atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan berlebihan Meutia, 2005.
Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka
panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi
neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan. Pengaturan jangka pendek merupakan pengaturan yang dapat
menyebabkan seseorang
ketika makan
merasa kenyang
dan menghentikan aktivitas tersebut Meutia, 2005.
Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi
tersebut diterima secara langsung melalui saraf eferen maupun tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang
sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian diproses menghasilkan
output respon perubahan perilaku yaitu perubahan selera makan Meutia, 2005.
4. Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah
Usia sekolah adalah masa yang penting untuk pertumbuhan, mereka banyak membutuhkan zat gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan
kesehatan. Anak akan memperoleh makanan bergizi dan seimbang yang tepat bila kebutuhan zat gizi yang diperoleh tubuh terpenuhi oleh
makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan
sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera
makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus Chairinniza,
2008. Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama
menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan kesehatan Judarwanto, 2010. Adapun gejala yang timbul tergantung
dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum
susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein KEP, dan gangguan pertumbuhan
Sunarjo, 2013.
a. Kurang Energi Protein
Kurang Energi Protein KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi AKG, dan biasanya
juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara
teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat
dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis KEK.
b. Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan Manampiring, 2008.
Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel
darah merah akibat kurang kadar besi dalam darah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia
yang diderita. Batasan normal kadar hemoglobin berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan kriteria WHO 2001 adalah; anak sekolah
usia 5–11 tahun dengan Hb 11,5 grdl sedangkan untuk laki-laki dan perempuan usia 12–14 tahun dengan Hb 12,0 grdl Manampiring,
2008.
Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak
kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi
makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk,
kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan
dengan Intelligence Quotient IQ yang rendah karena berhubungan erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap
kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi Devi, 2012.
c. Gangguan Pertumbuhan
Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.
Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah
diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental yang mengacu pada skill anak Sunarjo, 2013.
Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu: kebutuhan fisik dan mental anak. Fisik dan mental merupakan
sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan. Makanan yang kaya
akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ- organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan
yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus memperhatikan asupan gizi anaknya Sunarjo, 2013.
5. Penilaian Selera Makan
a. Appetite Dietary Assessment Tool ADAT
Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al 1996. Instrument ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang
sudah divalidasi. Bossola et al 2005 menggunakan instrument ini dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda?
how would you rate your appetite?” dengan menyediakan pilihan jawaban “sangat baik baik sedang buruk sangat buruk very good
good fair poor very poor”. Namun instrument ini digunakan untuk menilai selera makan pada orang yang sedang sakit pasien. Selain itu
instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa
kenyang dan rasa lapar Zabel, 2009.
b. Visual Analog Scale VAS
Metode ini dikembangkan oleh Silverstone dan Stunkard 1968. VAS umumnya digunakan pada penelitian tentang obesitas untuk
mengukur sensasi selera makan. Pertanyaan yang diajukan adalah
“seberapa besar anda merasa lapar? How hungry do you feel?”. pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan
skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm 10 mm, angka 0 menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna
“sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar
yang dirasakan saat itu Zabel, 2009. Ada beberapa peneliti mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis
dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam
menggunakan instrument ini cukup menyulitkan responden.
Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis
diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan manual ke dalam komputer Zabel, 2009.
c. Motivation to Eat Quessionnaire MEQ
Anderson et al 2002 mengembangkan instrument selera makan dengan Motivation to Eat Questionnaire MEQ. Skor selera makan
diukur dengan cara meminta subyek mengekspresikan perasaan lapar kenyangnya. Caranya adalah meminta subyek memberi tanda pada
suatu garis rentang skala selera makan. Adapun pertanyaan pada kuesioner tersebut terdiri atas tiga macam, pilihan yaitu;
1 Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat ini?
Sangat lemah ----------------------- sangat kuat 2 Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini?
Sama sekali tidak lapar --------------sangat lapar 3 Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda
habiskan? Tidak ada sama sekali ----------------- banyak sekali
Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 sangat lemah, sama sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali sampai dengan 100
sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali. Adapun rumus mendapatkan skor selera makan sebagai berikut:
Motivation to Eat Quessionaire MEQ terlebih dulu diuji validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan
Siagian dkk, 2010.
d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire CEBQ
Wardle J 2001 membuat parameter perilaku makan pada anak dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire CEBQ yang
terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah: Skor selera makan =
Keinginan makan + lapar + konsumsi prospektif 3
1 Respon terhadap makanan 2 Kenikmatan saat makan
3 Emosi yang meningkatkan selera makan 4 Emosi yang menurunkan selera makan
5 Rewel saat makan 6 Makan dengan waktu yang lama
7 Sifat pilih-pilih terhadap makanan 8 Keinginan untuk minum
Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih memperinci penilaian. Menurut Wardle J 2001 memperbolehkan
menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire CEBQ terdapat 17 pertanyaan yang terbagi
menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4
pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan.
Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup; “tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”.
Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor 0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor
2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’, dan skor 4 untuk jawaban ‘Selalu’. Instrument ini lebih mudah untuk
digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk mengukur selera makan pada anak.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah
Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood 2001 menjelaskan bahwa faktor metabolik hormon. Sudjatmoko 2011
menjelaskan bahwa faktor farmakologik obat-obatan dapat mempengaruhi selera makan. Graha 2008 mengatakan bahwa variasi makan, makan
bersama keluarga dan Irianto 2007 mengatakan bahwa mengonsumsi jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al
1997 mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya.
Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut;
1. Faktor Metabolik: Hormon
Hormon berasal
dari bahasa
Yunani: “horman”
yang menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar
kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain
dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon.
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam pengaturan perilaku makan dan selera makan. Kerusakan daerah
ventrolateral hipotalamus akan mengakibatkan selera makan yang meningkat, sedangkan lesi pada daerah lateral hipotalamus akan
Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah sebagai berikut ini;
a. Kadar Leptin
Friendman 1994 seorang professor di Universitas New York menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid
merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic
yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya
yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan neuropeptide kemudian mengatur selera makan Sari, 2007.
Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus
ventromedial yang merupakan pusat kenyang.
Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y NPY dan stimulasi
terhadap proopiomelanocortin
POMC dan
Cocaine-and amphetamine-regulated transcript CART di nucleus arkuatus
hipotalamus Meiutia, 2005. Adapun mekanisme umpan balik antara leptin dan NPY,
menurunkan simpanan lemak akan menyebabkan penurunan kadar leptin dalam seirkulasi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut ini;
ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y NPY
Agouti related
peptide AgRP.
Kemudian Date
2002 memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin
memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari lambung Meuitia, 2005.
c. Sekresi Kolesistokinin CCK
Bear dkk 2001 mengungkapkan bahwa kolesistokinin CCK merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari
mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan
ke nucleus traktus solitaries
melalui saraf eferen n.vagus. perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan
discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal kenyang di nukleus traktus solitarius NTS. CCK juga diketahui
menyebabkan meningkatnya pelepasan serotonin 5-HT di hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan
Meuitia, 2005. Nucleus arkuatus hipotalamus menerima sinyal leptin dan
insulin yang mempengaruhi neuro NPYAgRP dan neuron
POMCCART. a-MSH dari POMC mengaktifkan reseptor MC4R di neuron orde kedua, yang dapat menimbulkan efek peningkatan selera
indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor pada nuleus arkuata di hipotalamus Schwartz, 2006.
Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk 2001 menyatakan bahwa rasa kenyang timbul oleh peningkatan
penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari
saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa
oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y NPY
Agouti related peptide AgRP dan menstimulasi neuron
proopiomelanocortin POMC. Kemudian adanya insulin akan menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa
darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron Neuropeptida Y NPY di nucleus arkuatus dan menyebabkan
keinginan untuk makan Meutia, 2005.
e. Sekresi NeuropeptidaY NPY
Nuropeptida Y adalah peptide yang mengandung 36 asam amino, dan kaya akan residu tirosin. Termasuk keluarga polipeptida
pankreas, yang homolog dengan pancreatic polypeptide PP dan peptide YY. Neuropeptida Y berperan dalam pengaturan perilaku
makan dengan meningkatkan selera makan. Pengaturan ini melalui
mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin.
Neuropeptida NPY menyebabkan peningkatan selera makan dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone
MCH dan orexin yang berada dipusat makan area hipotalamus lateral. Akson dari melanin-concentrating hormone MCH dan
orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku yaitu peningkatan selera makan Meutia, 2005.
f. Hormon Pertumbuhan
Human Growth Hormone HGH
Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone HGH adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang
disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior, yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih
anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25 tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh
jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal, mengaktifkan fungsi detoksifikasi pembuangan racun dalam tubuh dan lain sebagainya.
Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan
dwarfisme, sedang
kelebihan hormon
ini menyebabkan