Paradigma Bencana Pengaruh BencanaTerhadap Masyarakat

40 mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional. 18 Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain. BNPB, 2015

2.6 Paradigma Bencana

Menurut Smith ada dua konsep paradigma yang digunakan dalam penelitian bencana dari perspektif ilmu sosial, yaitu paradigm perilaku dan paradigma structural.Paradigma perilaku menekankan pada penyebab geografis dari bencana dan penggunaan teknologi untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh dampak bencana.Paradigma ini menahan bencana menjadi kejadian yang tidak sembarangan terjadi dan menenkankan pentingnya perilaku manusia mencegah bencana.Namun paradigma perilaku kurang memerhatikan keadaan sosial daerah yang dilanda bencana.Sebaliknya paradigm structural menekankan pada pengaruh struktur sosial tempat melekatnya individu dan kelompok Bolin, 1998, Smith, 2007 serta mengakui bahwa bencana adalah pengaruh alam atau masyarakat yang mengintensifkan masalah kehidupan ekonomi dan sosial sehari-hari Hutton Haque, 2004.Perspektif ini menyatakan bahwa kelompok sosial dan individu yang terpinggirkan lebih ‘beresiko’ setelah terjadinya bencana. 41 Sebuah pendekatan penting yang terdapat dalam paradigm structural adalah pendekatan kerentanan yang berfokus pada dimensi spasial dari stratifikasi sosial dan ekonomi dalam kaitannya dengan bencana Hewitt, 1998. Tierny, Bevc, dan Kuligowski 2006:109 menyatakan bahwa tiap kelompok memiliki kerentanan yang berbeda-beda dalam menghadapi bencana, tergantung pada posisi mereka dalam system stratifikasi. Pendekatan ini tidak menyangkal signifikansi dari bahaya alam sebagai peristiwa pemicu, tetapi penekanan utamanya adalah pada berbagai cara ketika system sosial beroperasi untuk menghasilkan bencana dengan membuat orang menjadi rentan Wisner,et.al., 2004. Dengan kata lain, perspektif kerentanan meneliti bencana alam sebagai fenomena sosial yang domoderatori oleh struktur sosial yang ada. Kusumasari, 2014:9-10

2.7 Pengaruh BencanaTerhadap Masyarakat

Quarantelli dalam Kusumasari, 2014:13-14 mengatakan bahwa bencana menganggu masyarakat dalam banyak cara dan sebagian besar orang terbiasa dengan statistic bencana yang berhubungan dengan jumlah orang yang tewas dan terluka, bangunan rusak dan hancur, serta nilai property yang hilang. Coppola, 2007 mengidentifikasikan konsekuensi bencana yang menggangu masyarakat dan mengurangi kualitas hidup individu dalam masyarakat dan mengurangi kualitas hidup individu dalam masyarakat.Berikut adalah rangkuman konsekuensi tersebut. a. Kurangnya kemampuan untuk bergerak atau melakukan perjalanan karena infrastruktur transportasi yang rusak dan hancur; b. Terganggunya kesempatan pendidikan karena kerusakan sekolah atau guru dan siswa yang cedera atau cacat karena adanya tekanan, seperti trauma; 42 c. Hilangnya warisan budaya, fasilitas keagamaan, dan sumber daya masyarakat; d. Hilangnya pasar dan kesempatan berdagang yang disebabkan oleh gangguan bisnis jangka pendek akibat hilangnya konsumen, pekerja, fasilitas, persediaan atau peralatan; e. Hilangnya kepercayaan investor yang mungkin berpotensi menarik kembali investasi penanaman modal mereka dan ini di kemudian hari akan menciptakan pengangguran karena pemotongan kerja dan kerusakan di tempat kerja; f. Sulitnya komunikasi karena kerusakan dan kehilangan infrastruktur; g. Adanya tunawisma yang disebabkan oleh hilangnya rumah dan harta benda; h. Kelaparan karena terputusnya rantai suplai makanan yang menyebabkan kekurangan suplai makanan dan meningkatnya harga; i. Kehilangan, kerusakan, dan pencemaran lingkungan akibat kerusakan bangunan dan infrastruktur yang rusak dan belum diperbaiki, serta deformasi dan hilangnya kualitas tanah; j. Kerusuhan public ketika respons pemerintah tidak memadai.

2.8 Manajemen Bencana