Paradigma Bimbingan dan Konseling

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial. Kebutuhan utama pada masa ini bersifat psikologis, seperti mendapat perhatian tanpa pamrih negatif apapun, mendapat pengakuan terhadap keunikan pikiran dan perasan mereka, menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari perlindungan keluarga. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam masa ini adalah rasa tanggung jawab, persiapan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita, perencanaan masa depan sesuai dengan bidang studi dan pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan nyata dalam masyarakat. Menurut Winkel dan Hastuti 2007: 148 bimbingan kelompok maupun individual diterapkan secara seimbang. Agar pelayanan sampai pada semua siswa, sebagian besar kegiatan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan kelompok. Namun, jika siswa remaja sangat peka dalam hal-hal yang dianggap pribadi maka kesempatan untuk konseling sewaktu-waktu harus tersedia.

4. Paradigma Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dkk 2004: 9 bimbingan dan konseling merupakan keahlian pelayanan dengan paradigma layanan bantuan yang dapat bersifat pedagogis, psikologis dan religiusspiritual. Dengan paradigma atau contoh perubahan pelayanan bimbingan dan konseling mengacu pada upaya pendidikan dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis dan religiusspiritual individu yang dilayani dan unsur budayaetnis yang melatar belakangi individu sebagai peserta didiksiswa. a. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat Pedagogis Materi layanan bimbingan dan konseling dikemas dengan memperhatikan perkembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni. Dari sudut pandang pedagogis atau pendidikan, bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari pendidikan, yaitu tujuan pendidikan adalah juga menjadi tujuan bimbingan dan konseling. Landasan, fungsi, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling harus sejalan dengan konsep pendidikan. Dari pendekatan pedagogis, siswa tidak hanya belajar melakukan latihan dan belajar melalui pengajaran, juga belajar menjadi learning to be, mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin, dan mengembangkan diri menjadi manusia seutuhnya serta menyentuh hal-hal yang berurusan dengan a pengembangan hubungan interpersonal, b interpersonal, c pengembangan motivasi, d komitmen, e daya juang, f kematanganketahanlamaan adversity, g mengembangkan karier . Bimbingan dan konseling merupakan ilmu khusus, sehingga tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh para guru pembimbingkonselor dan guru mata pelajaran yang alih fungsi pada bimbingan dan konseling perlu dievalusi kembali. Menurut Kartadinata dalam Prayitno, 2004: 10 sebutan konselor secara eksplisit di dalam Undang-Undang No. 202003 tenatng Sistem Pendidikan Nasional merupakan pengakuan formal terhadap eksistensi profesi konselor sebagai tenaga pendidik lainnya seperti guru. b. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat Psikologis Pendekatan psikologis pada bimbingan dan konseling ialah pada bimbingan, yang dilakukan pada awal memasuki SMAMA, melibatkan orang tua dan guru, dan bentuk bimbingan berupa pelatihan dengan materi pengembangan dinamika kelompok, berpikir kritis dan kreatif, sedangkan pada konseling; dapat dilakukan kapan saja dengan bekerjasama dengan guru mata pelajaran, bila diperlukan kerjasama dengan pihak terkait. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan bagi siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal, sehingga guru pembimbingkonselor perlu memberikan kepada siswa hingga mampu memahami diri, mengarahkan diri, bertindak dan bersikap di dalam pengambilan keputusan dari pemecahan masalahnya. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat memahami dirinya, memahami lingkungannya dalam tata kehidupan dan mengembangkan rencana dan kemampuannya untuk mengambil keputusan tentang masa depannya. c. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat SpiritualReligius Adanya counseling spiritual yang diprogramkan secara formal dengan dasar- dasar ilmiah pada program bimbingan dan konseling bidang kesehatan mental dan penyembuhan penyakit jiwa, pelaksanaannya didasari dengan berbagai disiplin ilmu seperti kesehatan mental, psychotherapy, faith healing penyembuhan melalui keimanan dan prinsip-prinsip religio psychotherapy dijadikan pegangan dalam pendekatan keimanan. Fungsi bimbingan dan konseling sebagai fasilitator dan motivator klien dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri; fungsi pencegahan terhadap gangguan mental spiritual dan lingkungan yang menghambat proses perkembangan hidup klien, reppresifkuratif terhadap penyakit mental dan spiritual klien dengan merujuk kepada ahli psikiater, psikolog,dan sebagainya. Kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami kini, berdampak terpisahnya nilai-nilai spiritual, Charlene dalam Prayitno, 2004 : 12 menyebutkan kondisi yang seperti ini sebagai “spiritual wellness ” suatu keadaan yang tercermin dalam keterbukaan terhadap dimensi spiritual. Pada kondisi ini telah mendorong berkembangnya konseling yang berfundasikan spiritual atau religi. Karakteristik manusia mempunyai hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia dan alam semesta, bilamana kondisi hubungan terputus; diperlukan konseling.Dalam proses konseling, guru pembimbingkonselor menjalin hubungan dengan klien dan klien memperbaiki hubungannya, baik dengan tuhan, sesama manusia dan alam semesta. Berdasarkan uraian di atas dengan paradigma atau contoh perubahan pelayanan bimbingan dan konseling mengacu pada upaya pendidikan dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis dan religiusspiritual individu yang dilayani dan unsur budayaetnis yang melatar belakangi individu sebagai peserta didiksiswa. Dari sudut pandang pedagogis atau pendidikan, bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari pendidikan, yaitu tujuan pendidikan adalah juga menjadi tujuan bimbingan dan konseling. Dengan konseling spiritual maka dapat mencegah terhadap gangguan mental spiritual dan lingkungan yang menghambat proses perkembangan hidup klien, represifkuratif terhadap penyakit mental dan spiritual klien dengan merujuk kepada ahli psikiater, psikolog,dan sebagainya. Pendekatan psikologis pada bimbingan dan konseling ialah pada bimbingan, yang dilakukan pada awal memasuki SMAMA, melibatkan orang tua dan guru, dan bentuk bimbingan berupa pelatihan dengan materi pengembangan dinamika kelompok, berpikir kritis dan kreatif, sedangkan pada konseling; dapat dilakukan kapan saja dengan bekerjasama dengan guru mata pelajaran, bila diperlukan kerjasama dengan pihak terkait. Bila pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling yang bersifat pedagogis, psikologis, dan spiritual dapat berjalan dengan maka konselor akan lebih mudah dalam memahami dari masing-masing individu. Ketiga sifat tersebut dapat membantu individu dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam melakukan pelayanan tersebut tentu konselor tetap berkolaborasi dengan personel pelaksana yang lain.

5. Personil Bimbingan dan Konseling