Kuat Impak Modulus Patah dan Modulus Elastisitas

digunakan, densitas atau kerapatan akan semakin kecil, sedangkan kadar air dan daya serap air plafon gipsum akan semakin besar. Dari hasil pengujian, didapatkan nilai optimum untuk kadar air dan daya serap air yang terbaik penyerapan air terkecil yaitu pada campuran gipsum dan jerami padi dengan perbandingan komposisi 90:10. Hal ini karena perekat poliuretan yang digunakan telah cukup mengisi rongga antar partikel dari campuran pada komposisi tersebut, sehingga plafon gipsum dengan perekat poliuretan yang digunakan pada komposisi ini lebih tahan terhadap gangguan air dan jamur sehingga dapat digunakan sebagai plafon.

4.5.3. Kuat Impak

Hasil uji kuat impak terhadap plafon gipsum yang dihasilkan diberikan dalam tabel 4.2 dan gambar 4.6 berikut : Tabel 4.2 Hasil Uji Kuat Impak Plafon Gipsum dengan Pengisi Jerami Padi Sampel Ukuran Kuat Impak Jm 2 Kuat Impak rata-rata Jm 2 Lebar mm Tebal mm 1 2 3 45 : 5 15 4,02 2517,3 2030,7 2351,5 2299,8 40 : 10 15 4,06 1963,3 1812,2 1972,7 1916,1 35 : 15 15 4,66 1864,8 1666,6 1930,8 1820,5 30 : 20 15 4,40 1830,1 1804,2 1801,8 1812,0 25 : 25 15 4,35 1303,8 1570,4 1570,4 1481,5 Gipsum 15 4,21 2325.6 2892,4 3105,1 2774,4 Jerami 15 4,77 1044,7 1002,8 1057,4 1035,0 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Grafik Hasil Uji Kuat Impak Plafon Gipsum dengan Pengisi Jerami Padi Hasil kuat impak plafon gipsum berkisar antara 1481,5 – 2299,8 Jm 2 Adanya rongga kosong yang tidak terisi oleh perekat poliuretan akan berpengaruh terhadap kekuatan impak plafon gipsum yang dihasilkan, dimana semakin banyak jumlah perekat yang terdistribusi, maka kekuatan impak plafon gipsum akan semakin meningkat. Selain itu, adanya penambahan serat ke dalam komposit dapat mengganggu ikatan antara matriks dalam polimer. , dimana hasil yang optimum diperoleh pada komposisi gipsum dan jerami padi dengan perbandingan 90:10. Dari hasil uji kuat impak, dapat dilihat bahwa semakin banyak pengisi yang digunakan, maka kekuatan impak plafon gipsum akan semakin berkurang. Hal ini berkaitan erat dengan kerapatan, dimana nilai kuat impak akan meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan papan gipsum yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara

4.5.4. Modulus Patah dan Modulus Elastisitas

Hasil pengujian terhadap nilai modulus patah dan modulus elastisitas plafon gipsum, diberikan dalam gambar 4.7: Gambar 4.7 Gambar Hasil Uji Modulus Patah Plafon Gipsum Dengan Pengisi Jerami Padi Hasil modulus patah plafon gipsum yang dihasilkan berkisar antara 141,77 – 55,55 Kgcm 2 . Dari gambar 4.7 terlihat jelas bahwa plafon gipsum yang memiliki nilai modulus patah yang optimum terdapat pada plafon gipsum komposisi 90:10. Menurut Haygreen dan Bowyer dalam Trisna 2012, hal ini berhubungan langsung dengan kerapatan, dimana proporsi rongga kosong akan berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh yakni nilai modulus patah plafon gipsum yang terbaik terdapat pada komposisi 90:10 yaitu 141,77 Kgcm 2 Di dalam SNI 03-2105-2006, Papan Partikel, menetapkan nilai modulus patah berkisar antara 82-184 Kgcm . 2 . Dari hasil pengujian, nilai modulus patah plafon gipsum yang dapat diterima sesuai standar SNI 03-2105-2006 adalah plafon gipsum dengan komposisi 90:10 dan 80:20 yang memiliki nilai modulus patah masing-masing 141,77 Kgcm 2 dan 83,65 Kgcm 2 . Nilai modulus patah plafon gipsum pada komposisi Universitas Sumatera Utara ini juga telah mendekati nilai modulus patah yang ditetapkan oleh standar Gipsum Jaya Board yaitu 156,22 Kgcm 2 . Gambar 4.8 Gambar Hasil Uji Modulus Elastisitas Plafon Gipsum Dengan Pengisi Jerami Padi Untuk nilai modulus elastisitas plafon gipsum yang dihasilkan berkisar antara 13752 – 3509 Kgcm 2

4.5.5. Koefisien Serap Bunyi