konsonan kedua [r] yang berciri-ciri konsonan konstriktif apiko alveolar bersuara, bunyi vokal [
ɔ][o] vokal belakang agak rendah bulat, dan bunyi konsonan [t] konsonan oklusif apiko dental tak bersuara. Perbedaan yang
terdapat pada kedua onomatope adalah pada pola silabe, pada onomatope bahasa Prancis memiliki pola silabe CCCVCC, sedangkan pada
onomatope bahasa Indonesia berpola CCVC. Selanjutnya adalah bunyi konsonan awal dan terakhir yang menyusun onomatope, bunyi konsonan
[s] konsonan frikatif predorso alveolar tak bersuara dan bunyi [ ʃ]
konsonan konstriktif predorso prepalatal tak bersuara pada bahasa Prancis mengalami pelesapan bunyi fonem, atau yang berarti dalam bahasa
Indonesia kedua bunyi konsonan tersebut menghilang atau melesap.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pada pola silabe, jumlah silabe dan komponen bunyi fonem yang menyusun onomatope. Pola
silabe terbagi kedalam dua tipe, yaitu tipe silabe terbuka la syllabe ouverte dan tipe silabe tertutup la syllabe fermée. Perbedaan pola silabe maksudnya
adalah berbedanya pola silabe antara onomatope dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, walaupun dihasilkan dari sumber yang sama namun setelah
direpresentasikan bunyi tersebut memiliki pola silabe yang berbeda. Jika dalam onomatope bahasa Prancis berpola silabe terbuka maka onomatope
dalam bahasa Indonesia memiliki silabe tertutup. Sementara itu tentang perbedaan jumlah silabe, jumlah silabe dapat terdiri lebih dari satu silabe.
Pada onomatope bahasa Prancis memiliki satu silabe, sedangkan dalam onomatope bahasa Indonesia memiliki dua silabe. Sedangkan perbedaan
selanjutnya adalah perbedaan komponen bunyi fonem yang menyusun onomatope. Pada onomatope bahasa Prancis dan bahasa Indonesia disusun
oleh bunyi fonem yang berbeda. Perbedaan bunyi konsonan pertama yang menyusun onomatope, pada bahasa Prancis bunyi konsonan di susun oleh
konsonan [t] konsonan oklusif apiko dental tak bersuara sedangkan dalam bahasa Indonesia konsonan awal di isi oleh bunyi [d] konsonan oklusif apiko
dental tak bersuara. Kemudian pelesapan bunyi konsonan [h] pada bahasa
prancis, karena dalam sistem fonetik bahasa Prancis bunyi [h] itu disebut [h] muet atau bunyi [h] yang tidak diucapkan. Perbedaan tersebut sangat
dipengaruhi oleh perbedaan bunyi fonem satuan terkecil bunyi yang terdapat dalam berbagai bahasa, karena pada dasarnya, setiap bahasa memiliki aturan
pengucapan fonem sendiri-sendiri. Terdapat tanda titik dua [:] yang ditempatkan setelah bunyi vokal yang
disebut pemanjangan vokal. Bunyi vokal [a] pada kata soir memiliki tanda [:] yang berarti bunyi fonem tersebut diucapkan lebih panjang sehingga
ditranskripsikan menjadi [swa:R]. Karena penggunaan tanda titik dua [ : ] berfungsi untuk memanjangkan bunyi vokal.
Berkaitan dengan tujuan kedua, persamaan onomatope terdapat pada pola silabe, jumlah silabe dan komponen bunyi yang menyusun onomatope.
Onomatope bahasa Prancis dan bahasa Indonesia memiliki pola yang sama, sama-sama berpola terbuka. Persamaan selanjutnya mengenai jumlah pola
silabe, yang maksudnya adalah onomatope dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia memiliki jumlah silabe yang sama, sama-sama terdiri dari satu
silabe. Sedangkan mengenai persamaan komponen bunyi fonem yang menyusun, yaitu maksudnya kedua onomatope disusun oleh bunyi fonem yang
sama. Kedua onomatope tersebut memiliki kesamaan bunyi Kesamaan tersebut dapat terjadi karena adanya beberapa kesamaan sistem bunyi fonem
yang terdapat dalam kedua bahasa, kesamaan daya tangkap atau keterdengaran audibilité antara kedua bahasa, dan kesamaan representasi bunyi yang
dihasilkan oleh kedua bahasa.