Pola Silabe CCVC Tipe Silabe Tertutup la syllabe fermée
la syllabe fermée karena diakhiri oleh bunyi konsonan. Terdapat 16 onomatope yang ditemukan dalam pola ini. Perhatikan onomatope berikut
ini. Onomatope menyemprot parfum kloutch kloutch dalam bahasa
Prancis menjadi Crut crut dalam bahasa Indonesia, diambil dari komik Cédric, papa a de la classe , halaman 15 dan komik Cedric,
Papaku Keren, halaman 15
[klut ʃklutʃ]
[k] = konsonan oklusif dorso velar tak
bersuara [l] = konsonan konstriktif
apiko alveolar bersuara
[u] = vokal belakang tinggi bulat
[t] = konsonan oklusif apiko dental tak bersuara
[ ʃ] = konsonan konstriktif
predorso prepalatal tak bersuara
[Crutcrut] [c] = konsonan afrikatif lamino
palatal tak bersuara [r] = konsonan tril apiko alveolar
bersuara [u] = vokal belakang tinggi bulat
[t] = konsonan oklusif apiko dental tak bersuara
Kedua onomatope di atas memiliki kesamaan jumlah silabe, yaitu terdiri dari satu silabe. Kesamaan berikutnya adalah komponen bunyi
vokal ketiga yang menyusun onomatope dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yaitu bunyi vokal [u] yang memiliki ciri-ciri vokal belakang
tinggi bulat, dan bunyi konsonan keempat yang menyusun onomatope dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yaitu bunyi konsonan [t] yang
memiliki ciri-ciri konsonan oklusif apiko dental tak bersuara. Perbedaan kedua onomatope terdapat pada pola silabe, dalan bahasa Prancis memiliki
pola CCVCC, sedangkan dalam bahasa Indonesia berpola CCVC. Selanjutnya adalah berbedanya komponen bunyi konsonan awal yang
menyusun onomatope, dalam bahasa Prancis terdapat bunyi konsonan [k] konsonan oklusif dorso velar tak bersuara sedangkan dalam bahasa
Indonesia [c] konsonan afrikatif lamino palatal tak bersuara, bunyi konsonan kedua dalam bahasa Prancis [l] konsonan konstriktif apiko
alveolar bersuara sedangkan dalam bahasa Indonesia [r] konsonan tril apiko alveolar bersuara, dalam onomatope bahasa Prancis memiliki
komponen bunyi konsonan [ ʃ] konsonan konstriktif predorso prepalatal tak
bersuara, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengalami penghilangan bunyi konsonan tersebut, karena perbedaan sistem fonetik dalam kedua
bahasa.