unit dan dituntaskan sebagai satuan

Menurut Tim Pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI pendidikan kurikulum adalah Inti pendidikan, dari ketiga bidang utama pendidikan yaitu menejemen pendidikan, bimbingan siswa dan kurikulum, kurikulum merupakan bidang yang paling besar memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan peserta didik (2007:97). Mengenai kurikulum sebagai dokumen Sanjaya risi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk

Mengenai kurikulum sebagai aktivitas Nurdin juga berpendapat, kurikulum a Aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan mengajar, mengatur strategi dalam proses

belajar-(2005:32). Kurikulum sebagai seperangkat aturan, Hamalik berpendapat Seperangkat pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan digunakan dalam Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Pasal 1.19 UU nomor 20 tahun 2003 merumuskan kuri Seperangkat rencana sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan


(31)

commit to user

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan perangkat dari pendidikan untuk menyelenggarakan sebuah pembelajaran. Kurikulum merupakan desain yang disusun sedemikian rupa yang berisi tentang rumusan, isi, tujuan dan strategi pembelajaran serta evaluasi yang berfokus pada kepentingan peserta didik. Kurikulum merupakan sesuatu yang menjadi seperangkat rencana bagi seorang pendidik kepada para peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran yang baik yang harus diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa.

Kurikulum berisi dari bahan-bahan pembelajaran yang menjadi landasan, arahan dan perencanaan untuk menuju proses pembelajaran kepada kepada peserta didik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum mejadi sebuah grand desain pendidikan untuk mewujudkan pembelajaran visioner sehingga isi, materi melalui proses pembelajaran yang diberikan bagi peserta didik memiliki kualitas sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Kurikulum merupakan sebuah rencana yang telah disusun secara sistematis berupa konsep dan grand desain pendidikan yang disesuiakan dengan tuntutan dan kondisi zaman serta kebutuhan masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan acuan dari pendidikan dalam melakukan proses pembelajaran. Sehingga karena kurikulum dianggap penting di Indonesia sering terjadi pergantian kurikulum dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi perubahan sosial dan tuntutan zaman.

b. Fungsi Kurikulum

Kurikulum memiliki beberapa fungsi, menurut Soemanto (2008), menyatakan tentang fungsi kurikulum bahwa :

1) Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan

Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin di capai. Oleh karena itu fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan pendidikan.


(32)

2) Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa

Sebagai organisasi belajar ( lerning organsatior ) yang tersusun dengan cermat,kurikulum selalu di siapkan dan di rancangbagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan di konsumsi siswa.

3) Fungsi kurikulum bagi para pendidik

Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka. Pedoman dalam megatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

4) Fungsi kurikulum bagi pimpinan

Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar yang menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik.

5) Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa

Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan terhadap putra putri mereka.

Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, Kurikulum berfungsi bagi pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum terutama bagi pendidik dan peserta didik yang berhubungan langsung dengan implementasi kurikulum. Mengenai kurikulum sebagai pedoman Sanjaya

S

alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan

McNeil, 1981) kurikulum memiliki empat fungsi yaitu :

1. Fungsi pendidikan umum (common and general education)

Fungsi kurikulum mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus membentuk pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar mampu meninternisasi nilai-nilai dalam kehidupan.


(33)

commit to user

2. Suplementasi (suplementation)

Kurikulum menjadi peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuan secara optimal, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga terlayani sesuai dengan kemampuannya.

3. Eksplorasi (eksploration)

Fungsi eksplorasi memiliki makna bahawa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.

4. Keahlian (spesialization)

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, indusri dan disiplin akademik. (2005:12-13)

Memahami dari fungsi fungsi kurikulum diatas dapat dipahami bahwa kurikulum memiliki hubungan yang baik bagi setiap lembaga penyelenggara pendidikan. Mengenai fungsi kurikulum Mulyasa (2005) menyatakan:

Kurikulum memiliki fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan adalah persiapan mengajar yang dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang lebih matang. Fungsi pelaksanaan yaitu kurikulum sebagai perencanaan akan dapat membentu dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran akan lebih terorganisir melalui serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan mumpuni. (hlm.79)

Kurikulum sebagai sebuah perangakat dalam penyelenggaraan pendidikan memiliki berbagai macam fungsi yang meningkatkan kualitas pendidikan.

menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tidak ada

Mengenai Fungsi kurikulum yang berkaitan dengan pelaksana dan kegiatan seperti guru, siswa, kepala sekolah, pengawas, orang tua dan masyarakat. Sanjaya (2008) berpendapat:

Kurikulum bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman dengan kurikulum tidak akan berjalan dengan efektif. Kurikulum bagi kepala


(34)

sekolah berfungsi sebagai penyususn perencanaan dan program sekolah, bagi pengawas kurikulum sebagai pendukung dalam melakukan suvervisi karena dengan kurikulum tersebut para pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan prose pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat memberikan saran pendidikan. Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai. Isi atau bahan pelajaran yang harus dikuasai. (hlm.13-15)

Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa Dalam fungsi kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum harus dirancang sedemikian rupa agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pembelajaran. Kurikulum memiliki kekuatan yang besar bagi pendidikan dalam melaksanakan peranannya sebagai komponen sistem yang harus dilaksanakan dalam pendidikan. Kurikulum tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan dan merupakan sarana untuk tercapainya tujuan pendidikan, karena kurikulum merupakan salah satu bentuk menejemen dan administrasi pendidikan yang harus ada demi terselengaranya pendidikan di setiap instansi penyelenggara pendidikan. Kurikulum memiliki arti penting bagi penyelenggaraan pendidikan serta, merupakan salah satu inti dari pendidikan yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mempersipakan peserta didik untuk menjadi insan yang bermartabat dan beradap di masyarakat.

c. Perjalanan Kurikulum di Indonesia

Perjalanan Kurikulum di Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Soekisno bahwa Kurikulum Indonesia kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP). Pada masa orde lama pada tahun 1945-1961 yaitu kurikulum 1947. Kurikulum 1947 merupakan kurikulum peralihan pendidikan belanda ke pendidikan nasional dan menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan negara lain. Kurikulum Pendidikan masa itu masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.Ia bisa dikatakan


(35)

commit to user

sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Pada tahun 1952, kurikulum pendidikan mengalami penyempurnaan, dengan nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu system pendidikan nasional. Dalam kurikulum ini yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran yang menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

Setelah masa orde lama kemudian muncul pergantian kurikulum pada masa orde baru Memasuki fase masa orde baru, kurikulum pertama pendikan adalah kurikulum 1968 dimulai berdasarkan TAP/MPRS No. XXVII/MPRS/1996 tentang agama, pendidikan dan kebudayaan. Kurikum ini bertujuan untuk membentuk manusia yang pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang dikehendaki oleh pemerintah UUD 1945 dan isi UUD 1945. Titik penekanan pada kurikulum 1968 adalah penanaman jiwa pancasila terhadap peserta didik bahwa ruang aktualisasi pendidikan tidak boleh menyimpang dari falsafah pancasila.

Usia kurikulum 1968 tidak berjalan lama kemudian muncul kurikulum 1975. Perubahan kurikulum ini didasarkan pada keputusan MPR No. II/MPR/1973. Kurikulum 1968 tidak lagi digunakan karena kurikulum tersebut didasarkan pada Undang-Undang Pokok Peradilan dan pengajaran No. 4 tahun


(36)

1950, TAP/MPRS No. II Tahun 1960. Dengan demikian adanya TAB MPR baru membutuhkan kurikulum baru yang kemudian dinamakan kurikulum 1975. Inti dari kurikulum ini adalah konsep pendidikan ditentukan dari pusat para pengajar tidak perlu berfikir membuat konsep sendiri bagaimana pola pengajaran yang baik harus digelar di dalam kelas.

Kurikulum 1975 tidak berjalan lama karena dianggap tidak konstruktif dalam proses pendidikan yang mencerdaskan sehingga memunculkan keinginan dari pemerintah pusat unruk mengganti kurikulum ini. Pendidikan perlu ditempatkan secara arif dan bijaksana dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial. Pendidikan bukan milik pemerintah atau penguasan, tetapi menjadi bagian integral dari bangsa sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diserahkan kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kurikulum 1975 harus diganti.

Kebutuhan akan laju pembangunan nasioal pesat, termasuk berdampak pada lahinya ruang-ruang baru dalam pembangunan pendidikan nasional, diperlukan kurikulum baru untuk merespon persoalan-persoalan dimasyarakat, karena hal tersebut akhirnya muncul kurikulum 1984. Inti dari kurikulum ini adalah pendidikan diarahkan pada pembentukan karakter anak didik yang memiliki kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik sehingga bisa digunakan diperusahaan atau pabrik-pabrik. Lebih tepatnya tujuan dari kurikulum 1984 bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan yang siap pakai.

Menurut Yamin Pendidikan dalam konteks kurikulum 1984 bukan lagi menciptakan ruang berpikir anak-anak didik yang dirangsang dewasa ke depan dan mampu melakukan aktualisasi diri secara kreatif. Oleh karena itu kurikulum 1984 harus diganti yaitu oleh kurikulum 1994 sebagai penyempurna kurikulum, 1984. Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang akan menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial dimasa depan sehingga membutuhkan keahlian membutuhkan keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri. ( 2009)

tian kurikulum ditutup dengan kurikulum 1994. Menginjak masa reformasi kurikulum yang digunakan


(37)

commit to user

adalah kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum 2004

konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, perupa pengasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Menurut Simpson dalam taksonomi Blomm (1989) menyatakan KBK telah berjalan selama dua tahun, namum oleh pemerintah KBK harus diganti dengan kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum peyempurna kurikulum KBK.

Beberapa alasan KBK harus diganti dengan KTSP yaitu KBK masih memelukan pemetaan dan pengklasifikasian standar kompetensi sebelum membuat silabus. Materi mana yang termasuk kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca maupun menulis. Ditambah lagi harus dengan mempertimbangkan dan mencantumkan karakteristik pada peserta didik, yang mencakup perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun dalam KTSP, pemetaan dan klasifikasi standar kompetensi yang mencakup kompetensi mendengar, berbicara, dan menulis sudah tertera dalam rambu-rambu kurikulum dengan sangat jelas. Pertimbangan dan pencantuman karakteristik pada peserta didik secara implisit tidak dicantumkan dalam silabus tersebut. Meskipun tidak perlu mencantumkan karakteristik peserta didik, guru tetap mempertimbangkan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh siswa tersebut. (Isjoni, 2009)

KTSP merupakan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Intinya desentralisasi pendidikan di masing-masing satuan pendidikan.

Dengan demikian tercatat sembilan kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia. Pergantian ini dimulai dari sejak jaman orde baru, orde lama dan juga sampai pada masa sekarang yaitu masa reformasi. Perubahan kurikulum yang dilakukan di Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi jaman. Seiring dengan pengaruh globalisasi dari era orde lama sampai reformasi


(38)

akhirnya tercatat beberapa kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia. Pergantian kurikulum tersebut dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan dalam mewujudkan pendidikan nasional.

Kurikulum yang digunakan dari orde lama adalaha kurikulum 1947, kurikulum 1952 dan kurikulum 1964. Pada masa orde baru kurikulum 1968, 1975, 1984 dan di tutup dengan kurikulum 1994 serta di masa sekarang reformasi baru terjadi perubahan dua kurikulum yaitu dari kurikulum berbasis kompetensi(KBK) ke kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum yang berlaku dan harus digunakan di sekolah adalah kurikulum KTSP Dalam perjalannya kurikulum di Indonesia mengalami beberapa pergantian.

4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan penyempurna dari kurikulum 1994. Mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi Mulyasa berpendapat

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Konsep

kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan melakukan dengan penuh tanggung jawab.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum 2004 yang mengatur tentang kompetensi. Hal ini sesuai dengan peryataan Depdiknas (2002) kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan (Sanjaya, 2005:6). Kurikulum dan pembelajaran diarahkan pada penguasaan pengetahuan (ingatan) dan pengertian (pemahaman),


(39)

commit to user

tetapi dilanjutkan pada tahapan yang lebih tinggi, yaitu aplikasi, analisis-sintesis,

pendidikan, 2007:116). KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada aspek kompetensi hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2006) bahwa:

KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. (hlm.40)

Menurut S.K. Mendiknas No.045/U/2002 Kompetensi adalah

sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

tugas-No. 20 tahun 2003 Salah satu kompetensi adalah kompetensi lulusan yang merupakan kempampuan individu menguasai bidang tertentu setelah lulus dari jenjang pendidikan baik di sekolah maupun perguruan tinggi.

Menurut Pedoman Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam sistem kredit Semester UNS 2009 Kompetensi lulusan perguruan tinggi yaitu:

Kompetensi yang sesuai dengan social need, industrial/business need dan professional need sehingga mampu bersaing di pasaran kerja yang menuntut persyaratan: (1) penguasaan pengetahuan dan keterampilan analisis dan sintesis, teknologi informasi, manajerial, komunikasi dan bahasa kedua; (2) sikap yang meliputi kepemimpinan, bekerja dalamkelompok, dan dapat bekerja secara lintas budaya; dan (3) pengenalan sifat pekerjaan yang terkait dan terlatih dalam etika kerja, memahami makna globalisasi dan fleksibilitas dala.

Menurut Taba (1962) Konsep KBK bertumpu pada konsep yaitu Kurikulum sebagai suatu rencana. Ini berarti KBK lebih menekankan pada kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah

Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan sebuah kurikulum yang menekankan pada


(40)

kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan. KBK merupakan kurikulum yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pendidikan baik dari pembelajaran maupun kompetensi lulusan. KBK menjadi sarana bagi setiap instansi pendidikan untuk lebih kreatif lagi dalam membuat desain pembelajaran bagi peserta didik sehingga seorang pendidik dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan proses pembelajaran. Pencapaian kurikulum 2004 adalah menekankan pada kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan ketercapaian kompetensi yang diharapkan peserta didik dapat diarahkan kepada bidang tertentu sesuai dengan bidang dan juga keahliannya, lebih mengarahkan peserta didik untuk menjadi spesialisasi di bidang tertentu.

b. Latar belakang munculnya KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki latar belakang dalam kemunculannya. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, KBK pada awalnya digunakan dalam bidang pendidikan vokasional atau kejuruan dan pelatihan. Kompetensi yang dikembangkan dalam bidang tersebut berkenaan dengan kompetensi vokasional dan kompetensi kerja (2007:114).

Berkaitan dengan kemunculan KBK Sanjaya menjelaskan bahwa Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahir undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah; Undang-undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai otonom; serta Tap MPR No. IV/MPR/ 1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di masa depan.

Kelahiran berbagai perangkat kebijakan pemerintah didorong oleh perubahan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Dalam dimensi global. Dalam

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan terjadinya fenomena perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan.


(41)

commit to user

Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, mengantisipasi perubahan-perubahan global pada era persaingan bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi khususnya teknologi informasi, maka sistem pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang demokratis yang mampu melayani setipa perbedaan dan kebutuhan individu (berdiversifikasi) serta mampu membekali siswa dengan sejumlah kemempuan (kompetensi) yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak didik untuk dapat bersaing dengan bangsa lain di dunia. Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. (2005)

c. Karakteristik dan Tujuan KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik dan juga tujuan dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Mengenai karakteristik KBK Kompetensi memiliki beberapa karakteristik yang mencakup seleksi kompetensi yang sesuai spesifikasi indicator-indikator evaluasi untuk menentukan kesusksesan pencapaian kompetensi dan

Menurut Dekdiknas (2002) mengemukakan karakteristik kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :

1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal

2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3) Peyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi

4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar yang memenuhi unsur edukatif

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Mulyasa 2002:42) Karakteristik Kurikulum berbasis kompetensi adalah menekankan pada aspek ketercapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Menurut


(42)

Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI Salah satu ciri utama dari model KBK adalah dalam tujuannya yang dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati atau diukur (observable variable) rumusan tujuan demikian disebut obyektif dan obyektif dalam KBK dirumus

(2007:113).

Karakteristik yang tertuang di dalam KBK memiliki berepa tujuan agar KBK menjadi kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran ke arah yang lebih bermutu. Mengenai tujuan KBK Sanjaya berpendapat, Tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah Mengembangkan potensi peserta didik untuk untuk mengahadapi perananya di masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill (2005:12).

Dengan demikian, Kakarteristik dan tujuan KBK mengarahkan pada pencapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut berupa life skiil yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mempersiapkan bekal hidup di masyakat global kecakapan life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang agar mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pengembangannya mengunakan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menurut Tim Pengembang Pendidikan

FIP-dari kurikulum-kurikulum sebelumnya (kurikulum 1975,1984,1993) yang sebenarnya memiliki akar yang sama yaitu yaitu Teknologi pendidikan atau

teknologi instruksional atau sistem i

-prinsip pengembangan kurikulum Hama Di dalam prinsip pengembangan kurikulum meliputi prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip relevansi, prinsip efektivitas dan efisiensi, prinsip fleksibilitas, prinsip


(43)

commit to user

keseimbangan, prinsip keterpaduan, dan prinsip mutu. dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengacu pada prinsip pengembangan

Dalam mengembangkan KBK juga menggunakan berbagai prinsip. Mengenai prinsip dalam pengembangan KBK. Depdikbud (2002) menyatakan terdapat sembilan prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur 2) Penguatan Integritas Nasional

3) Keseimbangan Etika, Logika dan Kinestetika 4) Kesamaan memperoleh kesempatan

5) Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi 6) Pengembangan keterampilan untuk hidup 7) Belajar sepanjang hayat

8) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif

9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. (Mulyasa, 2006:70-72)

Dalam prinsip pengembangan KBK, Mulyasa menjelaskan bahwa Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengitegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur yang dianut oleh masyarakat berpengaruh terhadap arti kehidupan setiap individu. Hal tersebut tentunya perlu diamalkan dan diintergrasikan di dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam pengembangan KBK diperlukan penguatan terhadap pentingnya integrasi nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang kemajemukan masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradapan tatanan kehidupan yang multikultural.

Keseimbangan antara Etika, Logika dan Kinestetika diperlukan dalam pengembangan KBK agar peserta didik memiliki kemampuan yang sejajar dalam hal etika, logika dan kinestetika. Pengembangan KBK seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan ketercapaiannya.


(44)

Di dalam KBK perlu mengembangkan kemapuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengetahui situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan KBK perlu memasukkan unsur keterampilan untuk hidup agar peserta didik memiliki keterampilan, sikap, perilaku adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam mengahadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. KBK perlu memperhatikan kemepuan belajar sepenjang hayat, yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal atau non-formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Pengembangan KBK harus berupaya memendirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri sendiri agar mampu membengun pemehaman dan pengetahuannya. (2009)

KBK dikembangkan dalam rangka menyusun perangkat perencanaan dalam penyelenggaraan pendidikan berupa isi, tujuan, bahan materi yang menjadi aturan dalam melakukan proses pembelajaran agar tertata secara sistematis dan terorganisir. Kurikulum sebagai landasan dalam pelaksnaan proses pembelajaran memiliki landasan/asas pada pengembangannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mulyasa dalam landasan pe Landasan filosofis,

mengacu pada landasan tersebut. Mengenai landasan asas dalam KBK Sanjaya (2005:16-20) menyatakan :

Pengembangan KBK pertama asas filosofis yaitu KBK dikembangakan sebagai sebuah sistem nilai yang menjadi sumber utama dalam merumuskan tujuan dan arah pendidikan. Kedua asas psikologis yang berhubungan dengan aspek kejiwaan. KBK dikembangkan sebagai kurikulum dengan memperhatikan kondisi anak belajar. KBK menempatkan anak didik sebagai organisme yang sedang berkembang. Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh dua sisi sisi lingkungan dan sis potensi yang dimilikinya. Ketiga pengembangan KBK juga didasarkan pada landasan sosiologis dan teknologis.

Jadi KBK tidak hanya menjadi kurikulum yang hanya sekedar direncanakan saja akan tetapi juga dilaksankan oleh karena itu terdapat beberapa


(45)

commit to user

prinsip dalam pelaksanaan KBK agar pelaksanaan KBK berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan. Mengenai prinsip melaksanakan KBK menurut Sanjaya (2005:24-25) berpendapat, terdapat empat prinsip dalam melaksanakan KBK yaitu :

a. Kesamaan memperoleh kesempatan

Prinsip ini mengandung pengertian, bahwa melalui KBK penyediaan tempat yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat ditamakan.

b. Berpusat pada anak didik

Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri ditamakan agar para peserta didik mampu membengun kemauan,pemehaman dan pengetahuannya. Peyajian disesuaikan dengan tahapan-tahapan perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. c. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapain pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, instansi pendidikan, pendidik,dunia usaha, masyarakat.

d. Kesatuan dan kebijaksanaan dan beragam pelaksanaan

Standar kompetensi disusun pusat dan cara pelaksanaanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah.

Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa instansi pendidikan di dalam menerapkan KBK perlu berpedoman pada prinsip-prinsip pengembangan KBK dan prinsip-prinsip pelaksanaan KBK agar dalam implementasi KBK dapat berjalan efektif sesuai dengan harapan lembaga pendidikan dan juga diharapkan dapat mengahasilkan para lulusan yang memiliki kompetensi dalam bidang keahlian tertentu menjadikan individu yang bermartabat bagi negara sesuai dengan rancangan pendidikan nasional. Karakteristik merupakan cirikhas dari KBK sebagai inovasi kurikulum yang mudah dikenal untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Tujuan dari KBK pun diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran antara pendidik dan juga peserta didik. Prinsip pengembangan kurikulum merupakan standar ideal dalam


(46)

mengembangkan kurikulum. KBK merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan produktif.

e. Efektivitas Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum tidak hanya merupakan grand desain dalam bentuk konsep saja akan tetapi kurikulum harus di implementasikan oleh pendidik, peserta didik dan tenaga pendidik lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu kurikulum yang dikembangkan dan disusun sebagai sebuah kebijakan dalam bidang pendidikan harus memperhatikan efektivitas keberjalanan kurikulum tersebut dalam pelaksanaanya. Mengenai Efektivitas Suryokusumo (2007) menyatakan :

Efektivitas

diarahkan pada aspek kebijakan, artinya program-program pembangunan yang akan dan sedang dijalankan ditunjukkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan rakyat yang benar-benar memang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas global rakyat yang akan berdampak pada meningkatnya investasi publik dalam bidang sosial ekonomi. Konsep mengenai efektivitas tidak bisa lepas dari teori sistem dimana dua kesimpulan pokok dari teori sistem, yang pertama adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan seluruh siklus input-proses-output, sedangkan yang kedua adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan yang lebih besar. Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk terget, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. (hlm. 14-18)

Menurut Osborne (2003) Terminologi lain mengenai efektivitas adalah Ukuran bagaimana suatu kualitas suatu output itu dihasilkan melalui berbagai

(Suryokusumo, 2007:18).

Efektivitas merupakan kesesuain atara tugas dan sasaran. Mengenai efektivitas Mulyasa berpendapat, Efektivitas adalah Kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya


(47)

commit to user

Freeling policy manage to shop around for the most effective and eficient service providers helps them squeese more bangs out of every buck. It allows them to use competition berween service providers. It preserves maximum flexibility to respond to shanging circumstances. And it helps insist on accountability for quality performance, contractors knows the can be go if . (Menghadapi berbagai persoalan di sektor publik yang semakin kompleks yang menuntut penyelesaian yang lebih efektif dan efisien, pola kerjasama dapat diterapkan, sehingga pelayanan yang birokratis tidak sesuai lagi). (Ferry Anggoro Suryokusumo, 2007:18)

Lipham dan Hoeh (1987) meninjau e Suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan yang memandang bahwa efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan pribadi. Suatu organisasi dan lembaga dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat tercapai, dan belum bisa dikatakan dikatakan efektif

(2005:90). Untuk menilai efektivitas harapan-harapan harus dicapai melalui peranan yang dimainkanya.

Jadi sesuatu bisa dikatakan efektivitas jika tercapainya tujuan dari organisasi publik, tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas. Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk terget, sasaran jangka panjang maupun misi sebuah lembaga ataupun organisasi. Kurikulum tidak hanya merupakan grand desain dalam bentuk konsep saja akan tetapi kurikulum harus di implementasikan oleh pendidik, peserta didik dan tenaga pendidik lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu kurikulum yang dikembangkan dan disusun sebagai sebuah kebijakan publik dalam bidang pendidikan harus memperhatikan efektivitas keberjalanan kurikulum tersebut dalam pelaksanaanya. Dalam menjalankan kurikulum agar efektif Drajat, (1996) menyatakan:

Prinsip Efektivit

Dalam proses pendidikan tersebut efektivitas dapat dilihat dari dua sisi, yakni : Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sajuhmana kegiatan belajar mengajar telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas anak didik, berkaitan dengan sejauhmana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. (Idi, 2006:181)


(1)

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

pelaporan nilai yang tidak sesuai dengan prosedur.

sebanyak 4 kali ternyata kurang bisa memberikan keluwesan bagi dosen untuk mengukur ketercapain kompetensi

zaman.


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi permasalahan dan analisis data yang diperoleh tentang efektivitas implementasi pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi disimpulkan sebagai berikut:.

1. Pemahaman tentang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di

kalangan civitas akademika di jurusan P.IPS FKIP UNS bahwa KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada aspek capaian kompetensi mahasiswa.

2. Implementasi yang dilakukan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di

Jurusan P.IPS FKIP UNS adalah dengan melakukan berbagai tahapan aktivitas berupa perencanaan, pelaksanaa pemebelajaran/proses pembelajaran dan evaluasi.

a. Persiapan Pembelajaran

Adapun persiapan Implementasi KBK meliputi persiapan yang dilakukan oleh Ketua Jurusan, Ketua Program dan Dosen. Persiapan yang dilakukan oleh Jurusan dan program studi antara lain: Persiapan dalam penterjemahan SOP dari fakultas, melakukan studi banding dan loka karya, melakukan kontrol terhadap perencanaan yang telah dilakukan oleh dosen dan melakukan penyusunan kurikulum di masing-masing program studi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. Persiapan dosen dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah membuat kontrak belajar, membuat silabi dan RPP/SAP, menetukan pengelompokan dan analisis standar kompetensi.

b. Proses Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi

1) Metode yang digunakan adalah metode yang inovatif yang dapat

mengaktifkan mahasiswa dalam proses pembelajaran seperti metode presentasi, diskusi, membuat makalah.


(3)

commit to user

125

2) Metode pembelajaran yang dihindari oleh dosen adalah metode

ceramah.

3) Sumber belajar yang digunakan oleh dosen adalah buku, sumber

belajar yang lain seperti film, novel pernah digunakan, akan tetapi terkendala dengan keterbatasan waktu.

4) Umpan balik yang diberikan adalah berupa kritik dan testimoni dari

mahasiswa.

5) Mengenai perangkat pembelajaran seperti media belajar yang

digunakan adalah LCD dan Laptop. Ketersediaan LCD sudah cukup, akan tetapi belum bisa digunakan secara maksimal karena kendala dari penempatan LCD yang belum tertata di setiap ruang kuliah.

c. Evaluasi pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi

Evaluasi yang dilakukan di dalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah dengan melakukan ujian kompetensi dan remidial. ujian kompetensi dilakukan dengan berbagai alternatif tidak hanya secara tertulis. Bentuk ujian kompetensi yang diberikan bervariasi tergantung karakteristik dosen dan mata kuliah. Remidial dilakukan jika mahasiswa belum mencapai ketuntasan. Dalam melakukan remidial sering terjadi kendala karena keterbatasan waktu yang disediakan belum mencukupi untuk melakukan proses mahasiswa benar-benar tuntas.

3. Efektivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi telah

diimplementasikan akan tetapi belum maksimal. Hal ini dikarenakan banyak faktor seperti jumlah sumber daya dari dosen yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Terbatasnya jumlah dosen yang memiliki kompetensi pada mata kuliah sehingga membuat dosen lain yang tidak memiliki kompetensi di bidangnya harus mengampu mata kuliah yang tidak sesuai dengan kompetensi

dosen. Hal ini membuat konsep mastery learning dalam KBK belum bisa di

jalankan secara maksimal. Masteri learning hanya dilakukan secara klasikal. Waktu yang telah ditentukan dalam sistem kredit semerter tidak mencukupi untuk melakukan proses pembelajaran secara maksimal. Dosen banyak yang


(4)

commit to user

masih binggung dengan konsep tuntas dari masiswa karena waktu yang di sediakan belum cukup untuk membuat mahasiswa menjadi tuntas melalui ujian kompetensi maupun remudial.

Fasilitas dan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pengelolaan dari sarana yang sudah mencukupi seperti LCD masih belum maksimal. Hal

ini dapat dilihat dari seringnya LCD yang hilang. Fasilitas hotspot area yang

belum tersebar di setiap area di jurusan P.IPS FKIP UNS. Hotspot area yang

masih berada di area-area tertentu di lingkungan jurusan serta dalam

mengakses internet masih terbatas sinyal.

Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi memang sudah dilakukan akan tetapi belum maksimal sehingga hasilnya belum efektif hal ini dikarenakan berbagai faktor yang telah dijelaskan di atas. jurusan perlu melakukan peningakatan dalam melakukan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai sebuah inovasi kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi yang dapat diuraikan oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini menggunakan perspektif efektivitas implementasi dan teori analisis SWOT. Prinsip Efektivitas dikemukakan Drajat, 1996:126 sebuah kurikulum adalah sejauhmana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam prespektif Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah

Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah

Oppurtunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini

biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah


(5)

commit to user

127

(wordpress.com,2010). Teori analisis SWOT digunakan untuk melihat efektivitas dari implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

Selanjutnya Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, menyatakan sebagusnya desain kurikulum, tetapi apabila implementasinya, tidak sesuai dengan apa yang dirancang, hasilnya tidak akan baik sehingga hal ini menyebabkan Efektivitas kurikulum merujuk kepada sejauhmana harapan-harapan yang dirancang dalam desain dapat dilaksanakan dan dicapai. Makin lengkap dan tinggi tingkat pencapaiannya makin efektif implementasi kurikulum. Ketercapaian harapan-harapan tersebut, sangat dipengaruhi oleh kesungguhan para pelaksana, baik pimpinan, dosen, maupun staff administrasi, ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan, dukungan dana maupun serta pimpinan. Mutu proses dan hasil pendidikan dan hasil pendidikan tidak hanya ditentukan oleh bagusnya desain kurikulum, tetapi juga oleh unsur pelaksanaan dan fasilitas pendukung.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa

1) Berperan aktif dalam pembelajaran SCL (Studen Learning Center) utnuk

mendukung sistem KBK.

2) Senantiasa mengikuti dan menjalani sistem perkuliahan sesuai dengan

prosedur yang telah dijalankan seperti membuat KRS, tidak melakukan hal-hal dalam bentuk kecurangan yang merugikan mahasiswa sendiri.

b. Bagi Jurusan

1) Melakukan sosialisasi KBK baik di tingkatan mahasiswa maupun dosen

sebelum perkuliahan dilakukan.


(6)

commit to user

3) Melakukan kuesioner untuk menjaring pemahaman dosen dan mahasiswa

terkait pelaksanaan KBK.

c. Bagi FKIP

1) Pemberlakuan sistem KBK hendaknya diikuti dengan kesiapan di bidang

sarana dan prasarana

2) Melakukan sosialisasi secara menyeluruh baik di tataran ketua jurusan,