Selera Makan 1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015

atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan berlebihan Meutia, 2005. Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan. Pengaturan jangka pendek merupakan pengaturan yang dapat menyebabkan seseorang ketika makan merasa kenyang dan menghentikan aktivitas tersebut Meutia, 2005. Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi tersebut diterima secara langsung melalui saraf eferen maupun tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian diproses menghasilkan output respon perubahan perilaku yaitu perubahan selera makan Meutia, 2005.

4. Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah

Usia sekolah adalah masa yang penting untuk pertumbuhan, mereka banyak membutuhkan zat gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan kesehatan. Anak akan memperoleh makanan bergizi dan seimbang yang tepat bila kebutuhan zat gizi yang diperoleh tubuh terpenuhi oleh makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus Chairinniza, 2008. Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan kesehatan Judarwanto, 2010. Adapun gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein KEP, dan gangguan pertumbuhan Sunarjo, 2013.

a. Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi AKG, dan biasanya juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis KEK.

b. Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan Manampiring, 2008. Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurang kadar besi dalam darah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita. Batasan normal kadar hemoglobin berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan kriteria WHO 2001 adalah; anak sekolah usia 5–11 tahun dengan Hb 11,5 grdl sedangkan untuk laki-laki dan perempuan usia 12–14 tahun dengan Hb 12,0 grdl Manampiring, 2008. Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk, kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan dengan Intelligence Quotient IQ yang rendah karena berhubungan erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi Devi, 2012.

c. Gangguan Pertumbuhan

Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental yang mengacu pada skill anak Sunarjo, 2013. Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu: kebutuhan fisik dan mental anak. Fisik dan mental merupakan sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan. Makanan yang kaya akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ- organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus memperhatikan asupan gizi anaknya Sunarjo, 2013.

5. Penilaian Selera Makan

a. Appetite Dietary Assessment Tool ADAT

Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al 1996. Instrument ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang sudah divalidasi. Bossola et al 2005 menggunakan instrument ini dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda? how would you rate your appetite?” dengan menyediakan pilihan jawaban “sangat baik baik sedang buruk sangat buruk very good good fair poor very poor”. Namun instrument ini digunakan untuk menilai selera makan pada orang yang sedang sakit pasien. Selain itu instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa kenyang dan rasa lapar Zabel, 2009.

b. Visual Analog Scale VAS

Metode ini dikembangkan oleh Silverstone dan Stunkard 1968. VAS umumnya digunakan pada penelitian tentang obesitas untuk mengukur sensasi selera makan. Pertanyaan yang diajukan adalah “seberapa besar anda merasa lapar? How hungry do you feel?”. pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm 10 mm, angka 0 menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna “sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar yang dirasakan saat itu Zabel, 2009. Ada beberapa peneliti mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam menggunakan instrument ini cukup menyulitkan responden. Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan manual ke dalam komputer Zabel, 2009.

c. Motivation to Eat Quessionnaire MEQ

Anderson et al 2002 mengembangkan instrument selera makan dengan Motivation to Eat Questionnaire MEQ. Skor selera makan diukur dengan cara meminta subyek mengekspresikan perasaan lapar kenyangnya. Caranya adalah meminta subyek memberi tanda pada suatu garis rentang skala selera makan. Adapun pertanyaan pada kuesioner tersebut terdiri atas tiga macam, pilihan yaitu; 1 Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat ini? Sangat lemah ----------------------- sangat kuat 2 Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini? Sama sekali tidak lapar --------------sangat lapar 3 Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda habiskan? Tidak ada sama sekali ----------------- banyak sekali Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 sangat lemah, sama sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali sampai dengan 100 sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali. Adapun rumus mendapatkan skor selera makan sebagai berikut: Motivation to Eat Quessionaire MEQ terlebih dulu diuji validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan Siagian dkk, 2010.

d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire CEBQ

Wardle J 2001 membuat parameter perilaku makan pada anak dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire CEBQ yang terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah: Skor selera makan = Keinginan makan + lapar + konsumsi prospektif 3 1 Respon terhadap makanan 2 Kenikmatan saat makan 3 Emosi yang meningkatkan selera makan 4 Emosi yang menurunkan selera makan 5 Rewel saat makan 6 Makan dengan waktu yang lama 7 Sifat pilih-pilih terhadap makanan 8 Keinginan untuk minum Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih memperinci penilaian. Menurut Wardle J 2001 memperbolehkan menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire CEBQ terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan. Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup; “tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”. Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor 0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor 2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’, dan skor 4 untuk jawaban ‘Selalu’. Instrument ini lebih mudah untuk digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk mengukur selera makan pada anak.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah

Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood 2001 menjelaskan bahwa faktor metabolik hormon. Sudjatmoko 2011 menjelaskan bahwa faktor farmakologik obat-obatan dapat mempengaruhi selera makan. Graha 2008 mengatakan bahwa variasi makan, makan bersama keluarga dan Irianto 2007 mengatakan bahwa mengonsumsi jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al 1997 mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya. Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut;

1. Faktor Metabolik: Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani: “horman” yang menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam pengaturan perilaku makan dan selera makan. Kerusakan daerah ventrolateral hipotalamus akan mengakibatkan selera makan yang meningkat, sedangkan lesi pada daerah lateral hipotalamus akan Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah sebagai berikut ini;

a. Kadar Leptin

Friendman 1994 seorang professor di Universitas New York menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan neuropeptide kemudian mengatur selera makan Sari, 2007. Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus ventromedial yang merupakan pusat kenyang. Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y NPY dan stimulasi terhadap proopiomelanocortin POMC dan Cocaine-and amphetamine-regulated transcript CART di nucleus arkuatus hipotalamus Meiutia, 2005. Adapun mekanisme umpan balik antara leptin dan NPY, menurunkan simpanan lemak akan menyebabkan penurunan kadar leptin dalam seirkulasi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut ini; ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y NPY Agouti related peptide AgRP. Kemudian Date 2002 memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari lambung Meuitia, 2005.

c. Sekresi Kolesistokinin CCK

Bear dkk 2001 mengungkapkan bahwa kolesistokinin CCK merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan ke nucleus traktus solitaries melalui saraf eferen n.vagus. perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal kenyang di nukleus traktus solitarius NTS. CCK juga diketahui menyebabkan meningkatnya pelepasan serotonin 5-HT di hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan Meuitia, 2005. Nucleus arkuatus hipotalamus menerima sinyal leptin dan insulin yang mempengaruhi neuro NPYAgRP dan neuron POMCCART. a-MSH dari POMC mengaktifkan reseptor MC4R di neuron orde kedua, yang dapat menimbulkan efek peningkatan selera indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor pada nuleus arkuata di hipotalamus Schwartz, 2006. Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk 2001 menyatakan bahwa rasa kenyang timbul oleh peningkatan penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y NPY Agouti related peptide AgRP dan menstimulasi neuron proopiomelanocortin POMC. Kemudian adanya insulin akan menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron Neuropeptida Y NPY di nucleus arkuatus dan menyebabkan keinginan untuk makan Meutia, 2005.

e. Sekresi NeuropeptidaY NPY

Nuropeptida Y adalah peptide yang mengandung 36 asam amino, dan kaya akan residu tirosin. Termasuk keluarga polipeptida pankreas, yang homolog dengan pancreatic polypeptide PP dan peptide YY. Neuropeptida Y berperan dalam pengaturan perilaku makan dengan meningkatkan selera makan. Pengaturan ini melalui mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin. Neuropeptida NPY menyebabkan peningkatan selera makan dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone MCH dan orexin yang berada dipusat makan area hipotalamus lateral. Akson dari melanin-concentrating hormone MCH dan orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku yaitu peningkatan selera makan Meutia, 2005.

f. Hormon Pertumbuhan

Human Growth Hormone HGH Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone HGH adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior, yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25 tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal, mengaktifkan fungsi detoksifikasi pembuangan racun dalam tubuh dan lain sebagainya. Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan dwarfisme, sedang kelebihan hormon ini menyebabkan