mekanisme  pengaturan  jangka  panjang  yang  melibatkan  hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin.
Neuropeptida NPY  menyebabkan  peningkatan  selera  makan dengan  cara  mengaktifkan  neuron melanin-concentrating  hormone
MCH  dan  orexin  yang  berada  dipusat  makan  area  hipotalamus lateral.  Akson  dari melanin-concentrating  hormone MCH  dan
orexin  berproyeksi  ke  korteks  mempengaruhi  motivasi dan  perilaku yaitu peningkatan selera makan Meutia, 2005.
f. Hormon Pertumbuhan
Human Growth Hormone HGH
Hormon  pertumbuhan  atau Human  Growth  Hormone HGH adalah  hormon  protein  yang  terdiri  dari  191  Asam  amino  yang
disintesa  oleh  sel-sel  biasa  disebut somatotrof di  dalam anterior, yaitu  kelenjar pituitary.  HGH  terus  dikeluarkan  oleh  kelenjar
pituitary sejak  kecil  sampai  seterusnya  dan  sepanjang  hidup memerlukan  untuk  pertumbuhan  tubuh  khususnya  ketika  masih
anak-anak,  membantu  dalam  pertumbuhan  tulang  sampai  usia  25 tahun,  memelihara  kesehatan  serta  jaringan  dan  organ  vital  tubuh
jantung,  hati,  pankreas,  limpa  dan  ginjal,  mengaktifkan  fungsi detoksifikasi pembuangan racun dalam tubuh dan lain sebagainya.
Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan.  Kekurangan hormon  ini  menyebabkan  kekerdilan
dwarfisme, sedang
kelebihan hormon
ini menyebabkan
gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa hormon  lain  juga  dalam  berperan  dalam  proses  pertumbuhan  dan
perkembangan  normal  yaitu  hormon  tiroid,  insulin, androgen,  dan estrogen.  Sedangkan  mekanisme  kerja  hormon pertumbuhan  yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitary dengan mengalir melalui pembuluh darah  menuju  ke  organ  hati.  Di  dalam  hati,  HGH  dirubah  menjadi
IGF  1  insulinlike Growth  Factor 1.  Melalui  peredaran  darah  pula IGF  1  dialirkan  keseluruh  organ-organ.  IGF  1  inilah  yang
bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia.
Sekresi  hormon  pertumbuhan  secara  fisiologis  diatur  oleh hipotalamus.  Hipotalamus  menghasilkan  faktor  pengelepas  hormon
pertumbuhan  yang  disebut Growth  Hormon  Releasing  Factor GHRF  yang  merangsang  sekresi  hormon  pertumbuhan.  Selain  itu
dalam  hipotalamus  juga  dijumpai  somatostatin Growth  Hormon Releasing Inhibitory Hormone GH-RIH yang menghambat sekresi.
Demikian  hipotalamus  memegang  peran  dua  fungsi  dalam pengaturan  hormon  ini.  Pada  waktu  istirahat  sebelum  makan  pagi
kadar  hormon  pertumbuhan  1-2  ngmL,  sedangkan  pada  keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8 ngmL. Kadar
ini  selalu  meningkat  setelah  seseorang  tertidur  lelap.  Pada  orang dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama pada waktu
tidur.  Sedangkan  saat  puasa  akan  terjadi  peningkatan  sekresi  HGH,
kondisi  puasa  akan  merangsang  pembentukan  HGH  untuk meningkatkan  pemecahan  cadangan  lemak  proses  ini  disebut
lipolisis.  Lipolisis  akan  menghasilkan  asam  lemak  bebas  dan gliserol,  yang  kemudian  akan  dimetabolisme  untuk  menghasilkan
energi. Sebagian  besar  energi  yang  disimpan  dalam  tubuh  terdiri  atas
lemak  dan  jumlahnya  dapat  bervariasi  pada  berbagai  individu. Hipotalamus  merasakan  adanya  proses  penyimpanan  energi  melalui
kerja  leptin  hormon  peptide  yang  dilepaskan  dari  sel-sel  lemak adiposit.  Bila  jumlah  jaringan  lemak  meningkat,  adiposit  akan
melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian bersirkulasi  ke  otak  dan  menempati  reseptor  leptin  di  hipotalamus
nucleus arkuata dan paraventrikuler, sedangkan ghrelin dilepaskan terutama  oleh  sel  oksintik  lambung  dan  usus.  Kadar  dalam  darah
meningkat selama puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis setelah  makan,  yang  mengisyaratkan  hormon  ini  berperan  untuk
merangsang perilaku makan Guyton dan Hall, 2007. Hal ini sejalan dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Hartman, et  al 2013
menegaskan  bahwa adanya  peningkatan hormon  pertumbuhan HGH sebesar 500 setelah 24 jam puasa.
g. Hormon Estrogen dan Progesteron
Hormon  estrogen  dihasilkan  oleh  ovarium,  estrogen  berguna untuk  pembentukan  ciri-ciri  perkembangan  seksual  pada  wanita
yaitu;  pembentukan  payudara,  bentuk  tubuh,  rambut  kemaluan  dan berguna  pada  siklus  menstruasi  dengan  membentuk  ketebalan
endometrium,  menjaga  kualitas  dan  kuantitas  cairan  cerviks  dan vagina  sehingga  sesuai  untuk  penetrasi  sperma.  Sedangkan  hormon
progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot.
Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen dalam  kadar  tinggi  terdapat  dalam  darah  perempuan,  dan  dapat
membantu  penguraian  timbunan  lemak.  Selain  itu,  estrogen  juga meningkatkan  metabolisme,  menjaga mood dan  juga  mendongkrak
libido.  Kadar  estrogen  akan  menurun  ketika  perempuan  mulai mendekati masa menopause Judarwanto, 2014.
Anak  perempuan  cenderung  mengalami  kenaikan  berat  badan setelah  masa  pubertas,  hal  tersebut  terjadi  akibat  hormon  seks.
Selama  pubertas  tingkat  hormon  estrogen  dan  progesteron berfluktuasi secara  ekstensif. Melalui mekanisme sentral, serta efek
perifer pada  jaringan  adiposa,  hormon  seks  progesterone  dan estrogen  juga  memainkan  peran  penting  dalam  mengatur  selera
makan  dan  metabolisme  energi  dengan  memproduksi kolesistokinin CCK,  GLP-1, glucagon-like  peptide-1; PYY,  peptida  YY dan
ghrilin. Kemudian
hormon progesteron
merangsang pusat
pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin sehingga menimbulkan selera makan Lindén, 2011.
h. Hormon Testosteron
Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan oleh  testis.  Fungsi  testosteron  antara  lain  adalah  mengatur
perkembangan  ciri  seks  sekunder  pria  seperti;  pertumbuhan  kumis, tumbuh  rambut  didaerah  vital  dan  terjadi  perubahan  suara,
mengontrol  proses  spermatogenesis  pada  pembelahan  meiosis  dan proses  spermiogenesis,  merangsang  kelenjar  prostat  untuk
mensekresi  asam  sitrat,  merangsang  vesika  seminalis  untuk mensekresi  cairan  vesika  seminalis,  meningkatkan  rangsangan  seks
pria.  Hormon  testoteron  merupakan  salah  satu  hormone  yang  dapat mempengaruhi selera makan Jurdawanto, 2014.
Fungsinya adalah menjaga kekuatan otot dengan meningkatkan metabolisme  dalam    membakar  lemak. Menurut  Luukkaa et  al
1998  bahwa  hormon  testoteron  mempengaruhi dua  hormon  selera makan    yaitu  hormon  gherlin  dan  leptin. Kerja  hormon  leptin
sebanding  dengan  lemak  tubuh,  ketika  berat  badan  berlebih  atau obesitas maka hormon leptin tinggi dan menyebabkan selera makan
rendah.    Sedangkan  hormon  ghrelin  berbanding  terbalik  dengan
lemak  tubuh,  ketika  hormon  testoteron  tinggi  maka  kadar  ghrelin juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan Myer, 2009.
2. Faktor Farmakologik: Obat-Obatan
Obat  atau  medikasi  adalah  zat  yang  digunakan  dalam  terapi penyembuhan,  menurunkan  gejala  atau  mencegah  penyakit  Perry  dan
Potter, 2005. Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari obat- obatan    medis  yang  sedang  dikonsumsi  seseorang.  Efek  samping  obat
atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan. Obat-obatan  penekan  selera  makan  dapat  menyebabkan  terjadinya
penurunan  berat  badan  yang  tidak  diinginkan  dan  tidak  seimbang nutrisinya Mahan, 2002.
Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki
efek  sebaliknya  Sudjatmoko,  2011.Kegemukan  dan  obesitas  menjadi masalah  yang  dapat  mengganggu  kesehatan  karena  menyebabkan
beberapa  penyakit  yang  akan  tejadi.  Selain  itu,  seseorang  akan  merasa terganggu  karena  keadaan  tubuhnya  yang  tidak  ideal.  Dengan  demikian
ada  beberapa  orang  mengkonsumsi  obat-obat  anti  obesitas  untuk menurunkan  berat  badan.  Adapun  yang  tergolong  obat  anti  obesitas
diantaranya  adalah; Amphetamine,
fenfluramin,  deksfenfluramin, sibutramin,  rimonabant,  hoodia,  hidroksisitrat,  efedrin,  kafein,  tiroksin
dan dietilpropion. Obat-obat tersebut memiliki mekanisme yang berbeda-
beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan  pengeluaran  energi  dengan  bertindak  pada  pusat  kenyang
di  hipotalamus  untuk  menekan  selera  makan.  Kemudian  memiliki  efek metabolik  yang  melibatkan  metabolisme  lemak  dan  karbohidrat  yang
berakibat menurunkan berat badan Guyton dan Hall, 2007. Obat amfetamin mempengaruhi  pusat  makan  di  hipotalamus
lateral.  Selain  itu,  obat  ini  bekerja  menghambat  absorbsi  lemak  melalui penghambatan  enzim  lipase  pankreas,  sehingga  meningkatkan  ekskresi
lemak  lewat  feses.  Kemudian  obat dietilpropion bekerja  dengan merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi
peningkatan  kosentrasi neurotransmitter andrergik yang  mengaktifkan hipotalamus.  Pengaktifan  hipotalamus  mengakibatkan  penurunan  selera
makan dan asupan makanan Guyton dan Hall, 2007. Dietilpropion  merangsang  pelepasan norepinefrin dan dopamin
dari  situs  penyimpanan  diterminal  saraf  dipusat  makan  hipotalamus lateral,  sehingga  menghasilkan  efek  penurunan  selera  makan.
Diethilpropion  bekerja  dipusat  berpikir  yang  bertindak  terutama  melalui jalur katekolamin di otak Khairuddin et al, 2012.
Dietilpropion  HCl  yang  merupakan derivat amfetamin yang menstimulasi  neuron  untuk  melepaskan  sejumlah  kelompok  partikel
neurotransmiter  yang  tinggi,  dikenal  sebagai katekolamin termasuk dopamine dan norefenefrin, kadar yang tinggi dari katekolamin ini akan
memberikan sinyal untuk menekan lapar dan  selera  makan. Selain itu,
bisa  secara  tidak  langsung  memberikan  pengaruh  pada  kadar  leptin  di otak.  Secara  teori, dietilpropion HCl  bisa  meningkatkan    kadar  leptin
yang  memberikan  sinyal  kenyang,  serta  meningkatkan    kadar katekolamin yang  ikut  bertanggung  jawab  untuk  menghentikan  aksi
neurotransmiter lain  yaitu  NPY  yang  memiliki  efek  untuk  memulai makan,  mengurangi  pengeluaran  energi,  dan  meningkatan  penimbunan
lemak Khairuddin et al, 2012.
3. Variasi Makan di Rumah
Variasi  makanan  adalah  susunan  golongan  bahan  makanan  yang terdapat  dalam  satu  hidangan  yang  berbeda  pada tiap  kali  penyajian
Graha,  2008.  Kemudian  Moehyi  2007  mendefinisikan variasi  makan yaitu  variasi  dalam  menggunakan  bahan  makanan,  resep  makanan,  dan
variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang selera  makan,  sehingga  makanan  yang  disajikan  akan  dapat  dihabiskan.
Satu  jenis  makanan  yang  dihidangkan  berkali-kali  dalam  waktu  yang
singkat  akan  membosankan. Dalam Tumpeng  Gizi  Seimbang  TGS
menggambarkan  4  prinsip  Gizi  Seimbang  diantaranya  adalah: Membiasakan  makan-makanan  yang  beranekaragam  atau  bervariasi,
kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal. Tumpeng  Gizi  Seimbang  TGS  terdiri  atas  beberapa  potongan
tumpeng; satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan  dipuncak  terdapat  potongan  terkecil.  Luasnya  potongan Tumpeng
jumlah  sayur  yang  harus  dikonsumsi  setiap  hari  sedikit  lebih  besar  3-5 porsi  dari  pada  buah  2-3  porsi.  Selanjutnya,  dilapisan  ketiga  dari
bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu yogurt, mentega, keju, dan lain-lain dipotongan kanan, sedangkan
dipotongan  kiri  ada  kacang-kacangan  serta  hasil  olahan  seperti  tahu, tempe,  dan  oncom.  Terakhir  dan  menempati  puncak  Tumpeng  Gizi
Seimbang  TGS  makanan  dalam  potongan  yang  sangat  kecil  adalah minyak,  gula, dan  garam,  yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada
bagian  bawah  tumpeng  terdapat  prinsip  gizi  seimbang  lain,  yaitu  pola hidup  aktif  dengan  berolahraga,  menjaga  kebersihan  dan  pantau  berat
badan. Membiasakan  makan-makanan  yang  bervariasi  adalah  prinsip
pertama  dari  gizi  seimbang  yang  universal.  Artinya,  setiap  manusia membutuhkan  makanan  yang  beranekaragam  atau  bervariasi, karena
tidak  ada  satu  makanan  yang  mengandung  seluruh  zat  gizi  yang dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu ASI. Semaking bervariasi
makanan  yang  dihidangkan  maka  semakin  mudah  terpenuhi  kebutuhan akan berbagai zat gizi Kurniasih et al, 2010.
Variasi  makanan  dalam  hidangan  sehari-hari  untuk  dikonsumsi, yang idealnya adalah jika setiap kali makan hidangan tersebut terdiri dari
4  kelompok  makanan  yaitu  makanan  pokok,  lauk-pauk,  sayur  dan  buah Depkes,  2003.      Kemudian,  menurut  Moehyi  2007  susunan  menu
yang di anggap lazim disemua daerah di Indonesia yang terdiri dari;
a. Hidangan  makanan  pokok  yang  umumnya  di  Indonesia  terdiri  dari nasi,  roti,  dan  jagung.  Disebut  makanan  pokok  karena  dari  makanan
inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Hidangan  lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan
hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang  digunakan  dapat  berupa  daging  sapi,  ayam,  ikan  atau  berbagai
jenis  hasil  laut  lainnya.  Lauk  pauk biasanya  berupa  lauk  pauk  yang berasal  dari  kacang-kacangan  atau  hasil  olahannya  seperti  tempe  dan
tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan berkuah,  masakan  tanpa  kuah,  dibakar,  dipanggang,  digoreng  atau
jenis makanan lainnya. c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan
yang  berkuah  karena  berfungsi  sebagai  pembasah  nasi  agar  mudah ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan
yang  biasanya  terdiri  dari  gabungan  masakan  berkuah  dan  tidak berkuah.
d. Hidangan  yang  terdiri  dari  buah-buahan,  baik  dalam  bentuk  buah- buahan  segar  atau  buah-buahan  yang  diolah  seperti  setup  atau  sari
buah. Untuk  meningkatkan  selera  dan  semangat  makan  pada  anak-anak,
sebaiknya  juga  setiap  hari  di  rumah  terdapat  variasi  makananan  yang dihidangkan,  agar  anak  tidak  bosan  dalam  mengkonsumsi  makanan
kesukaannya. Dengan adanya variasi makanan yang disiapkan oleh orang
tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan
anak  lebih  memiliki  variasi  makan,  warna  dan  pilihan  bentuknya Judarwanto, 2010.
Hasil  penelitian  yang  dilakukan  di  Sekolah  Dasar  Inpres  Laikang Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang
bermakna  dengan selera  makan  anak  umur  11-12  tahun  Handayani, 2014.  Kemudian  menurut  Kumalasari  2012  penyajian  jenis  makanan
yang  salah  dapat  mempengaruhi  selera  makan  anak,  bisa  terjadi kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara
mengelola  bahan  makanan.  Dengan  mengkonsumsi  makan  yang bervariasi  diharapkan  anak  akan  mendapatkan  asupan  zat  gizi  yang
cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Frekuensi Mengomsumsi Jajanan
Berdasarkan  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  KBBI  jajanan  berarti kudapan  atau  pangan  yang  disajikan.  Menurut Food  and  Agriculture
Organization FAO  makanan  jajanan  adalah  makanan  dan  minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan, dan di
tempat-tempat ramai umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tampa  adanya  persiapan  atau  pengolahan  lebih  lanjut  Hidayati,  2006.
Frekuensi  konsumsi  makanan  jajanan  adalah  banaknya  tindakan  atau
perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang dihitung per minggu Yuliastuti, 2011.
a. Jenis Jajanan
Beberapa  teori  menggolongkan  makanan  jajan  sebagai  berikut; Widia  Karya  Nasional  dan  Gizi  menggolongkan  jenis  makanan
jajann  menjadi tiga jenis  yaitu;1 Makanan jajanan  yang berbentuk pangan  seperti;  kue  kecil-kecil,  pisang  goreng,  cilok,  bakwan,  dan
lain-lainya.  2  Makanan  jajanan  yang  diporsikan  menu  utama seperti;  pecel,  mie,  bakso,  mie  ayam,  nasi  goreng,  soto  dan
sebagainya. 3 Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya Nuraini, 2006.
Sedangkan Winarno 2006 mengelompokkan makanan jajanan menjadi  4  jenis,  yaitu;  1  Makanan  berat  meals  misalnya;  bakso,
bakmi,  bubur  ayam,  lontong,  pecel,  dan  sejenisnya.  2  Cemilan snacks  misalnya;  kacang  asin,  kacang  atom,  kerupuk,  biscuit,
wafer,  dan  sejenisnya.  3  Makanan  semi  basah  intermediate moisture  food  misalnya;  pisang  goreng,  bakwan,  lemper,  lontong,
dan  sejenisnya.  4  Minuman  drink  misalnya;  cendol  dan  es  sirup Nuraini, 2006.
b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Kelebihan  makanan  jajanan  yaitu;1  Memenuhi  kebutuhan energi karena aktivitas fisik anak sekolah meningkat. 2 Pengenalan
berbagai  jenis  makanan  jajanan  dari  beberapa  daerah  akan memberikan  pengetahuan  tentang  keanekaragaman  makanan  setiap
daerah  berbeda-beda.  3  Meningkatkan  perasaan  gengsi  anak  pada teman-temanya  di  sekolah.  Sedangkan  kekurangan  dari  makanan
jajanan  adalah  bahaya  bagi  kesehatan. Makanan jajanan masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak
higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan
BTP yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan B-POM Sumarlin, 2010.
Menurut  Irianto,  DP  2007  terlalu  sering  dan  menjadikan mengonsumsi  makanan  jajanan  menjadi  kebiasaan  akan  berakibat
negatif, antara lain adalah; 1 Selera makan menurun
2 Makanan  yang  tidak  higienis  akan  menimbulkan  berbagai penyakit
3 Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak 4 Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu
terjamin 5 Pemborosan
6 Menyebabkan gangguan pada kesehatan Pada dasarnya anak belum bisa memilih makanan jajanan yang
baik  dan  sehat,  karena  mereka  hanya  mengutamakan  rasa  enak  dan
tertarik  pada  kemasannya.  Berdasarkan  hasil uji  Badan  POM terhadap  berbagai  makanan  jajanan  anak  di  sekolah  dasar
menunjukkan  hasil  yang  mengkhawatirkan,  sebanyak  344  jenis makanan  jajan  39,95  tidak  memenuhi  syarat  keamanan  pangan.
Kemudian  es  sirup  atau  es  buah  48,19  dan  minuman  ringan 62,50  mengandung  bahan  berbahaya  dan  tercemar  bakteri
pathogen.  Saus  dan  sambal  61,54  dan  kerupuk    56,25  juga tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang
dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellow dan amaranth sebesar 10,45 Nuraini, 2006.
Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan Makanan B-POM menguji jajanan pada 195  sekolah  dasar  di  18
provinsi  salah  satunya  adalah  Jakarta.  Hasil  sampel  yang  diuji ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan
gorengan,  kerupuk  dan  saos  mengandung  zat  yang  berbahaya  yaitu rhodamin B Habibi, dkk. 2012. Sementara tahun 2007 Badan POM
beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil yang  diperoleh  bahwa  dari  2000  makanan  yang  disurvey  di
lingkungan sekolah 45 mengandung formalin, boraks dan pewarna testil  pada  jenis  makanan  jeli,  sirup,  kerupuk  dan  makanan  ringan
Sumarlin, 2010. Selain  jajanan  berbahaya  karena  mengandung  beberapa  zat
makanan  tambahan,  kebiasaan  jajan  juga    dapat  menurunkan  selera
makan  karena  perut  anak  selalu  kenyang  dengan  cemilan  jajanan. Anak  akan  menjadi  sulit  makan-makanan  yang  sehat  yang
disediakan  di  rumah.  Hal  ini  sejalan  dengan  hasil  penelitian  yang dilakukan  pada  anak  Sekolah  Dasar  Inpres  Laikang  Sudiang
Makassar  bahwa  ada  hubungan  yang  signifikan  antara  kebiasaan makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun. Anak-
anak  lebih  memilih  makan  jajan  yang  siap  saji  serta  disajikan  dan dijual  oleh  pedagang-pedagang  di  pinggir  jalan,  dengan  alasan
karena  tertarik  dengan  rasa,  warna,  dan  bentuk  serta  kemasan bungkusanya  yang  unik  dan  harga  yang  dapat  dijangkau  oleh  anak
usia sekolah Handayani, 2014. Hasil  penelitian  Lestari  2011  dalam  Handayani,  2014
menyatakan  bahwa  kebiasaan  jajan  yang  dilakukan  pada  anak ternyata  mempengaruhi  selera  makan  anak,  karena  anak  lebih
memilih-milih  makanan  yang  disukainya,  untuk  itu  tidak  sedikit anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.
5. Makan Bersama Keluarga
Keluarga  adalah  kumpulan  beberapa  orang  karena  terikat  oleh  satu turunan, tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan
yang  hakiki,  esensial  dan  berkehendak  bersama-sama  memperteguh gabungan  itu  untuk  memuliakan  masing-masing  anggotanya. Dari
pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  pengertian  keluarga  adalah
kelompok  sosial  terkecil  yang  terdiri  dari  beberapa  orang  yang mempunyai  ikatan  darah,  perkawinan,  dan  adopsi  secara  bersama-sama
memperteguh gabungan
untuk memuliakan
anggota-anggotanya Khomsan, 2010.
Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola makan  yang baik.  Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat
ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya karena  terbatasnya  waktu  berkumpul. Padahal,  banyak  hal  positif  yang
bisa  didapat  dengan  meluangkan  waktu  makan  bersama  keluarga. Suasana  dalam  keluarga  yang  menyenangkan  berpengaruh  pada  pola
kebiasaan  makan  anak.  Hal  ini  dapat  meningkatkan  selera  makan  dan membuat  anak  menyukai  makanan  yang  disajikan  di  rumah  Khomsan,
2010. Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang
bergizi  dan  sehat  bagi  keluarga.  Pada  penelitian  Gillman  menemukan bahwa  makan  malam  bersama  keluarga  membuat  banyak  mengonsumsi
buah  dan  sayur,  sedikit  makanan  yang  berminyak  dan  soda,  sedikit makan  yang  berlemak,  rendah  gula,  dan  banyak  serat.  Penelitian
Neumark-Sztainer  2004  juga  menemukan  hubungan  positif  antara frekuensi makan keluarga dengan asupan buah, sayuran, makanan tinggi
kalsium,  dan  hubungan  negatif  dengan  konsumsi soft  drink.  Pada  era kemajuan  seperti  saat  ini,  orang  tua  memang  telah  menjadi  orang  yang
sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh karena itu kebiasaan
makan  bersama  dalam  suatu  keluarga  akhirnya  jarang  dilakukan  karena tidak  ada  waktu  luang  untuk  berkumpul,  apalagi  makan  bersama  dalam
satu meja makan Khomsan, 2010. Menurut  Graha 2008  peran  keluarga  sangat  penting  bagi  anak
sekolah,  bahkan  pada  pemilihan  bahan  makanan.  Makan  bersama keluarga  dengan  suasana  yang  akrab  akan  meningkatkan  selera  makan
yang  akhirnya  anak-anak  akan  menyenangi  makanan  yang  disajikan  di rumah,  makanan  sehat,  bergizi,  bermanfaat  bagi  pertumbuhannya  dan
bebas  dari  kandungan  makanan  yang  berbahaya.  Pada  dasarnya  anak- anak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi
pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua harus  lebih  pintar  dalam  mencari  cara  menjaga  selera  makan  pada  anak
agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi Judarwanto, 2010.
6. Konsumsi  Suplemen Penambah Selera Makan
Menurut  Mason  1994  suplemen  merupakan  suatu  produk  yang berisi  zat  gizi  dan  lainnya  yang  diyakini  konsumen  bahwa  produk
tersebut  mempunyai  efek  yang  menguntungkan  bagi  kesehatan  mereka. Firna 2009 mengungkapkan bahwa suplemen makanan adalah makanan
yang  mengandung  zat-zat  gizi  dan  non  gizi,  bisa  dalam  bentuk  kapsul, kapsul lunak, tablet bubuk atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima.
Sedangkan,  suplemen  penambah  selera  makan  adalah  suplernen yang  berfungsi  untuk  meningkatkan  metabolisme,  menekan  atau
menghambat  asam  lambung  dan  merangsang  sekresi  makanan  sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera
makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin Handayani, 2002.
Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein.  Zink membantu  mengaktivasi  area  otak  yang  menerima  dan  memproses
informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor
bau  dan  perasa,  kadar  zink  dalam  plasma  juga  diketahui  mempengaruhi selera  makan  dan  sensasi  rasa  makanan.  Hal  ini  dibuktikan  dengan
penelitian  Xuan,  N.X. et  al 1996  di  Vietnam  yang  menyatakan  bahwa efek  pemberian  suplementasi  zink  kemungkinan  meningkatkan  selera
makan  pada  anak.  Kemudian  diperkuat  oleh  hasil  penelitian  Pintautami 2011 bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat
meningkat selera makan pada anak sekolah dasar. Curcumin  adalah  salah  satu  bahan  aktif  yang  terkandung  dari
tanaman  temulawak Curcuma  xanthorrhiza  Roxb dan  temu  ireng Curcuma  aerogenoceae  Roxb.  Ada  beberapa  penelitian  yang
membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang
temulawak  dan  temu  ireng  terdapat  minyak  atsiri  yang  diduga meningkatkan selera makan Awalin,1996. Minyak atsiri memiliki sifat
koleretik  yang  mempercepat  sekresi  empedu  sehingga  mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang
kemudian  akan  mensekresi  berbagai  hormon  yang  meregulasi peningkatan selera makan Ozaki dan Liang, 1988.
Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung
curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan relaksasi  usus  pada  saluran  pencernaan  serta  absorbsi  bahan  makanan
dengan  cara  meningkatkan  kerja  lambung  sehingga  perut  terasa  kosong dan  selanjutnya  akan  mengirim  sinyal  ke  otak  dan  pada  akhirnya  akan
menimbulkan  keinginan  untuk  makan  atau  selera  makan.  Kemudian  zat pahit  carpaine atau alkaloida pahit  yang  dapat  merangsang  lambung
anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan  timbul selera makannya Handayani, 2002.
Hal  ini  dibuktikan  dengan  penelitian  Ni’amah  2010  yang melakukan ekperimen ekstrak temu ireng Curcuma Aerogenoceae.Roxb
sedangkan  penelitian  Awalin  1996  menggunakan  temu  lawak Curcuma  xanthorrhiza  Roxb  yang  keduanya  menggunakan  tikus  putis
sebagai  hewan  uji.  Hasil  penelitianya  adalah  adanya  peningkatan  selera makan  dan  bertambahnya  berat  badan  pada  tikus  setelah  diberi ekstrak
temu ireng maupun temulawak.
Pada  dasarnya  suplemen  tidak  dianjurkan  untuk  anak-anak  dalam masa  pertumbuhan.  Karena  mereka  cukup  memperoleh  zat-zat  gizi
melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka dosis  harus  diperhatikan. Hal  ini  yang  sering  diabaikan  oleh  orang  tua
semata-mata  karena  ingin  meningkatkan  selera  makan  anak.  Padahal suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga
vitalitas bagi anak,  yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko gangguan  pertumbuhan,  anak  dalam  kondisi  sakit  atau  sedang  dalam
masa  pemulihan.  Ketika  anak  sedang  sakit  maka  anak  cenderung  tidak selera  makan  yang  mengakibatkan  asupan  gizinya  berkurang  sedangkan
tubuhnya  memerlukan  lebih  banyak  zat  gizi  dari  biasanya.  Selain  itu, anak  yang  baru  sembuh  dari  sakit  juga  perlu  diberi  suplemen.  Namun
bila  kondisi  kesehatan  anak  semakin  membaik,  pemberian  suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan Ali, 2008.
Pada kenyataan, banyak orang tua terutarna ibu sering mengalami kesulitan  dalam  memberi  makan  pada  anak-anak  sesuai  dengan
seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu
untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa berkonsultasi  terlebih  dahulu  kepada  dokter  atau  ahli  gizi  dan  petugas
kesehatan Firna, 2009. Hasil  penelitian  Leiliana  2008  mengungkapkan bahwa  sebanyak
10,3  ibu  memberikan  suplemen  makanan  pada  anak  dengan  alasan
menambah  selera  makan  anaknya  dan penelitian  Firna  2009  yang dilakukan di Sekolah Dasar  Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4
ibu  memberikan  suplemen  kepada  anaknya  dan  32,6  dengan  alasan untuk menambah selera makan.
Yu, et al 1997 hasil penelitianya menunjukkan hasil bahwa selera makan  yang  buruk  mempunyai  hubungan  yang  bermakna  dengan
konsumsi  suplemen.  Dan penelitian  di  Sekolah  Dasar  Negeri  Tileng  I yang  terletak  di  Kecamatan  Girisubo  Kabupaten  Gunung  Kidul  bahwa
anak  yang  diberi  suplementasi  zink  selama  14  hari  meningkat  selera makannya dari sebelum diberi suplemen zink Pintautami, 2011.
C. Kerangka Teori
Berdasarkan  teori  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya,  faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood
2001 mengatakan  faktor  metabolik  hormon  dan Sudjatmoko  2011 mengatakan faktor farmakologik obat-obatan. Graha 2008 mengatakan
variasi  makan, dan  makan  bersama  keluarga. Irianto  2007 mengatakan frekuensi  mengonsumsi  jajanan dan Yu, et  al 1997  mengatakan  bahwa
konsumsi  suplemen  penambah  selera  makan.  Sehingga  penggabungan teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut:
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Sumber; Adaptasi Sherwood 2001, Sudjatmoko 2011, Graha 2008, Irianto 2007, dan Yu, et al 1997
Faktor Metabolik: Hormon
Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Makan Bersama Keluarga
Variasi Makan
Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Selera Makan Faktor Farmakologik:
Obat-obtan
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Pada  penelitian  ini yang  diteliti  adalah; selera  makan  di  rumah sebagai  faktor dependen,  sedangkan  faktor  independen  adalah;
frekuensi  mengonsumsi  jajanan, makan  bersama  keluarga, dan konsumsi  suplemen  penambah  selera  makan,  karena  beberapa faktor
tersebut dapat mempengaruhi selera makan. Adapun kerangka konsep penelitian dapat di lihat pada bagan 3.1 dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Selera Makan
di Rumah
Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Makan Bersama Keluarga
Beberapa variabel tersebut diteliti karena:
1. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Semakin sering
mengonsumsi jajanan
juga dapat
menurunkan  selera  makan  karena  perut  anak  selalu  kenyang dengan  cemilan  jajanan.  Sehingga  pada  waktu  makan  anak  sudah
merasa kenyang yang dapat menyebabkan anak tidak selera makan makanan yang disajikan di rumah.
2. Makan bersama Keluarga
Suasana  dalam  keluarga  yang  menyenangkan  berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Makan bersama keluarga dengan
suasana  yang  akrab  akan  meningkatkan  selera  makan  yang akhirnya  anak-anak  akan  menyenangi  makanan  yang  disajikan  di
rumah.
3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Suplemen penambah selera makan pada umumnya memilki kandungan  utama  diantaranya  adalah  zink  dan curcumin. Zink
membantu  mengaktivasi  area  otak  hipotalamus  yang  menerima dan  memproses  informasi  yang  berasal dari  reseptor  bau  dan
perasa,  hal  ini  penting  untuk  menstimulasi  selera  makan. Sedangkan curcumin terdapat  minyak  atsiri  memiliki  sifat
koleretik yang
mempercepat sekresi
empedu sehingga
mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi
lemak  di  usus  yang  kemudian  akan  mensekresi  berbagai  hormon yang meregulasi peningkatan selera makan.
Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah sebagai berikut:
1. Faktor Metabolik Hormon
Faktor  metabolik  hormon  tidak  dilakukan  pengukuran karena  tidak  mendapatkan  izin  dari  kepala  sekolah  melakukan  uji
pengaruh  hormon  dengan  pengambilan  darah  untuk  melihat perubahan selera makan pada anak.
2. Faktor Farmakologik Obat-obatan
Faktor farmakologik obat-obatan tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki kebiasaan mengkonsumsi
obat-obatan anti obesitas. Sehingga tidak ditemukan masalah pada faktor  tersebut  dan  jawaban  responden  pada  faktor  ini  dianggap
homogen.
4. Variasi Makan
Faktor  variasi  makan  tidak  diteliti  karena kuesioner  yang digunakan  tidak  valid  dan  banyak  yang  bias  sehingga
mengakibatkan data yang tidak valid.
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Nama
Variabel Definisi
Operasional Cara
Ukur Alat
Ukur Hasil
Ukur
Skala
Variabel Dependen
1
Selera makan di
rumah Ketertarikan  anak
untuk makan
berdasarkan makanan
yang disediakan
di rumah setiap hari
Mengisi kuesioner
Kuesioner Children’s
Eating Behaviour
Questionn aire
CEBQ
0. Selera  makan  rendah  jika score
respon terhadap
makanan  dan  emosi  yang meningkatkan
selera makan
dari score
kenikmatan  saat  makan dan
emosi yang
menurunkan selera
makan 1. Selera  makan  tinggi  jika
score respon
terhadap makanan  dan  emosi  yang
meningkatkan selera
makan ≥
dari score
kenikmatan  saat  makan dan
emosi yang
menurunkan selera
makan Pintautami, 2011
Ordinal
Variabel Independen
2
Frekuensi Mengonsum
si Jajanan Frekuensi
mengonsumsi pangan
jajanan mie,
gorengan, chiky,
makanan kemasan,  es,  sirup,
minuman kaleng,
dan sebagainya
yang dijual
disekitar rumah,
sekolah dan tempat lainya
dalam seminggu
Mengisi kuesioner
Kuesioner 0. Sering
jika ≥5xminggu
1. Jarang jika
5xminggu Yuliastuti 2011
Ordinal
No Nama
Variabel Definisi
Operasional Cara
Ukur Alat
Ukur Hasil
Ukur
Skala
3 Makan
bersama Keluarga
Makan bersama
keluarga ayah
ibu  kakak  adik atau
anggota keluarga
lain dengan  waktu  dan
tempat  yang  sama selama seminggu
Mengisi kuesioner
Kuesioner 0. Tidak  rutin  jika  14x
makan  bersama  dalam seminggu
1. Rutin jika ≥14x makan bersama
dalam seminggu
Sofyani, 2011 Ordinal
4
Konsumsi Suplemen
Penambah Selera
Makan Menggunakan  dan
mengonsumsi suplemen
penambah
selera makan
dalam seminggu terakhir
Mengisi kuesioner
Kuesioner 0. Ya
jika dalam
seminggu terakhir
mengonsumsi suplemen penambah
selera makan
1. Tidak jika
dalam seminggu
terakhir. tidak
mengonsumsi suplemen
penambah selera makan
Firna, 2009 Ordinal
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada  hubungan antara  frekuensi mengonsumsi  jajanan  dengan  selera
makan  di  rumah  pada  siswasiswi  kelas IV  Madrasah  Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
2. Ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di
rumah  pada  siswasiswi  kelas IV  Madrasah  Ibtidaiyah  Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
3. Ada  hubungan antara  konsumsi  suplemen  penambah  selera  makan
dengan  selera makan  di  rumah  pada  siswasiswi  kelas IV  Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian  ini  merupakan  jenis  penelitian  epidemiologi  analitik kuantitatif  dengan  desain cross  sectional  study, dimana  pengumpulan  data
dan  pengukuran  variabel  independen  dengan  variabel  dependen  dilakukan pada  waktu  yang  bersama  untuk  mengetahui
faktor-faktor  yang berhubungan  dengan  selera  makan  di  rumah  pada  siswasiswi  kelas  IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Madrasah  Ibtidaiyah  Pembangunan  UIN Jakarta  dan  waktu  pelaksanaan  penelitian  ini  pada  bulan Maret-Agustus
tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  semua  siswasiswi  kelas  IV Madrasah  Ibtidaiyah  Pembangunan  UIN  Jakarta  yang  berjumlah  102
orang. Alasan dipilihnya siswasiswi kelas  IV sebagai sampel penelitian
adalah karena siswa usia kelas IV termasuk dalam tingkatan kelas tinggi, dimana  mereka  dapat  memahami,  menjawab  pertanyaan  pada  kuesioner
dengan  baik  dan  dapat  diajak  kerjasama  dalam  pengumpulan  data. Namun saat pengisian kuesioner tetap didampingi oleh peneliti.
2. Sampel
Sampel  pada  penelitian  ini  adalah  siswasiswi  yang  terdaftar sebagai siswasiswi kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta  tahun  2015.  Perhitungan  jumlah  sampel  menggunakan  rumus Lemeshow et al 1990 sebagai berikut;
Keterangan: n
= Besar sampel minimal yang dibutuhkan N
= Besar populasi 102 siswasiswi kelas IV Z
2
1-
α2
= Tingkat kepercayaan 95 = 1,96 P
= Perkiraan proporsi 50 = 0,50 d
= Limit dari error 5 = 0,05 Z
2 1-a2 P 1-p N
d
2
N-1 + Z
2 1-a2
P1-P n =
Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut;
Berdasarkan  hasil  perhitungan,  didapat  jumlah  sampel  minimal yang  diambil  sebanyak  88  responden.  Namun  untuk  mengantisipasi
adanya  faktor-faktor  yang  tidak  diinginkan  yang  dapat  menghilangkan sampel, maka teknik pengambilan sampel menggunakan total sampeling
seluruh populasi menjadi sampel yakni sebanyak 102 siswasiswi yang merupakan  kelas  IV  yang  tercatat  sebagai  peserta  didik  di  Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun ajaran 20142015.
D. Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer  merupakan  data  yang  diperoleh  dengan  pengukuran  langsung.  Data
primer  dalam  penelitian  ini  dengan  memberikan  kuesioner  kepada siswasiswi  kelas  IV  Madrasah  Ibtidaiyah  Pembangunan  UIN  Jakarta
mengenai selera makan di rumah, frekuensi mengonsumsi makanan jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan.
1,96
2 1-a2
0,50 1-0,50102 0,05
2
102-1 + 1,96
2
0,501-0,50 n =
n = 88 responden