Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah

mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin. Neuropeptida NPY menyebabkan peningkatan selera makan dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone MCH dan orexin yang berada dipusat makan area hipotalamus lateral. Akson dari melanin-concentrating hormone MCH dan orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku yaitu peningkatan selera makan Meutia, 2005.

f. Hormon Pertumbuhan

Human Growth Hormone HGH Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone HGH adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior, yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25 tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal, mengaktifkan fungsi detoksifikasi pembuangan racun dalam tubuh dan lain sebagainya. Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan dwarfisme, sedang kelebihan hormon ini menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa hormon lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu hormon tiroid, insulin, androgen, dan estrogen. Sedangkan mekanisme kerja hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary dengan mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi IGF 1 insulinlike Growth Factor 1. Melalui peredaran darah pula IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ. IGF 1 inilah yang bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia. Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan faktor pengelepas hormon pertumbuhan yang disebut Growth Hormon Releasing Factor GHRF yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin Growth Hormon Releasing Inhibitory Hormone GH-RIH yang menghambat sekresi. Demikian hipotalamus memegang peran dua fungsi dalam pengaturan hormon ini. Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormon pertumbuhan 1-2 ngmL, sedangkan pada keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8 ngmL. Kadar ini selalu meningkat setelah seseorang tertidur lelap. Pada orang dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama pada waktu tidur. Sedangkan saat puasa akan terjadi peningkatan sekresi HGH, kondisi puasa akan merangsang pembentukan HGH untuk meningkatkan pemecahan cadangan lemak proses ini disebut lipolisis. Lipolisis akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, yang kemudian akan dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh terdiri atas lemak dan jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu. Hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan energi melalui kerja leptin hormon peptide yang dilepaskan dari sel-sel lemak adiposit. Bila jumlah jaringan lemak meningkat, adiposit akan melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian bersirkulasi ke otak dan menempati reseptor leptin di hipotalamus nucleus arkuata dan paraventrikuler, sedangkan ghrelin dilepaskan terutama oleh sel oksintik lambung dan usus. Kadar dalam darah meningkat selama puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis setelah makan, yang mengisyaratkan hormon ini berperan untuk merangsang perilaku makan Guyton dan Hall, 2007. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartman, et al 2013 menegaskan bahwa adanya peningkatan hormon pertumbuhan HGH sebesar 500 setelah 24 jam puasa.

g. Hormon Estrogen dan Progesteron

Hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu; pembentukan payudara, bentuk tubuh, rambut kemaluan dan berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Sedangkan hormon progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen dalam kadar tinggi terdapat dalam darah perempuan, dan dapat membantu penguraian timbunan lemak. Selain itu, estrogen juga meningkatkan metabolisme, menjaga mood dan juga mendongkrak libido. Kadar estrogen akan menurun ketika perempuan mulai mendekati masa menopause Judarwanto, 2014. Anak perempuan cenderung mengalami kenaikan berat badan setelah masa pubertas, hal tersebut terjadi akibat hormon seks. Selama pubertas tingkat hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi secara ekstensif. Melalui mekanisme sentral, serta efek perifer pada jaringan adiposa, hormon seks progesterone dan estrogen juga memainkan peran penting dalam mengatur selera makan dan metabolisme energi dengan memproduksi kolesistokinin CCK, GLP-1, glucagon-like peptide-1; PYY, peptida YY dan ghrilin. Kemudian hormon progesteron merangsang pusat pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin sehingga menimbulkan selera makan Lindén, 2011.

h. Hormon Testosteron

Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan oleh testis. Fungsi testosteron antara lain adalah mengatur perkembangan ciri seks sekunder pria seperti; pertumbuhan kumis, tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara, mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses spermiogenesis, merangsang kelenjar prostat untuk mensekresi asam sitrat, merangsang vesika seminalis untuk mensekresi cairan vesika seminalis, meningkatkan rangsangan seks pria. Hormon testoteron merupakan salah satu hormone yang dapat mempengaruhi selera makan Jurdawanto, 2014. Fungsinya adalah menjaga kekuatan otot dengan meningkatkan metabolisme dalam membakar lemak. Menurut Luukkaa et al 1998 bahwa hormon testoteron mempengaruhi dua hormon selera makan yaitu hormon gherlin dan leptin. Kerja hormon leptin sebanding dengan lemak tubuh, ketika berat badan berlebih atau obesitas maka hormon leptin tinggi dan menyebabkan selera makan rendah. Sedangkan hormon ghrelin berbanding terbalik dengan lemak tubuh, ketika hormon testoteron tinggi maka kadar ghrelin juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan Myer, 2009.

2. Faktor Farmakologik: Obat-Obatan

Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam terapi penyembuhan, menurunkan gejala atau mencegah penyakit Perry dan Potter, 2005. Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari obat- obatan medis yang sedang dikonsumsi seseorang. Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan. Obat-obatan penekan selera makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan tidak seimbang nutrisinya Mahan, 2002. Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki efek sebaliknya Sudjatmoko, 2011.Kegemukan dan obesitas menjadi masalah yang dapat mengganggu kesehatan karena menyebabkan beberapa penyakit yang akan tejadi. Selain itu, seseorang akan merasa terganggu karena keadaan tubuhnya yang tidak ideal. Dengan demikian ada beberapa orang mengkonsumsi obat-obat anti obesitas untuk menurunkan berat badan. Adapun yang tergolong obat anti obesitas diantaranya adalah; Amphetamine, fenfluramin, deksfenfluramin, sibutramin, rimonabant, hoodia, hidroksisitrat, efedrin, kafein, tiroksin dan dietilpropion. Obat-obat tersebut memiliki mekanisme yang berbeda- beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi dengan bertindak pada pusat kenyang di hipotalamus untuk menekan selera makan. Kemudian memiliki efek metabolik yang melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat yang berakibat menurunkan berat badan Guyton dan Hall, 2007. Obat amfetamin mempengaruhi pusat makan di hipotalamus lateral. Selain itu, obat ini bekerja menghambat absorbsi lemak melalui penghambatan enzim lipase pankreas, sehingga meningkatkan ekskresi lemak lewat feses. Kemudian obat dietilpropion bekerja dengan merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi peningkatan kosentrasi neurotransmitter andrergik yang mengaktifkan hipotalamus. Pengaktifan hipotalamus mengakibatkan penurunan selera makan dan asupan makanan Guyton dan Hall, 2007. Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan dopamin dari situs penyimpanan diterminal saraf dipusat makan hipotalamus lateral, sehingga menghasilkan efek penurunan selera makan. Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak terutama melalui jalur katekolamin di otak Khairuddin et al, 2012. Dietilpropion HCl yang merupakan derivat amfetamin yang menstimulasi neuron untuk melepaskan sejumlah kelompok partikel neurotransmiter yang tinggi, dikenal sebagai katekolamin termasuk dopamine dan norefenefrin, kadar yang tinggi dari katekolamin ini akan memberikan sinyal untuk menekan lapar dan selera makan. Selain itu, bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar leptin di otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan kadar leptin yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan kadar katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan aksi neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk memulai makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan penimbunan lemak Khairuddin et al, 2012.

3. Variasi Makan di Rumah

Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada tiap kali penyajian Graha, 2008. Kemudian Moehyi 2007 mendefinisikan variasi makan yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang selera makan, sehingga makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan. Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang singkat akan membosankan. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang TGS menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang diantaranya adalah: Membiasakan makan-makanan yang beranekaragam atau bervariasi, kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal. Tumpeng Gizi Seimbang TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng; satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan dipuncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan Tumpeng jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari sedikit lebih besar 3-5 porsi dari pada buah 2-3 porsi. Selanjutnya, dilapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu yogurt, mentega, keju, dan lain-lain dipotongan kanan, sedangkan dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak Tumpeng Gizi Seimbang TGS makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan. Membiasakan makan-makanan yang bervariasi adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia membutuhkan makanan yang beranekaragam atau bervariasi, karena tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu ASI. Semaking bervariasi makanan yang dihidangkan maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi Kurniasih et al, 2010. Variasi makanan dalam hidangan sehari-hari untuk dikonsumsi, yang idealnya adalah jika setiap kali makan hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah Depkes, 2003. Kemudian, menurut Moehyi 2007 susunan menu yang di anggap lazim disemua daerah di Indonesia yang terdiri dari; a. Hidangan makanan pokok yang umumnya di Indonesia terdiri dari nasi, roti, dan jagung. Disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau jenis makanan lainnya. c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah. d. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buah- buahan segar atau buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari buah. Untuk meningkatkan selera dan semangat makan pada anak-anak, sebaiknya juga setiap hari di rumah terdapat variasi makananan yang dihidangkan, agar anak tidak bosan dalam mengkonsumsi makanan kesukaannya. Dengan adanya variasi makanan yang disiapkan oleh orang tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan anak lebih memiliki variasi makan, warna dan pilihan bentuknya Judarwanto, 2010. Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang bermakna dengan selera makan anak umur 11-12 tahun Handayani, 2014. Kemudian menurut Kumalasari 2012 penyajian jenis makanan yang salah dapat mempengaruhi selera makan anak, bisa terjadi kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara mengelola bahan makanan. Dengan mengkonsumsi makan yang bervariasi diharapkan anak akan mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.

4. Frekuensi Mengomsumsi Jajanan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI jajanan berarti kudapan atau pangan yang disajikan. Menurut Food and Agriculture Organization FAO makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan, dan di tempat-tempat ramai umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tampa adanya persiapan atau pengolahan lebih lanjut Hidayati, 2006. Frekuensi konsumsi makanan jajanan adalah banaknya tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang dihitung per minggu Yuliastuti, 2011.

a. Jenis Jajanan

Beberapa teori menggolongkan makanan jajan sebagai berikut; Widia Karya Nasional dan Gizi menggolongkan jenis makanan jajann menjadi tiga jenis yaitu;1 Makanan jajanan yang berbentuk pangan seperti; kue kecil-kecil, pisang goreng, cilok, bakwan, dan lain-lainya. 2 Makanan jajanan yang diporsikan menu utama seperti; pecel, mie, bakso, mie ayam, nasi goreng, soto dan sebagainya. 3 Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya Nuraini, 2006. Sedangkan Winarno 2006 mengelompokkan makanan jajanan menjadi 4 jenis, yaitu; 1 Makanan berat meals misalnya; bakso, bakmi, bubur ayam, lontong, pecel, dan sejenisnya. 2 Cemilan snacks misalnya; kacang asin, kacang atom, kerupuk, biscuit, wafer, dan sejenisnya. 3 Makanan semi basah intermediate moisture food misalnya; pisang goreng, bakwan, lemper, lontong, dan sejenisnya. 4 Minuman drink misalnya; cendol dan es sirup Nuraini, 2006.

b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan

Kelebihan makanan jajanan yaitu;1 Memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik anak sekolah meningkat. 2 Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan dari beberapa daerah akan memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman makanan setiap daerah berbeda-beda. 3 Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temanya di sekolah. Sedangkan kekurangan dari makanan jajanan adalah bahaya bagi kesehatan. Makanan jajanan masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan B-POM Sumarlin, 2010. Menurut Irianto, DP 2007 terlalu sering dan menjadikan mengonsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain adalah; 1 Selera makan menurun 2 Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit 3 Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak 4 Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu terjamin 5 Pemborosan 6 Menyebabkan gangguan pada kesehatan Pada dasarnya anak belum bisa memilih makanan jajanan yang baik dan sehat, karena mereka hanya mengutamakan rasa enak dan tertarik pada kemasannya. Berdasarkan hasil uji Badan POM terhadap berbagai makanan jajanan anak di sekolah dasar menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sebanyak 344 jenis makanan jajan 39,95 tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Kemudian es sirup atau es buah 48,19 dan minuman ringan 62,50 mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri pathogen. Saus dan sambal 61,54 dan kerupuk 56,25 juga tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellow dan amaranth sebesar 10,45 Nuraini, 2006. Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan Makanan B-POM menguji jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi salah satunya adalah Jakarta. Hasil sampel yang diuji ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan gorengan, kerupuk dan saos mengandung zat yang berbahaya yaitu rhodamin B Habibi, dkk. 2012. Sementara tahun 2007 Badan POM beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil yang diperoleh bahwa dari 2000 makanan yang disurvey di lingkungan sekolah 45 mengandung formalin, boraks dan pewarna testil pada jenis makanan jeli, sirup, kerupuk dan makanan ringan Sumarlin, 2010. Selain jajanan berbahaya karena mengandung beberapa zat makanan tambahan, kebiasaan jajan juga dapat menurunkan selera makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Anak akan menjadi sulit makan-makanan yang sehat yang disediakan di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada anak Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun. Anak- anak lebih memilih makan jajan yang siap saji serta disajikan dan dijual oleh pedagang-pedagang di pinggir jalan, dengan alasan karena tertarik dengan rasa, warna, dan bentuk serta kemasan bungkusanya yang unik dan harga yang dapat dijangkau oleh anak usia sekolah Handayani, 2014. Hasil penelitian Lestari 2011 dalam Handayani, 2014 menyatakan bahwa kebiasaan jajan yang dilakukan pada anak ternyata mempengaruhi selera makan anak, karena anak lebih memilih-milih makanan yang disukainya, untuk itu tidak sedikit anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.

5. Makan Bersama Keluarga

Keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh satu turunan, tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi secara bersama-sama memperteguh gabungan untuk memuliakan anggota-anggotanya Khomsan, 2010. Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola makan yang baik. Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang bisa didapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga. Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Hal ini dapat meningkatkan selera makan dan membuat anak menyukai makanan yang disajikan di rumah Khomsan, 2010. Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang bergizi dan sehat bagi keluarga. Pada penelitian Gillman menemukan bahwa makan malam bersama keluarga membuat banyak mengonsumsi buah dan sayur, sedikit makanan yang berminyak dan soda, sedikit makan yang berlemak, rendah gula, dan banyak serat. Penelitian Neumark-Sztainer 2004 juga menemukan hubungan positif antara frekuensi makan keluarga dengan asupan buah, sayuran, makanan tinggi kalsium, dan hubungan negatif dengan konsumsi soft drink. Pada era kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi orang yang sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam satu meja makan Khomsan, 2010. Menurut Graha 2008 peran keluarga sangat penting bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah, makanan sehat, bergizi, bermanfaat bagi pertumbuhannya dan bebas dari kandungan makanan yang berbahaya. Pada dasarnya anak- anak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua harus lebih pintar dalam mencari cara menjaga selera makan pada anak agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi Judarwanto, 2010.

6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Menurut Mason 1994 suplemen merupakan suatu produk yang berisi zat gizi dan lainnya yang diyakini konsumen bahwa produk tersebut mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan mereka. Firna 2009 mengungkapkan bahwa suplemen makanan adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet bubuk atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Sedangkan, suplemen penambah selera makan adalah suplernen yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin Handayani, 2002. Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Xuan, N.X. et al 1996 di Vietnam yang menyatakan bahwa efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera makan pada anak. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami 2011 bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat meningkat selera makan pada anak sekolah dasar. Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb dan temu ireng Curcuma aerogenoceae Roxb. Ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan Awalin,1996. Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan Ozaki dan Liang, 1988. Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat pahit carpaine atau alkaloida pahit yang dapat merangsang lambung anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul selera makannya Handayani, 2002. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Ni’amah 2010 yang melakukan ekperimen ekstrak temu ireng Curcuma Aerogenoceae.Roxb sedangkan penelitian Awalin 1996 menggunakan temu lawak Curcuma xanthorrhiza Roxb yang keduanya menggunakan tikus putis sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya peningkatan selera makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak temu ireng maupun temulawak. Pada dasarnya suplemen tidak dianjurkan untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Karena mereka cukup memperoleh zat-zat gizi melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka dosis harus diperhatikan. Hal ini yang sering diabaikan oleh orang tua semata-mata karena ingin meningkatkan selera makan anak. Padahal suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga vitalitas bagi anak, yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko gangguan pertumbuhan, anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam masa pemulihan. Ketika anak sedang sakit maka anak cenderung tidak selera makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Selain itu, anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan Ali, 2008. Pada kenyataan, banyak orang tua terutarna ibu sering mengalami kesulitan dalam memberi makan pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi dan petugas kesehatan Firna, 2009. Hasil penelitian Leiliana 2008 mengungkapkan bahwa sebanyak 10,3 ibu memberikan suplemen makanan pada anak dengan alasan menambah selera makan anaknya dan penelitian Firna 2009 yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4 ibu memberikan suplemen kepada anaknya dan 32,6 dengan alasan untuk menambah selera makan. Yu, et al 1997 hasil penelitianya menunjukkan hasil bahwa selera makan yang buruk mempunyai hubungan yang bermakna dengan konsumsi suplemen. Dan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Tileng I yang terletak di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul bahwa anak yang diberi suplementasi zink selama 14 hari meningkat selera makannya dari sebelum diberi suplemen zink Pintautami, 2011.

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood 2001 mengatakan faktor metabolik hormon dan Sudjatmoko 2011 mengatakan faktor farmakologik obat-obatan. Graha 2008 mengatakan variasi makan, dan makan bersama keluarga. Irianto 2007 mengatakan frekuensi mengonsumsi jajanan dan Yu, et al 1997 mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan. Sehingga penggabungan teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut: Bagan 2.2 Kerangka Teori Sumber; Adaptasi Sherwood 2001, Sudjatmoko 2011, Graha 2008, Irianto 2007, dan Yu, et al 1997 Faktor Metabolik: Hormon Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Makan Bersama Keluarga Variasi Makan Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Selera Makan Faktor Farmakologik: Obat-obtan

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang diteliti adalah; selera makan di rumah sebagai faktor dependen, sedangkan faktor independen adalah; frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan, karena beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi selera makan. Adapun kerangka konsep penelitian dapat di lihat pada bagan 3.1 dibawah ini: Variabel Independen Variabel Dependen Bagan 3.1 Kerangka Konsep Selera Makan di Rumah Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Makan Bersama Keluarga Beberapa variabel tersebut diteliti karena:

1. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan

Semakin sering mengonsumsi jajanan juga dapat menurunkan selera makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Sehingga pada waktu makan anak sudah merasa kenyang yang dapat menyebabkan anak tidak selera makan makanan yang disajikan di rumah.

2. Makan bersama Keluarga

Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah.

3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan

Suplemen penambah selera makan pada umumnya memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin. Zink membantu mengaktivasi area otak hipotalamus yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Sedangkan curcumin terdapat minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah sebagai berikut:

1. Faktor Metabolik Hormon

Faktor metabolik hormon tidak dilakukan pengukuran karena tidak mendapatkan izin dari kepala sekolah melakukan uji pengaruh hormon dengan pengambilan darah untuk melihat perubahan selera makan pada anak.

2. Faktor Farmakologik Obat-obatan

Faktor farmakologik obat-obatan tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan anti obesitas. Sehingga tidak ditemukan masalah pada faktor tersebut dan jawaban responden pada faktor ini dianggap homogen.

4. Variasi Makan

Faktor variasi makan tidak diteliti karena kuesioner yang digunakan tidak valid dan banyak yang bias sehingga mengakibatkan data yang tidak valid.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Dependen 1 Selera makan di rumah Ketertarikan anak untuk makan berdasarkan makanan yang disediakan di rumah setiap hari Mengisi kuesioner Kuesioner Children’s Eating Behaviour Questionn aire CEBQ 0. Selera makan rendah jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan 1. Selera makan tinggi jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan ≥ dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan Pintautami, 2011 Ordinal Variabel Independen 2 Frekuensi Mengonsum si Jajanan Frekuensi mengonsumsi pangan jajanan mie, gorengan, chiky, makanan kemasan, es, sirup, minuman kaleng, dan sebagainya yang dijual disekitar rumah, sekolah dan tempat lainya dalam seminggu Mengisi kuesioner Kuesioner 0. Sering jika ≥5xminggu 1. Jarang jika 5xminggu Yuliastuti 2011 Ordinal No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 3 Makan bersama Keluarga Makan bersama keluarga ayah ibu kakak adik atau anggota keluarga lain dengan waktu dan tempat yang sama selama seminggu Mengisi kuesioner Kuesioner 0. Tidak rutin jika 14x makan bersama dalam seminggu 1. Rutin jika ≥14x makan bersama dalam seminggu Sofyani, 2011 Ordinal 4 Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Menggunakan dan mengonsumsi suplemen penambah selera makan dalam seminggu terakhir Mengisi kuesioner Kuesioner 0. Ya jika dalam seminggu terakhir mengonsumsi suplemen penambah selera makan 1. Tidak jika dalam seminggu terakhir. tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan Firna, 2009 Ordinal

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. 2. Ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. 3. Ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi analitik kuantitatif dengan desain cross sectional study, dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel independen dengan variabel dependen dilakukan pada waktu yang bersama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Maret-Agustus tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 102 orang. Alasan dipilihnya siswasiswi kelas IV sebagai sampel penelitian adalah karena siswa usia kelas IV termasuk dalam tingkatan kelas tinggi, dimana mereka dapat memahami, menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan baik dan dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data. Namun saat pengisian kuesioner tetap didampingi oleh peneliti.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswasiswi yang terdaftar sebagai siswasiswi kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Lemeshow et al 1990 sebagai berikut; Keterangan: n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan N = Besar populasi 102 siswasiswi kelas IV Z 2 1- α2 = Tingkat kepercayaan 95 = 1,96 P = Perkiraan proporsi 50 = 0,50 d = Limit dari error 5 = 0,05 Z 2 1-a2 P 1-p N d 2 N-1 + Z 2 1-a2 P1-P n = Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut; Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah sampel minimal yang diambil sebanyak 88 responden. Namun untuk mengantisipasi adanya faktor-faktor yang tidak diinginkan yang dapat menghilangkan sampel, maka teknik pengambilan sampel menggunakan total sampeling seluruh populasi menjadi sampel yakni sebanyak 102 siswasiswi yang merupakan kelas IV yang tercatat sebagai peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun ajaran 20142015.

D. Metode Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengukuran langsung. Data primer dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada siswasiswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mengenai selera makan di rumah, frekuensi mengonsumsi makanan jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan. 1,96 2 1-a2 0,50 1-0,50102 0,05 2 102-1 + 1,96 2 0,501-0,50 n = n = 88 responden