Kerangka Pemikiran PELAKSANAAN PELAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA DI KOTA METRO TAHUN AJARAN 2012/2013

C. Kerangka Pemikiran

Konselor sekolah adalah penyelenggara kegiatan BK di sekolah yang secara resmi digunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan menyatakan “konselor adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 menyatakan “konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah” yang sebelumnya menggunakan istilah petugas BP, guru BPBK dan guru pembimbing. Pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling adalah konselor dan terdapat pelaksana pendukung pelayanan bimbingan dan konseling yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf administrasi. Namun perlu dipertegas bahwa konselor sekolah merupakan pelaksana utama sehingga disebut sebagai ujung tombak. Jadi dapat dipahami bahwa baik atau tidaknya penyelengaraan bimbingan konseling sebagian besar dipengaruhi oleh konselor sebagai tenaga utama pelaksana. Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan yaitu peserta didik. Dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara optimal maka pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan baik. Konselor harus mampu melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan kompetensi yang dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sehingga akan membantu peserta didik untuk menjadi peserta didik yang mandiri dan tentu saja membantu dalam proses pendidikan. Sesuai dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada seluruh peserta didik. Berbagai jenis layanan perlu dirinci menjadi satuan-satuan kegiatan layanan yang masing-masing diuraikan dan dipersiapkan dengan matang sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagai sasaran. Dalam penyelenggaraan setiap layanan guru pembimbing perlu memperhatikan dan menerapkan prosedur dan teknik masing-masing layanan secara tepat, asas-asas bimbingan dan konseling, dan kerjasama dengan pihak di dalam dan di luar sekolah. Untuk dapat menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Guru pembimbing wajib mengembangkan pemahaman, prosedur dan teknik masing-masing layanan itu melalui pendidikan prajabatan tenaga bimbingan dan konseling serta kegiatan pengembangan lainnya yang diprogramkan secara tepat. Demikian juga asas-asas dan kode etik perlu dihayati dan dilaksanakan diterapkan setepat-tepatnya. Asas-asas dan kode etik merupakan jiwa dari setiap layanan. Apabila asas dan kode etik bimbingan tidak terselenggara dengan baik, dikhawatirkan layanan yang diberikan akan merugikan pada upaya pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas- tugas perkembangan yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Menurut Depdiknas dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal Naskah Akademik ABKIN: 2007 tujuan pelayanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar: 1 memiliki kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama, 2 mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, 3 mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan 4 mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Dengan tujuan di atas diharapkan pelaksanaan pelayanan dasar lebih terfokus untuk mencapai tujuan tersebut sehingga dapat membantu konseli dalam menyelesaikan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya sebagai standar kompetensi kemandirian. Dengan adanya fokus pengembangan yang mencakup standar kompetensi kemandirian maka pelaksanaan pelayanan dasar menjadi mudah dan terfokus sehingga diharapkan guru pembimbing mampu melaksanakan pelayanan dasar dengan optimal. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas yaitu pada SMA yang tersebar di kota Metro. Dengan mengetahui pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling maka dapat dilihat sejauh mana pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling ini berjalan dan layanan yang diberikan nantinya menjadi lebih baik sesuai dengan prosedur dan teknik masing-masing layanan serta memperhatikan asas-asas dan kode etik serta akan mengetahui pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling yang diberikan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Layanan Bimbingan dan Konseling