Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN

UIN JAKARTA TAHUN 2013

OLEH :

NUR NAJMI LAILA 109101000085

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN

UIN JAKARTA TAHUN 2013 Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NUR NAJMI LAILA 109101000085

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(3)

(4)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 25 Juli 2013

Nur Najmi Laila, NIM : 109101000085

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013

xxvi + 131 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 47 lampiran ABSTRAK

Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Perilaku makan remaja sering tidak didasari pada aspek gizi dan kesehatan melainkan sekedar untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dan untuk mempertahankan status mereka. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner serta pengukuran tinggi badan dan berat badan. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan April tahun 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang.

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebanyak 47,5% remaja mengalami gangguan makan. Remaja dengan kategori Anorexia Nervosa sebesar 4,2%, Bulimia Nervosa sebesar 6,7%, Binge Eating Disorder sebesar 6,7% dan Eating Disorders Not Otherwise Specified sebesar 30,8%. Hasil analisis univariat faktor internal didapatkan distribusi remaja yang laki-laki yang ikut dalam penelitian sebanyak 5,8%, remaja yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 55%, remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi sebanyak 56,7%, remaja yang merasa dirinya gemuk sebanyak 69,2%, dan remaja yang pernah berdiet sebanyak 69,2%. Sedangkan


(5)

iii

hasil analisis univariat faktor eksternal didapatkan distribusi remaja yang dipengaruhi oleh keluarga sebanyak 61,7%, remaja yang dipengaruhi oleh teman sebaya sebanyak 61,7%, remaja yang tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh sebanyak 68,3%, remaja yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik sebanyak 61,7%, remaja yang tidak pernah mengalami pelecehan seksual sebanyak 50,8% dan remaja yang dipengaruhi media massa dan tidak dipengaruhi media massa masing-masing sebanyak 50%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara variabel citra tubuh, riwayat diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, dan pengaruh media massa dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Sedangkan variabel jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, pelecehan seksual dan kekerasan fisik menunjukkan tidak adanya hubungan dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis menyarankan pada pihak terkait seperti pihak Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta agar dapat mengaktifkan kembali unit UKS yang memiliki program pemantauan kesehatan dan dapat membuat program konseling psikologis khususnya pada remaja yang memiliki gangguan makan. Untuk kalangan peneliti penulis menyarankan agar melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif guna mengetahui dan mendapatkan informasi lebih mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan.


(6)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE THE STUDY PROGRAME OF PUBLIC HEALTH THE MAJOR PUBLIC HEALTH NUTRITION Undergraduated Thesis, 25th July 2013

Nur Najmi Laila, NIM : 109101000085

Some Factors that Influence Eating Disorders in Adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013

xxvi + 131 pages + 28 tables + 2 charts + 47 attachments ABSTRACT

Changes in eating habits are not good in adolescents can lead to eating disorders. Adolescent eating behavior is often not based on nutritional and health aspects but simply to socialize with their peers and to maintain their status. An eating disorder is a mental illness that can make a serious threat to a person's pattern of daily diet, such as eating in very small amounts or eat to excess. This study aims to determine some factors that influence eating disorders in adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013. This study was conducted using a quantitative approach and cross-sectional study design. Data was collected by questionnaires and measurements of height and weight. The study was conducted in in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in April of 2013 with a total sample of 120 people.

Based on the results of univariate analysis note that 47.5% of adolescents with eating disorders. Adolescents with Anorexia Nervosa category by 4.2%, Bulimia Nervosa by 6.7%, Binge Eating Disorder by 6.7% and Eating Disorders Not Otherwise Specified 30.8%. Internal factors of univariate analysis found that male adolescents distribution men who participated in the study as much as 5.8%, adolescents who have high knowledge as much as 55%, adolescents who have high self-esteem as much as 56.7%, obese adolescents who perceive themselves as much as 69.2%, and teens who have a diet as much as 69.2%. While the results of the univariate analysis of external factors obtained adolescents distribution that


(7)

v

influenced by the family as much as 61.7%, adolescents are influenced by their peers as much as 61.7%, adolescents who have never suffered taunts about body weight or shape as much as 68.3%, adolescents who have never experienced physical abuse as much as 61.7%, adolescents who had never been sexual abused as many as 50.8% and adolescents who are influenced by the mass media and are not influenced by the mass media each as much as 50%.

The results of bivariate analysis showed an association between body image variables, dietary history, family influence, peer influence, taunts about body weight or shape, and the influence of mass media on adolescents with eating disorders in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013. While the gender variable, knowledge, self-confidence, sexual abuse and physical abuse showed no correlation with eating disorders in adolescents in the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in 2013.

Based on these results, the authors recommend that the relevant parties such as the Development of UIN Jakarta Islamic Senior High School in order to reactivate the unit infirmary who had health monitoring programs and psychological counseling can make the program particularly in adolescents who have eating disorders. To the authors recommend that researchers continue the research by using quantitative data to qualitative research in order to learn and gain more in-depth information related factors that influence eating disorders.


(8)

iii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

TAHUN 2013 Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Nur Najmi Laila 109101000085

Mengetahui,

Ratri Ciptaningtyas, MHS Raihana Nadra Al-Kaff, SKM. M.M A

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M


(9)

iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 25 Juli 2013

Penguji I

Catur Rosidati, MKM

Penguji II

Narila Mutia Nasir, PhD

Penguji III


(10)

viii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Najmi Laila Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 27 Maret 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Rawa Simprug 1B RT 005 RW 05 No 10 Grogol Selatan, Kebayoran lama, Jakarta Selatan. Tlp/Hp : 085715345038 / 083875026291

Email : nurnajmilaila@rocketmail.com milanajmi@gmail.com

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

1. MI Manbaul Hidayah, Jakarta Selatan (1996-2003) 2. Pon Pes Ummul Quro Al-Islami, Bogor (2003-2006) 3. MA Al-Falah, Jakarta Barat (2006-2009) 4. S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)


(11)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,

Yang memberatkan punggungmu,

Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu bagimu, Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (QS. Al-Insyirah : 1-8)

“Skripsi ini kupersembahkan untuk keluargaku tercinta dan terkasih yang selalu mendorong dan menyemamangatiku Ayahanda Muhammad Soleh, Ibunda Rohani, almh. Nenek, Kakak-kakak ku, Abang-abangku, Adik-adik ku serta Keponakan-keponakanku tercinta”


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman mahiliyah, dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi kontekstual maupun konseptual sehingga penulis mengharapkan bimbingan serta masukan dari pelbagai pihak yang terkait.

Selanjutnya, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung, moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis tujukan kepada :


(13)

xi

1. Kedua orang tua tercinta dan terkasih, Ayahanda Muhammad Soleh dan Ibunda Rohani yang selalu dan senantiasa tanpa mengharapkan balasan memberikan kasih sayang, nasihat, bimbingan serta dukungan moril dan materil kepada penulis. Terima kasih banyak ibu dan bapak semoga Allah senantiasa memberkahi kalian.

2. Pihak Departeman Agama yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. Terima kasih banyak semoga Allah senantiasa memberkahi bapak-bapak semua.

3. Bapak Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti, SP, M. Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat beserta staff yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM. M.MA selaku pembimbing 1 dan 2 skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing, memberikan pemahaman dan wawasan serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik ibu.

6. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku penguji sidang proposal skripsi. Terima kasih atas masukan, saran dan bimbingan yang telah diberikan. Semoga Allah membalas budi baik ibu.


(14)

xii

7. Ibu Narila Mutia Nasir, PhD dan ibu Meilani Anwar, M. Epid selaku penguji sidang skripsi. Terima kasih atas masukan, saran dan bimbingan yang telah diberikan. Semoga Allah membalas budi baik ibu.

8. Bapak kepala sekolah dan wakil kepala sekola MA. Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bapak pimpin dan terima kasih atasa bantuan bapak.

9. Seluruh Dosen dan Staff Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama pak Gozali, ka Ami, ka Septi, ka Ida terima kasih atas bantuan nya selama ini.

10.Almh. Nenek serta kakak-kakak dan abang-abang ku tercinta : ka Pipin, ka Ipah, bang Alwan, ka Ndah, bang Ijal, ka Lia serta kakak-kakak ipar ku : bang Opik, mas Ikhwan dan bang Alan. Terima kasih atas doa, dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada adik mu ini.

11.Adik-adik ku tersayang : dek Uji, dek Kiki dan dek Aan. Terima kasih atas doa, dukungan dan bantuan nya selama ini.

12.Keponakan-keponakan terkasih yang sangat lucu dan imut : dek Rara, dek Fika, dek Fahri, dek Rani, dek Adam, dan dek Haamim yang senantiasa membuat penulis tersenyum bahagia karena tingkah mereka dan telah membuat hidup penulis menjadi lebih berwarana.

13.Sahabat terbaik buluk Tika, telok Fitri, Kiki, Eva yang senantiasa membantu, mendukung dan menyemangati penulis ketika terjatuh, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama kita kuliah serta sahabat “miss rempong” : Fitri, bunda Eva, ka Eni, Desi, Tiwi, terima kasih doa dan dukungannya.


(15)

xiii

14.Teman satu kamar Fitri yang senantiasa membantu, mendukung dan menyemangati penulis dan teman-teman kosan “PIM” yang telah memberi dukungan dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini serta teman-teman Exact Society 2009 & teman-teman CSS MoRA 09, terima kasih atas doa dan dukungannya.

15.Seseorang yang pernah menempati posisi terpenting di hati penulis dan telah mengajari penulis akan makna kehidupan yang sesungguhnya dan menyisakan

kenangan terindah selama bersamanya, engkau yang “terindah”.

16.Seluruh anggota peminatan gizi i.e “Gidza Holic” selaku teman seperjuangan.

Mufil, Lilik, Manda, Badawi, Lulu terima kasih atas bantuan turun lapangannya serta seluruh teman Kesehatan Masyarakat Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan motivasi dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin tali silaturahmi.

17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu

Akhir kata semoga ketulusan serta dukungan yang telah diberikan dari seluruh pihak tersebut mendapatkan berkah dan anugerah dari Allah SWT. Amin

Jakarta, 31 Juli 2013


(16)

xiv DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERNYATAAAN………. i

ABSTRAK... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... vi

LEMBAR PENGESAHAN……….. vii

RIWAYAT HIDUP... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xxi

DAFTAR BAGAN... xxv

DAFTAR LAMPIRAN... xxvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 6

1.3 Pertanyaan Penelitian………. 7

1.4 Tujuan Penelitian... 8

1.4.1 Tujuan Umum... 8

1.4.2 Tujuan Khusus... 8

1.5 Manfaat Penelitian... 9

1.5.1 Bagi Peneliti... 9


(17)

xv

1.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya... 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 Remaja……... 11

2.2 Makan………..……….. 12

2.3 Gangguan Makan... 13

2.3.1 Anorexia Nervosa……….. 14

2.3.1.1 Definisi……… 14

2.3.1.2 Dampak………... 19

2.3.2 Bulimia Nervosa……... 20

2.3.2.1 Definisi……… 20

2.3.2.2 Dampak………... 23

2.3.3 Binge Eating Disorder... 24

2.3.3.1 Definisi……… 24

2.3.3.2 Dampak………... 26

2.3.4 Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS)……... 26

2.3.4.1 Definisi……… 26

2.3.4.2 Dampak………... 27

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan... 28

2.4.1 Genetik………...………. 28

2.4.2 Usia ………... 29

2.4.3 Jenis Kelamin…………... 30

2.4.4 Pengetahuan………...………. 32


(18)

xvi

2.4.6 Citra Tubuh……… 33

2.4.7 Riwayat Diet……… 34

2.4.8 Pengaruh Keluarga……….. 35

2.4.9 Pengaruh Teman Sebaya………... 36

2.4.10 Bullying oleh Teman Sebaya……….. 38

2.4.11 Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh………… 38

2.4.12 Kekerasan Fisik………... 39

2.4.13 Pelecehan Seksual………... 40

2.4.14 Pengaruh Media Massa………... 41

2.4.15 Sosiokultural………... 42

2.5 Kerangka Teori……….. 44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 45

3.1 Kerangka Konsep……... 46

3.2 Definisi Operasional……... 47

3.3 Hipotesis……… 50

BAB IV METODE PENELITIAN….... 51

4.1 Desain Penelitian………... 51

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 51

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. 51

4.4 Instrumen Penelitian……….. 54

4.5 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data………... 54

4.6 Pengolahan Data……… 55

4.7 Analisis Data……….. 58


(19)

xvii

BAB V HASIL……… 60

5.1 Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta….. 60

5.2 Analisis Univariat……….. 61

5.2.1

Gambaran Gangguan Makan pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 61 5.2.2 Persepsi terhadap Berat badan dan Bentuk Tubuh……….. 62 5.2.3 Binge Eating……… 64 5.2.4 Perilaku Kompensasi………... 65

5.2.5

Gambaran Jenis Kelamin pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 66

5.2.6

Gambaran Pengetahuan pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 66

5.2.7

Gambaran Rasa Percaya Diri pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 67

5.2.8

Gambaran Citra Tubuh pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 69

5.2.9

Gambaran Riwayat Diet pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 70

5.2.10

Gambaran Pengaruh Keluarga pada Reamaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 ... 72

5.2.11

Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Reamaja di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 73

5.2.12

Gambaran Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh pada Reamaja di Madrasah Aliyah Pembangunan


(20)

xviii

UIN Jakarta Tahun 2013………. 74

5.2.13

Gambaran Kekerasan Fisik pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…………. 76

5.2.14

Gambaran Pelecehan Seksual pada Reamaja di Madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………….. 78

5.2.15

Gambaran Pengaruh Media Massa pada Reamaja di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013 79 5.3 Analisis Bivariat………. 81

5.3.1

Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan

Gangguan Makan... 81

5.3.2

Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Gangguan Makan ………... 82

5.3.3

Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan

Gangguan Makan ………... 83

5.3.4

Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan Makan ………... 84

5.3.5

Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan

Gangguan Makan ………... 85

5.3.6

Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan

Gangguan Makan ………... 86

5.3.7

Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya

dengan Gangguan Makan ………... 87

5.3.8

Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat Badan


(21)

xix 5.3.9

Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan

Gangguan Makan ………... 89

5.3.10 Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksual dengan Gangguan Makan ………... 90

5.3.11 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan ………... 91

BAB VI PEMBAHASAN………... 93

6.1 Keterbatasan Penelitian……... 93

6.2 Gambaran Gangguan Makan………. 94

6.3 Faktor Internal……… 97

6.3.1 Jenis Kelamin……… 97

6.3.2 Pengetahuan………... 99

6.3.3 Rasa Percaya Diri……….. 101

6.3.4 Citra Tubuh……… 104

6.3.5 Riwayat Diet……….. 108

6.4 Faktor Eksternal………. 113

6.4.1 Pengaruh Keluarga……… 113

6.4.2 Pengaruh Teman Sebaya………... 114

6.4.3 Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh………….. 116

6.4.4 Kekerasan Fisik………. 118

6.4.5 Pelecehan Seksual………. 120

6.4.6 Pengaruh Media Massa……….. 122

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ………. 125


(22)

xx

7.2 Saran……….. 128

DAFTAR PUSTAKA………. 129


(23)

xxi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Hal

3.1 Definsi Operasional………... 47

5.1 Distribusi Remaja yang Mengalami Gangguan Makan di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…. 61 5.2 Distribusi Remaja berdasarkan Gejala yang Menunjukkan

Gangguan Makan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta Tahun 2013……….. 62

5.3 Distribusi Remaja berdasarkan Persepsi terhadap Berat Badan dan Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan

UIN Jakarta Tahun 2013……….. 63

5.4 Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Binge Eating di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013… 64

5.5 Distribusi Remaja berdasarkan Perilaku Kompensasi di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013… 65

5.6 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Jenis Kelamin di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013…. 66

5.7 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengetahuan Mengenai Dampak Gangguan Makan di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……….. 67

5.8 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Rasa Percaya Diri di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun


(24)

xxii

5.9 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Citra Tubuh di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun

2013………. 69

5.10 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Riwayat Diet di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013… 70

5.11 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Keluarga di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun

2013………. 72

5.12 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Teman Sebaya di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun 2013……….. 73

5.13 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………. 75

5.14 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Kekerasan Fisik di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun

2013………. 76

5.15 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pelecehan Seksual di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun

2013………. 78

5.16 Distribusi Remaja berdasarkan Variabel Pengaruh Media Massa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun 2013……….. 80


(25)

xxiii

Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta Tahun 2013………. 81

5.18 Analisis Hubungan antara Tingakt Pengetahuan dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……….. 82

5.19 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………. 83

5.20 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta Tahun 2013………. 84

5.21 Analisis Hubungan antara Riwayat Diet dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta Tahun 2013………. 85

5.22 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………. 86

5.23 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013……….. 87

5.24 Analisis Hubungan antara Ejekan Seputar Berat badan atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan pada Remaja di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013… 88 5.25 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan


(26)

xxiv

Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………. 89

5.26 Analisis Hubungan antara Pelecehan Seksula dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013………. 90

5.27 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah


(27)

xxv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Hal

2.1 Kerangka Teori………... 44


(28)

xxvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Hal

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian -

Lampiran 2 Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian -

Lampiran 3 Kuesioner Gangguan Makan 1

Lampiran 4 Lembar Food Frequency Questionere 11

Lampiran 5 Uji Normalitas Data 13

Lampiran 6 Analisis Univariat 24


(29)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Tanpa makan seseorang tidak akan bisa hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu setiap orang akan senantiasa mencari makanan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Selama awal masa kanak-kanak, makan merupakan aspek yang sangat penting. Kebutuhan energi sangat bervariasi selama masa pertumbuhan. Makanan yang mengandung gizi lengkap dan seimbang dari segi kuantitas dan kualitas sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Judarwanto, 2004). Salah satu fase yang menentukan baik buruknya pertumbuhan dan perkembangan anak adalah pada saat anak berada pada fase remaja atau fase transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Remaja adalah generasi penerus bangsa dimana masa depan bangsa ada di tangan mereka. Remaja merupakan agent of change yang akan merubah nasib suatu bangsa untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran remaja sebagai generasi penerus bangsa sehingga mereka perlu mendapatkan zat gizi yang tepat. Jika terjadi ketidak seimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada saat remaja menimbulkan masalah gizi kurang atau gizi lebih (Emilia, 2009)


(30)

2

Dilain pihak tekanan yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan. Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media massa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik (Ricket et al dalam Emilia, 2009). Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan mereka saat ini akan berdampak pada status kesehatan mereka di kemudian hari (Stang et al dalam Emilia, 2009).

Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Perilaku makan remaja sering tidak didasari pada aspek gizi dan kesehatan melainkan sekedar untuk bersosialiasi dengan teman sebayanya dan untuk mempertahankan status mereka. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan (National Institute of Mental Health, 2011).

Menurut National Institute of Mental Health (2006), gangguan makan banyak terjadi pada kalangan remaja perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan persepsi mereka bahwa bentuk tubuh yang baik dan ideal adalah tubuh yang kurus dan langsing, kemudian diperparah dengan pengaruh tuntutan pekerjaan mereka terutama yang berprofesi sebagai model. Gangguan makan seperti bulimia nervosa dapat menurunkan suasana hati (mood) dan peningkatan kepedulian terhadap citra tubuh sedangkan anorexia nervosa dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara tepat. Binge eating disorder dapat menyebabkan


(31)

3

terjadiya rupture gastric atau esophagus dan obesitas (Ung, 2005 dalam Hapsari, 2009) sedangkan eating disorders not otherwise specified (EDNOS) dapat menyebabkan obesitas dan memiliki resiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, memiliki resiko diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan stroke. (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004).

Berbagai penelitian mengenai gangguan makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh McKnight (2003) di Arizona dan California diperoleh hasil sebanyak 32 remaja putri (29%) mengalami gangguan makan (eating disorders). Sebuah studi dalam ANRED (2005) menunjukkan bahwa sekitar 1% remaja putri menderita anorexia nervosa, artinya sekitar satu dari setiap seratus remaja putri antara 10 dan 20 melaparkan diri mereka sendiri bahkan kadang-kadang sampai mati. Sekitar 4% remaja putri menderita bulimia nervosa, artinya 4 dari seratus remaja putri memuntahkan makanan mereka dengan sengaja dan sekitar 50% remaja yang menderita anorexia nervosa berkembang menjadi bulimia nervosa. Disamping itu sekitar 10% remaja putra menderita anorexia dan bulimia nervosa.

Sebuah penelitian menunjukkan prevalensi anorexia nervosa di Amerika Serikat pada tahun 1996 diperkirakan sebesar 0,7 sampai 1% pada perempuan muda (Krummel dan Penny, 1996). Sedangkan sekitar 1% remaja putri di Amerika Utara dan Eropa Barat mengalami anorexia nervosa (Berk, 2002). Berk (2002) meyebutkan bahwa bulimia nervosa lebih umum dibandingkan anorexia nervosa dimana sekitar 2-3% remaja putri mengalami bulimia nervosa.


(32)

4

Selain itu, sebuah penelitian di Inggris menyebutkan lebih dari 2% (1-2 juta) orang dewasa menderita binge eating disorder (ANRED, 2005). Kemudian sebuah studi yang dilakukan oleh Brown (2005) dalam Hapsari (2009) menyebutkan bahwa binge eating lebih banyak ditemukan pada populasi yang mengalami kelebihan berat badan (30%) dibandingkan dengan sampel dari populasi umum (5% wanita dan 3% laki-laki). Sebuah studi nasional skala besar dengan 6.728 remaja, memperlihatkan 13% remaja perempuan dan 7% remaja laki-laki mengalami EDNOS seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, minum obat pencahar, muntah yang disengaja atau binge eating (Brown, 2005 dalam Putra, 2009)

Adapun penelitian yang dilakukan di Indonesia diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 48,5%. Kemudian dilakukan penelitian oleh Hapsari (2009) pada kalangan model di OQ Modelling School Jakarta Selatan menyebutkan bahwa 58,5% mengalami kecenderungan gangguan makan dengan spesifikasi anorexia nervosa sebanyak 3,1%, bulimia nervosa sebanyak 1,5%, binge eating sebanyak 1,5% dan EDNOS sebanyak 50,8%. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Erdianto (2009) pada mahasiswi jurusan administrasi perkantoran dan sekretaris, FISIP UI menyebutkan sebanyak 35,9% responden mengalami gangguan makan dengan tipe gangguan makan paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 19,4%.


(33)

5

Menurut Krummel dan Penny (1996) masalah gangguan makan disebut multikausal karena disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor internal yakni yang berasal dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Diantara faktor internal yaitu jenis kelamin, pengetahuan, riwayat diet, citra tubuh, dan rasa percaya diri sedangkan diantara faktor eksternal yaitu pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, bullying oleh teman sebaya, ejekan seputar berat badan, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media (Krummel dan Penny, 1996; Fairburn et al.,1999; Moore et al., 2002).

Faktor-faktor tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Moore et al (2002) pada wanita yang menderita binge eating disorder yaitu secara signifikan mereka mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik, bullying oleh teman sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang sehat. Selanjutnya studi kohort prospektif yang dilakukan oleh Field et al (2008) dilaporkan bahwa keluarga, teman sebaya dan media massa berpengaruh terhadap gangguan makan pada subyek laki-laki maupun perempuan. Adapun dalam studi case control yang dilakukan oleh Fairburn et al., (1999) dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan pada wanita. Studi selanjutnya dilaporkan bahwa pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau gangguan makan (Field et al., 1999).

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan memiliki dampak yang berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih dan


(34)

6

harus diatasi sedini mungkin yakni dimulai ketika remaja. Selain itu sudah mulai ditemukannya kasus gangguan makan pada remaja di Jakarta sehingga mendorong peneliti untuk melihat dan mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013

1.2 Rumusan Masalah

Pola konsumsi makan yang dianjurkan adalah berdasarkan tumpeng gizi seimbang yang memuat prinsip gizi seimbang. Remaja dengan segala perubahan fisiologis dan psikologis membuatnya kurang memperhatikan akan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya sehingga seringkali terjadi perubahan kebiasaan makan yang tidak memenuhi standar yang telah dianjurkan. Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diperoleh informasi bahwa gangguan makan banyak terjadi pada remaja Indonesia. Diantaranya dibuktikan dengan penelitian tahun 2008 pada subyek siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebanyak 48,5%.

Jenis gangguan makan yang umum dan sering terjadi yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan eating disorders not otherwise specified (EDNOS). Banyak faktor penyebab terjadinya gangguan makan tersebut diantaranya faktor individu dan lingkungan. Gangguan makan ini dapat berakibat pada kematian jika tidak ditangani dengan benar. Mengingat faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan makan berasal dari individu itu


(35)

7

sendiri maupun lingkungan nya apalagi tidak menutup kemungkinan remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dapat mengalami hal tersebut maka dilakukan studi pendahuluan terhadap siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa sebesar 56,7% siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta mengalami gangguan makan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan makan masih menjadi masalah pada remaja khususnya siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?

2. Bagaimanakah gambaran faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?

3. Bagaimanakah gambaran faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?


(36)

8

4. Adakah hubungan antara faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 5. Adakah hubungan antara faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh

teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

3. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.


(37)

9

4. Diketahuinya hubungan antara faktor internal (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. 5. Diketahuinya hubungan antara faktor eksternal (pengaruh keluarga,

pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa) dengan gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan, dan khasanah pengetahuan peneliti.

b. Peelitian ini diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta pengembangan kompetensi yang dimiliki selama menduduki bangku perkuliahan

1.5.2 Bagi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

a. Memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja.

b. Hasil analisa penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap gangguan makan pada remaja di MA Pembangunan UIN Jakarta.


(38)

10

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner serta pengukuran tinggi badan dan berat badan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2013.


(39)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja

Definisi remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia namun juga pengaruh historis. Dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis maka masa remaja (adolescence) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertlitas dan terjadi perubahan-peruabahn psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

Dalam buku karangan Santrock (2007) dijelaskan bahwa para ahli perkembangan membedakan masa remaja menjadi 2 yaitu periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan.

Selanjutnya dijelaskan definisi perkembangan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu periode perkembangan yang tidak berkaitan dengan


(40)

periode-12

periode lainnya. Meskipun masa remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa kanak-kanak maupun masa dewasa. Adapun batasan usia remaja menurut WHO (2012) adalah 10-19 tahun.

2.2 Makan

Makan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Manusia menyadari pentingnya makan untuk bisa bertahan hidup. Kebutuhan makan menurut teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Sebagai akibat dari rasa lapar atau tubuh merasa kekurangan zat-zat makanan tertentu, akan memotivasi manusia untuk berperilaku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan makan tadi (Maslow, 1984). Adanya kebutuhan makan ini diikuti dengan proses penyeleksian dan pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, sehingga pada akhirnya seseorang akan memutuskan makanan yang akan dikonsumsinya (Sumantri dalam Purwaningrum, 2008).

Syafiq dan Tantiani (2013) menjelaskan dalam bukunya, lazimnya orang makan ketika lapar dan berhenti ketika kenyang. Tapi, pada kehidupan modern saat ini, makan tidak selalu berkaitan dengan rasa lapar dan kenyang. Seseorang dapat saja memutuskan makan meskipun tidak lapar. Petunjuk internal seperti sinyal rasa lapar yang dikirimkan oleh hipotalamus dapat ditutupi oleh petunjuk eksternal seperti kehadiran makanan, kebutuhan berteman, atau bahkan waktu dan jam makan (Syafiq dan Tantiani, 2013).


(41)

13

2.3 Gangguan Makan

Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan (National Institute of Mental Health, 2011). Kondisi ini dapat dimulai dari hanya makan terlalu sedikit atau terlalu banyak tetapi memiliki obsesi pada makanan selama kehidupan seseorang yang mengarah pada perubahan yang parah. Selain pola makan abnormal yang berbahaya dan adanya kekhawatiran tentang berat badan atau bentuk tubuh, gangguan ini seringkali terjadi bersama dengan penyakit mental lainnya seperti depresi, penyalahgunaan zat, atau gangguan kecemasan (National Institute of Mental Health, 2011).

Dalam Diagnostic and Statistical Mental Disorders-IV (DSM-IV) terdapat tiga jenis gangguan makan yang memiliki kriteria dan ciri khusus yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorders. Namun ada satu lagi kondisi dimana terlihat sangat mirip dengan ketiga jenis gangguan makan di atas tapi secara keseluruhan tidak memenuhi kriteria yang ada, gangguan makan ini dinamakan Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) (Sigman, 2003 dalam Erdianto, 2009). Gangguan makan sering muncul selama masa remaja atau dewasa muda tetapi juga bisa muncul selama masa kanak-kanak. Terdapat 2 tipe gangguan makan yang sangat umum dan sering terjadi di kalangan remaja yakni anorexia nervosa dan bulimia nervosa.


(42)

14

Sebagaimana yang dijelaskan Davison et al., (2010) dalam buku nya yakni anorexia nervosa dan bulimia nervosa lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan dihubungkan dengan obesitas dan riwayat melakukan diet (Kinzl dkk., 1999; Pike dkk., 2001 dalam Davison et al., 2010). Gangguan makan ini dikaitkan dengan fungsi pekerjaan dan sosial, depresi, harga diri yang rendah, penyalahgunaan zat, dan ketidakpuasan atas bentuk tubuh (Spitzer dkk., 1993; Striegel-Moore dkk, 1998, 2001 dalam Davison et al., 2010). Faktor-faktor risiko terbentuknya gangguan ini mencakup obesitas pada masa kanak-kanak, komentar-komentar bernada mengkritik atas berat badan yang berlebihan, konsep diri yang rendah, depresi, dan penyiksaan fisik atau seksual pada masa kanak-kanak (Fairburn dkk., 1998 dalam Davison et al., 2010).

2.3.1 Anorexia Nervosa 2.3.1.1 Definisi

Davison et al., (2010) menjelaskan anorexia nervosa berasal dari istilah anorexia yang berarti hilangnya selera makan, dan nervosa yang berarti hilangnya selera makan tersebut dengan memiliki sebab emosional. Istilah tersebut tidak tepat karena sebagian besar penderita anorexia nervosa secara aktual tidak kehilangan selera makan. Secara kontras, seraya melaparkan diri, sebagian besar penderita menjadi sibuk dengan urusan makanan, mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka makanan untuk keluarga mereka. Krummel dan Penny (1996) menjelaskan istilah Anorexia berasal dari


(43)

15

bahasa Yunani, “a” kata depan untuk negasi dan “orexis” nafsu makan sehingga anorexia berarti hilangnya atau tidak adanya nafsu makan.

Anorexia nervosa adalah sindrom dimana seseorang dengan sengaja melaparkan dirinya untuk menjadi kurus, dan mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis (Davison et al., 2010). Anorexia nervosa juga merupakan sindrom dimana seseorang mempertahankan berat badannya agar tetap rendah dan biasanya mereka takut akan mengalami kegemukan dan cenderung mempertahankan berat badan agar tetap kurus. Pada penderita anorexia nervosa, berat badan dipertahankan setidaknya 15% dibawah berat badan normal dan pada dewasa dengan IMT dibawah 17,5 kg/m2 (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang berkaitan erat dengan terganggunya keadaan kejiwaan seseorang (Syafiq dan Tantiani, 2013). Sedangkan Berk (2005) dalam buku nya menyebutkan anorexia nervosa adalah gangguan makan yang tragis dimana anak-anak muda sengaja melaparkan diri mereka karena takut akan mengalami kegemukan.

Thompson (2004) dalam Aini (2009) menetapkan beberapa tanda-tanda dan gejala yang khas pada penderita anorexia nervosa yaitu sebagai berikut :

1. Kehilangan berat badan yang sangat drastis. 2. Menarik diri dari kehidupan sosial.

3. Latihan berlebihan. 4. Kelelahan.


(44)

16

5. Selalu menjadi dingin.

6. Obsesi dengan makanan, kalori, resep. 7. Lemah otot.

8. Mencari-cari alasan untuk tidak memakan makanan (seperti : sudah makan sebelumnya, merasa sedang tidak enak badan).

9. Kelihatan tidak nyaman disekitar makanan.

10.Memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa (misalnya memotong makanan menjadi potongan kecil, memilih-milih makanan).

11.Mengeluh menjadi terlalu gemuk bahkan ketika mereka kurus. 12.Membatasi pilihan makanan hanya untuk makanan diet. 13.Memasak untuk orang lain tetapi tidak makan sendiri. 14.Merasa bersalah atau malu jika makan.

15.Sifat lekas marah, depresi, dan mood tidak stabil.

16.Muntah dengan sengaja, mengkonsumsi obat pencahar, diet atau pil diet untuk mengontrol berat badan.

17.Menstruasi tidak teratur.

18.Amenorrhea (hilangnya menstruasi). 19.Sering memeriksa berat badan.

20.Memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan kehilangan berat badan.

21.Kesulitan makan ditengah orang-orang. 22.Pingsan dan merasa pusing.

23.Sangat tertutup tentang pola makan. 24.Sakit kepala.


(45)

17

25.Terlihat pucat. 26.Perfeksionis.

27.Perasaan diri berharga ditentukan oleh apa yang dimakan atau tidak dimakan.

28.Tidak memiliki penyakit fisik yang menyebabkan penurunan berat badan.

Terdapat 4 ciri yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis anorexia nervosa sebagai berikut (Davison et al., 2010) :

1. Penderita menolak untuk mempertahankan berat badan normal, hal ini biasanya berarti bahwa berat badan orang tersebut kurang dari 85% dari berat badan yang dianggap normal bagi usia dan tinggi badannya. 2. Penderita sangat takut bila berat badannya bertambah dan rasa takut

tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan serta tidak pernah merasa sudah cukup kurus.

3. Penderita memiliki pandangan yang menyimpang tentang bentuk tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi kurus kering mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat badan atau beberapa bagian tubuh tertentu, khususnya perut, pantat, dan paha terlalu gemuk.

4. Pada penderita perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi.


(46)

18

Sedangkan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) terdapat 4 kriteria untuk menegakkan diagnosis anorexia nervosa yaitu :

1. Menolak untuk mempertahankan berat badan normal.

2. Meskipun berat badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang amat sangat menjadi gemuk.

3. Gangguan citra tubuh.

4. Pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, terjadi amenorea. Adapun jenisnya terbagi dua yaitu :

1. Restricting/mencegah, dimana penderita tidak mengalami episode binge eating dan perilaku antisipasinya.

2. Binge/purging, dimana penderita mengalami proses binge eating walaupun tidak sesering penderita bulimia nervosa.

Penderita anorexia nervosa menilai berat badan mereka secara berlebihan dan memilih figure yang kurus sebagai bentuk ideal. Anorexia nervosa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan masa remaja, sering kali timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stress kehidupan. Kondisi ini sekurang-kurangnya sepuluh kali lebih banyak terjadi pada kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan prevalensi sepanjang hidup sedikit dibawah 1% (Striegel-Moore dkk, 1999; Walters & Kendler, 1994 dalam Davison et al., 2010). Bila anorexia nervosa terjadi pada laki-laki, simtomatologi dan berbagai karakteristik lain, seperti penuturan tentang konflik keluarga, secara umum sama dengan


(47)

19

yang dituturkan kaum perempuan yang mengalami gangguan tersebut (Olivardia dkk., 1995 dalam Davison et al., 2010).

2.3.1.2 Dampak

Sekalipun gangguan makan bersifat kejiwaan namun dampaknya sangat kuat berhubungan dengan gizi. Tanda pertama pada penderita anorexia nervosa adalah terjadinya penurunan beruntun berat badan, simpanan lemak dan otot, proses pertumbuhan, laju metabolisme, suhu tubuh, dan pengeluaran energi. Penurunan lemak tubuh akan menyebabkan menurunnya suhu tubuh dan akhirnya intoleran terhadap dingin (Grosvenor, 2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).

Terdapat banyak dampak negatif bagi penderita anorexia nervosa. Depresi adalah diagnosis komorbiditas umum pada penderita anorexia nervosa sebesar 63 persen di beberapa studi (Herzog et al., 1992 dalam National Collaboration Centre for Mental Health , 2004), sedangkan ditemukan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) sebesar 35 persen pada penderita anorexia nervosa (Rastam, 1992 dalam National Collaboration Centre for Mental Health , 2004). Anorexia nervosa memiliki dampak diantaranya dehidrasi, depresi, hiponatremia, otot mengalami atrofi, penyakit jantung, bradikardia, kerusakan otak, dan lebih parah nya dapat mengalami kematian (Eating Disorders Venture, 2006).

Anorexia nervosa merupakan sebuah gangguan yang mengancam jiwa, angka kematian sepuluh kali lebih besar pada para pasien yang menderita gangguan tersebut dibanding pada populasi umum dan dua kali


(48)

20

lebih besar dibanding pada para pasien yang menderita berbagai gangguan psikologis lain. Kematian paling sering disebabkan oleh komplikasi fisik penyakit tersebut, contohnya sesak nafas karena gagal ginjal dan bunuh diri (Herzog dkk., 2000; Sullivan, 1995 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scott et al (2009) angka kematian kasar untuk anorexia nervosa sebesar 4% dan untuk bulimia nervosa sebesar 3,9% serta untuk Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) sebesar 5,2%.

2.3.2 Bulimia Nervosa 2.3.2.1 Definisi

Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang berhubungan erat dengan anorexia nervosa dan hadir dengan serangkaian perilaku yang cukup mengganggu penderitanya. Berbeda dari penderita anorexia nervosa yang umumnya memiliki berat badan jauh dibawah normal, penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal bahkan sampai berlebih (Read, 1997 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).

Davison et al., (2010) menjelaskan bulimia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lapar seperti sapi jantan”. Gangguan ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar makanan secara cepat, diikuti dengan perilaku kompensatori, seperti muntah, puasa atau olahraga berlebihan, untuk mencegah bertambahnya berat badan. DSM mendefinisikan makan berlebihan sebagai makan makanan dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu kurang dari 2 jam.


(49)

21

Pada penderita bulimia nervosa cenderung tidak mengungkapkan perilaku mereka untuk mencari pengobatan namun lebih cenderung melakukannya dibanding penderita anorexia nervosa (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Pada penderita bulimia nervosa, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diam-diam, dapat dipicu oleh stress dan berbagai emosi negatif yang ditimbulkannya dan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan merasa sangat kekenyangan (Grillo, Shiffman, & Carter-Campbell, 1994 dalam Davison et al., 2010).

Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak nyaman, dan takut bila berat badan bertambah memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asupan kalori karena makan berlebihan. Paling sering dengan cara memasukkan jari-jari mereka ke tenggorokan agar tersedak, namun setelah satu waktu banyak yang dapat muntah bila menghendakinya tanpa harus membuat diri mereka tersedak. Penyalahgunaan obat-obat pencahar dan diuretik (yang tidak banyak membantu menurunkan berat badan) serta berpuasa dan olahraga berlebihan juga dilakukan untuk mencegah penambahan berat badan (Davison et al., 2010).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) terdapat beberapa ciri-ciri utama bulimia nervosa yaitu sebagai berikut :

1. Mengalami periode binge-eating yang berulang kali yang ditandai dengan dua kriteria berikut :


(50)

22

a. Memakan makanan dalam jumlah yang besar (jauh lebih besar dari normal) dalam satu periode waktu tertentu dengan jarak waktu yang cukup dekat, misal setiap dua jam sekali.

b. Memiliki rasa tidak dapat mengontrol perilaku makan berlebihan saat episode berikut berlangsung.

2. Melakukan tindakan kompensasi untuk mencegah peningkatan berat badan, seperti muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik atau obat lainnya, berpuasa serta olahraga berlebihan.

3. Terjadinya binge-eating dan tindakan kompensitori yang tidak baik setiap dua kali seminggu selama tiga bulan.

4. Terlalu mengutamakan berat badan dan bentuk tubuh dalam mengevaluasi diri.

5. Gangguan ini tidak muncul secara ekslusif pada episode anorexia nervosa.

Adapun menurut Brigham (2004) dalam Syafiq dan Tantiani (2013) menyebutkan terdapat beberapa cirri-ciri khas dari penderita bulimia nervosa yaitu :

1. Makan secara rahasia, seperti makan pada tengah malam ketika telah tidur.

2. Menjadi sibuk mengatur makanan, diet, berat badan dan bentuk badan. 3. Sering merasa amat tertekan/depresi dan mengalami perubahan situasi

hati (mood) secara berlebihan.


(51)

23

5. Berolahraga secara berlebihan dan merasa bersalah atau marah jika tidak dapat melakukannya.

6. Merasa takut tidak akan dapat berhenti makan atau tidak dapat kurus. 7. Merasa benci jika ada makanan di dalam tubuh dan merasa wajib untuk

mengeluarkannya.

8. Menghindari makan di depan umum dan menjadi takut bersosialisasi. 9. Menghindari keintiman perasaan dan fisik.

10.Menjadi tergantung pada alkohol dan obat-obatan.

11.Mengalami periode perilaku menahan atau membatasi makanan.

Menurut Read (1997) dalam Syafiq dan Tantiani (2013), bulimia nervosa memiliki 2 tipe yaitu :

1. Purging , dimana penderita akan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan dan kemudian melakukan muntah secara sengaja, menyalahgunakan laksatif, diuretik atau enemas.

2. Non-purging, dimana penderita tetap mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan tetapi tidak muntah dan mengonsumsi obat-obatan, kompensasinya adalah berpuasa atau berolahraga secara berlebihan.

2.3.2.2 Dampak

Bulimia nervosa biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Sekitar 90% kasus terjadi pada perempuan dan prevalensi pada kaum perempuan diperkirakan sekitar 1- 2% dari populasi (Gotesdam & Agras, 1995 dalam Davison et al., 2010). Bulimia nervosa memiliki dampak bagi tubuh seperti dijelaskan dalam sebuah studi bahwa subyek


(52)

24

dengan riwayat bulimia nervosa memiliki penurunan yang signifikan terhadap suasana hati (mood), peningkatan kepedulian terhadap citra tubuh dan kehilangan kontrol makan setelah campuran tryptophan bebas (Fairburn et al., 1999).

Dampak bulimia nervosa bervariasi menurut tingkat keparahan kondisi dan perilaku pederita. Dampak umum yang biasanya terjadi diantaranya yaitu (McClain, 1993 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013) : a. Depresi, kondisi ini dihubungkan dengan bulimia nervosa walaupun

perilaku ini bukanlah satu-satunya penyebab.

b. Lemah, terjadi akibat ketidakcukupan atau pola makan yang tidak teratur atau dehidrasi atau ketidakseimbangan asam lambung karena seringnya muntah atau penyalahgunaan pencahar.

c. Dehidrasi atau ketidakseimbangan asam lambung, terjadi karena penderita muntah secara terus-menerus atau sebagai hasil dari diare karena penggunaan laksatif secara berlebihan.

2.3.3 Binge Eating Disorder 2.3.3.1 Definisi

Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat. Episode binge sering timbul pada waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu, atau marah dan kemudian diikuti oleh periode puasa berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004).


(53)

25

Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdianto, 2009) kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu:

1. Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut :

a. Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan).

2. Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut : a. Makan lebih cepat daripada biasanya.

b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.

c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar.

d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang dimakan.

e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut.

3. Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan.

4. Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6 bulan.


(54)

26

5. Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

2.3.3.2 Dampak

Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010 dalam Santi, 2012). Binge eating disorder dapat menyebabkan terjadiya rupture gastric atau esophagus dan obesitas (Ung, 2005 dalam Hapsari, 2009)

2.3.4 Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) 2.3.4.1 Definisi

Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) merupakan kategori gangguan makan yang sangat luas dimana penderitanya hanya memiliki sebagian sindrom dari kriteria anorexia nervosa atau bulimia nervosa. Sekitar 50% penderita gangguan makan masuk kedalam kategori EDNOS (Wardlaw&Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009).

Menurut DSM-IV terdapat beberapa kriteria diagnosis penderita EDNOS yaitu (Wardlaw&Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009) :


(55)

27

1. Seorang perempuan yang memenuhi semua kriteria anorexia nervosa tetapi masih mengalami menstruasi secara normal.

2. Seorang perempuan yang memenuhi kriteria anorexia nervosa tetapi berat badannya masih dalam ambang batas normal (85% berat badan orang dengan usia dan tinggi badan yang sama).

3. Seseorang yang memenuhi semua kriteria bulimia nervosa tetapi episode binge-eating dan perilaku kompensasinya :

 Kurang dari 3 bulan

 Kurang dari 2 kali per minggu

4. Melakukan perilaku kompensasi setelah makan dalam jumlah yang normal atau sedikit (tidak ada episode binge-eating).

5. Terus-menerus mengunyah dan meludahkan sebagian besar makanan tanpa menelannya.

6. Binge-eating disorder (BED).

2.3.4.2 Dampak

Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) memiliki kesamaan dengan sindrom anorexia nervosa dan bulimia nervosa sehingga bahaya fisik dan gangguan psikososial pun sangat mirip dengan kondisi diagnostik dari anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Penderita Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) yang obesitas memiliki resiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, memiliki resiko diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan stroke. (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004).


(56)

28

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan

Seperti dalam berbagai psikopatologi lain, satu faktor tunggal tidak mungkin menjadi penyebab gangguan makan. Beberapa bidang penelitian dewasa ini-genetik, peran otak, tekanan sosiokultural untuk menjadi langsing, kepribadian, peran keluarga dan peran stress lingkungan-menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi bila beberapa faktor yang berpengaruh terjadi dalam kehidupan seseorang (Davison et al., 2010). Beberapa para ahli menyatakan bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : 2.4.1 Genetik

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara faktor genetik dengan terjadinya gangguan makan. Penelitian dilakukan pada kelompok kembar identik dan kembar yang tidak identi. Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kembar identik memiliki insiden mengalami gangguan makan yang lebih tinggi daripada mereka yang kembar identik. Diperkirakan hal ini terjadi karena kembar identik memiliki DNA yang sama (Wardlaw, 2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).

Anorexia nervosa dan bulimia nervosa dapat terjadi dalam satu keluarga. Kerabat tingkat pertama dari perempuan muda yang menderita anorexia nervosa memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar dibanding rata-rata untuk menderita gangguan tersebut (a.l. Strober dkk., 2000 dalam Davison et al., 2010). Hasil yang sama juga ditemukan terkait bulimia nervosa, dimana kerabat tingkat pertama dari perempuan muda yang menderita bulimia nervosa memiliki kemungkinan sekitar empat kali


(57)

29

lebih besar dibanding rata-rata untuk menderita gangguan tersebut (a.l. Kasset dkk., 1987; Strober dkk., 2000 dalam Davison et al., 2010).

2.4.2 Usia

WHO (2012) menyebutkan batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis maka masa remaja (adolescence) didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Pada masa remaja juga merupakan sebuah fase usia yang rentan untuk mengalami gangguan makan. Rata- rata penderita anorexia nervosa mulai menahan diri untuk tidak makan sejak usia 17 tahun. Beberapa data menunjukkan gangguan makan mulai terjadi pada usia 13-18 tahun. Sebagaimana dijelaskan pada penelitian Lee et al., (2005) dalam Erdianto (2009) bahwa kasus anorexia nervosa di Singapura menunjukkan hasil rerata usia onset gejala anorexia nervosa pada usia 15,5 tahun dengan standar deviasi sebesar 3,85.

Gangguan makan sering terjadi pada usia remaja dikarenakan jumlah stressor yang sangat fantastis yang dihadapi pada usia tersebut terutama pada remaja putri. Pada awal fase remaja terjadi perubahan bentuk tubuh sehingga bagi orang yang merasa tertekan oleh kebutuhan untuk bertambah dewasa ini kadang menggunakan anorexia untuk memperthankan tubuhnya agar tetap kecil. Bahkan pertumbuhan tinggi badan menjadi berhenti karena kekurangan nutrisi dan remaja remaja


(58)

30

biasanya tidak menyadarinya jika ditanyakan mengenai persoalan ini (Tiemeyer, 2007 dalam Aini, 2009).

McComb (2001) dalam Syafiq dan Tantiani (2013) menjelaskan bahwa kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang paking berisiko. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan fisik dan mental pada saat puber juga perubahan diri dan lingkungan pada saat pergantian masa anak-anak menjadi dewasa. Persepsi diri dan lingkungan tentang tubuh yang kurus dibarengi dengan penambahan berat badan dan lapisan lemak tubuh karena pertumbuhan normal, akan menambah rasa tertekan dari penderita.

2.4.3 Jenis Kelamin

Seiring semakin sadarnya masyarakat terhadap kesehatan dan kegemukan, pengaturan makan untuk menurunkan berat badan menjadi suatu hal umum, jumlah orang-orang yang menjalani pengaturan makan meningkat dari 7% pada laki-laki dan 14% pada perempuan. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 29% pada laki-laki dan 44% pada perempuan (Serdula dkk., 1999 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi bahwa gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa lebih umum terjadi pada perempuan dibanding pada laki-laki.

Salah satu alasan utama atas prevalensi gangguan makan yang lebih besar pada perempuan kemungkinan adalah fakta bahwa standar budaya masyarakat Barat menguatkan keinginan untuk menjadi kurus pada


(59)

31

perempuan dibanding laki-laki (Davison et al., 2010). Selain itu, nilai-nilai sosiokultural mendorong objektivikasi tubuh perempuan, sedangkan kaum laki-laki dihargai berdasarkan berbagai keberhasilan mereka. Risiko gangguan makan pada kelompok perempuan yang sangat peduli terhadap berat badan, misalnya para model, penari, dan pesenam, sangat tinggi (Garner dkk., 1980 dalam Davison et al., 2010). Gangguan makan banyak diderita oleh perempuan yakni sekitar 90% dialami oleh perempuan dan dilaporkan bahwa perempuan memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami gangguan makan dibanding laki-laki (ANRED, 2005).

Penderita gangguan makan lebih banyak pada perempuan dimana 9 dari 10 penderita anorexia nervosa dan bulimia nervosa adalah perempuan. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena lebih tingginya tuntutan masyarakat terhadap perempuan untuk menjadi kurus. Baru pada beberapa tahun belakangan ini pria penderita gangguan makan mulai mendapat perhatian (Bowman, 2000 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013). Syafiq (2013) dalam bukunya menjelaskan bahwa tuntutan media terhadap perempuan adalah untuk memiliki tubuh yang kurus dan menarik. Hal ini akan menambah tekanan pada perempuanuntuk tetap memiliki tubuh sesuai dengan tuntutan massa. Secara genetik perempuan memang dirancang memiliki persentase lemak yang lebih besar dibandingkan pria. Karena tuntutan yang mengharuskan perempuan tetap menjadi kurus sementara lemak tubuh mereka yang lebih besar daripada pria maka perempuan lebih berisiko menderita gangguan makan (Syafiq dan Tantiani, 2013).


(60)

32

2.4.4 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang kesehatan dan nilai kesehatan pribadi secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan (Krummel dan Penny, 1996). Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi gaya hidup nya dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang tersebut.

2.4.5 Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri berkaitan dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang.

Rasa percaya diri yang rendah juga salah satu karakteristik dari perempuan yang mengalami gangguan makan. Penelitian cross-sectional yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer dan Peter (2000) menjelaskan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan diet dan gangguan makan. Orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali untuk mengalami gangguan makan.


(61)

33

Rasa percaya diri dan perfeksionis akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang mengarah pada gangguan makan. Gangguan makan akan meningkatkan rasa kerapuhan pada diri penderita sehingga akan menyebabkan makin turunnya rasa percaya diri dan meningkatnya keperfeksionisan penderita. Hal tersebut akan terus berulang dan menghasilkan suatu siklus yang terus-menerus terjadi (McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013).

2.4.6 Citra Tubuh

Citra tubuh pada umumnya lebih berhubungan dengan remaja putri dari pada remaja putra. Citra tubuh adalah sebuah istilah yang mengacu kepada persepsi seseorang mengenai bentuk dan tampilan fisik tubuhnya. Remaja putri cenderung memperhatikan penampilan fisik. Penampilan fisik yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan remaja, dapat menyebabkan remaja tidak puas terhadap tubuhnya sendiri. Berbagai studi menemukan bahwa IMT tinggi dan ketidakpuasan dengan bentuk tubuh merupakan faktor risiko terjadinya gangguan makan (Fairburn dkk., 1997; Killen dkk., 1996 dalam Davison et al., 2010). Ketidakpuasan dengan bentuk tubuh meningkat dan merupakan prediktor kuat perkembangan gangguan makan di kalangan remaja perempuan (Garner, 1997 dalam Davison et al., 2010). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Field et al., (1999) dilaporkan pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau gangguan makan.


(62)

34

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fairburn (1999) dalam Aini (2009) menjelaskan bahwa orang dengan evaluasi diri yang negatif memiliki risiko 4,4 kali lebih besar untuk mengalami gangguan makan dan memiliki risiko 8,2 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa. Selanjutnya sebuah penelitian menyebutkan bahwa keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang kurus berhubungan signifikan dengan onset gangguan makan (The McKnight Investrigators, 2003). Aini (2009) menjelaskan bahwa responden yang merasa gemuk mempunyai peluang 7,8 kali untuk mengalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak merasa gemuk.

2.4.7 Riwayat Diet

Diet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan makan yang paling berisiko. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 40% wanita mulai menjalankan program diet ketika memasuki masa remaja (Nicholls &Viner, 2005 dalam Erdianto, 2009). Dalam studi case control yang dilakukan oleh Fairburn et al., (1999) dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan yang dilakukan pada 67 wanita dengan anorexia nervosa dan 102 wanita dengan bulimia nervosa. Hasil menunjukkan bahwa perilaku diet lebih berpengaruh terhadap kejadian bulimia nervosa dibandingkan anorexia nervosa.

Penelitian selanjutnya juga melaporkan bahwa sering berdiet memiliki pengaruh terhadap terjadinya binge eating disorders pada wanita muda maupun tua (Field et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh


(63)

35

Krowchuk (1998) dalam Aini (2009) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat diet dengan perilaku muntah yang disengaja atau penggunaan laksatif untuk menurunkan berat badan. Kemudian sebuah studi menjelaskan bahwa responden yang pernah berdiet memiliki peluang sebesar 9,143 kali untuk mangalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak pernah berdiet (Aini, 2009).

McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Penny (1996) menjelaskan bahwa pembatasan asupan yang berlebihan akan menimbulkan kekurangan energi dan kelaparan. Hal tersebut jika dikombinasikan dengan tambahan stress, depresi, kecemasan dan perasaan tidak sabar karena program diet yang dijalani tidak berjalan secepat yang diharapkan akan memicu kepada frustasi dan kenginaan makan yang sangat besar serta makan secara berlebihan. Pada orang yang mengalami gangguan makan maka akan merasa bersalah dan merasa cemas akan kenaikan berat badan setelah makan secara berlebihan. Reaksi dari rasa takut dan cemas tersebut bisa saja berupa berhenti berdiet dan menjadi obesitas atau berdiet kronis yang diikuti dengan puasa atau perilaku purging.

2.4.8 Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Dimana orang tua yang selalu menekan anak mereka agar memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan keinginan mereka dapat menjadi faktor risiko


(64)

36

terjadinya gangguan makan pada anak tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Field et al., (2008) menjelaskan bahwa pengaruh keluarga dalam hal ini ayah yang memberikan komentar negatif tentang berat badan diprediksi dapat menjadikan remaja laki-laki mengalami binge eating disorders sedikitnya seminggu sekali. Selain itu pada ibu yang memiliki riwayat gangguan makan merupakan faktor resiko bagi remaja perempuan untuk mengalami gangguan makan juga.

Penelitian yang dilakukan oleh Minuchin (1978) dalam Krummel dan Penny (1996) menjelaskan terdapat beberapa karakteristik khas pada keluarga penderita anorexia nervosa. Karakteristik tersebut diantaranya terlalu protektif, kaku, terlalu membatasi, tidak adanya usaha menyelesaikan konflik keluarga dan atmosfir keluarga yang hanya mengizinkan sedikit privasi. Pola ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan hirarki dan adanya halangan pada unit keluarga. Krummel dan Penny (1996) menjelaskan bahwa seorang anak perempuan dan ibunya dapat menjadi teman dekat dimana ibu menggunakan anak untuk kepercayaan dirinya, mencegah anak membangun hubungan dengan teman-teman sebayanya.

2.4.9 Pengaruh Teman Sebaya

Masa remaja merupakan masa dimana meraka mencari jati diri. Posisi remaja menjadi kurang jelas karena mereka bukan lagi anak-anak yang harus diawasi oleh kedua orang tuanya namun mereka juga belum pantas untuk dikatakan dewasa. Dalam masa pencarian jati diri atau


(1)

Linear-by-Linear Association 16.503 1 .000 N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table

2.

Pengaruh Teman Sebaya dengan Gangguan Makan

katpengaruhteman * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katpengaruhteman dipengaruhi Count 48 26 74

% within katpengaruhteman 64.9% 35.1% 100.0%

tidak dipengaruhi Count 9 37 46

% within katpengaruhteman 19.6% 80.4% 100.0%

Total Count 57 63 120

% within katpengaruhteman 47.5% 52.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.342a 1 .000

Continuity Correctionb 21.561 1 .000

Likelihood Ratio 24.633 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000


(2)

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table

3.

Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh dengan Gangguan Makan

katejekanseputarBB * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katejekanseputarBB pernah Count 9 29 38

% within katejekanseputarBB 23.7% 76.3% 100.0%

tidak pernah Count 48 34 82

% within katejekanseputarBB 58.5% 41.5% 100.0%

Total Count 57 63 120

% within katejekanseputarBB 47.5% 52.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.648a 1 .000

Continuity Correctionb 11.289 1 .001


(3)

Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 12.543 1 .000

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.05. b. Computed only for a 2x2 table

4.

Kekerasan Fisik dengan Gangguan Makan

katkekerasanfisik * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katkekerasanfisik pernah Count 20 26 46

% within katkekerasanfisik 43.5% 56.5% 100.0%

tidak pernah Count 37 37 74

% within katkekerasanfisik 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 57 63 120

% within katkekerasanfisik 47.5% 52.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(4)

Continuity Correctionb .258 1 .612

Likelihood Ratio .485 1 .486

Fisher's Exact Test .574 .306

Linear-by-Linear Association .480 1 .489 N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.85. b. Computed only for a 2x2 table

5.

Pelecehan Seksual dengan Gangguan Makan

katpelecehanseks * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katpelecehanseks pernah Count 27 32 59

% within katpelecehanseks 45.8% 54.2% 100.0%

tidak pernah Count 30 31 61

% within katpelecehanseks 49.2% 50.8% 100.0%

Total Count 57 63 120

% within katpelecehanseks 47.5% 52.5% 100.0%


(5)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .140a 1 .708

Continuity Correctionb .037 1 .848

Likelihood Ratio .141 1 .708

Fisher's Exact Test .719 .424

Linear-by-Linear Association .139 1 .709 N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.03. b. Computed only for a 2x2 table

6.

Pengaruh Media Massa dengan Gangguan Makan

katpengaruhmedia * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katpengaruhmedia dipengaruhi Count 22 38 60

% within katpengaruhmedia 36.7% 63.3% 100.0%

tidak dipengaruhi Count 35 25 60

% within katpengaruhmedia 58.3% 41.7% 100.0%


(6)

katpengaruhmedia * katgangguanmakan Crosstabulation

katgangguanmakan

Total memiliki

gangguan

makan normal

katpengaruhmedia dipengaruhi Count 22 38 60

% within katpengaruhmedia 36.7% 63.3% 100.0%

tidak dipengaruhi Count 35 25 60

% within katpengaruhmedia 58.3% 41.7% 100.0%

Total Count 57 63 120

% within katpengaruhmedia 47.5% 52.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.647a 1 .017

Continuity Correctionb 4.812 1 .028

Likelihood Ratio 5.693 1 .017

Fisher's Exact Test .028 .014

Linear-by-Linear Association 5.600 1 .018 N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.50. b. Computed only for a 2x2 table