79
raskin ditentukan oleh pemerintah yang melakukannya melalui PSKS.Berbeda ketika masih ada ABRI, masyarakat ikut serta bergotong royong meskipun pada
masa tersebut belum ada program raskin tersebut. Pihak kelurahan
bekerjasama dengan orang-orang Lembaga Pemasyarakatan LP, yang 3-4 hari lagi keluar, bisa keluar dengan pengawalan
bersama-sama bergotong royong dengan kepling dan beberapa masyarakat. Jadi tidak setiap saat kita bergotong royong, ketika saya melihat sudah banyak kondisi
parit banyak kiambang, klayok, dan kangkung diadakan gotong royong. Selain itu, ada beberapa perahu karet, ada dari bantuan BPBD dan Linud, sebagai
transportasi penghubung antara seberang sana dan seberang sini ada 12 perahu, yang kita letakkan di desa pekubuan lingkungan 9, perahu di letakkan di pinggir
pasar dekat dengan dapur umum disana ada juga dibuat dapur umum, karena biasanya ketinggian air disana itu mencapai 1 meter didalam rumah, kalau
didaerah Tanjung Pura tidak ada diturunkan perahu.
b. Mitigasi Saat Terjadi Bencana Banjir
Pada saat banjir yang terjadi Januari 2015 lalu, saat itu pihat aparat kelurahan mengambil
tindakan, air dari batang serangan sempat menyeberangtanggul yang ada yaitu tanggul yang ada dijalan udang sampai
dengan dijalan jurung air itu melimpah mau masuk sampai kekota, untuk menyiasati hal tersebut masyarakat beserta aparat yang pemerintahan yang ada di
Tanjung Pura mengambil tindakan yaitu bergotong royong bersama-sama pada saat itu malam harimengisi tanah dan pasir kedalam goni untuk menimbun
tanggul-tanggul dengan karung berisi pasir, agar luapan air dari sungai wampu tidak melimpah kekota, jika tanggul sampai pecah maka dapat
80
dipastikanperekonomian Tanjung Pura akan lumpuh, yang membuka usaha akan tutup, dan masyarakat tidak bisa berbelanja lagi. Tidak seperti peristiwa banjir
yang terjadi pada tahun 1973, masyarakat tidak bisa melakukan apapun, dikota saja masyarakat naik sampan dan rakit yang terbuat dari batang pisang. Rasa
syukur dipanjatkan oleh Pak Lutfi, karena peristiwa 1973 tidak terulang lagi, meskipun banjir masih tetap saja terjadi.
Malam ketiga masyarakat ada dipengungsian gedung nasioanal, air dari sungai wampu sudah mulai meluap melalui benteng maka warga masyarakat yang
berada didaerah pinggiran tanggul diperintahkan agar mereka segera mengungsi kegedung nasional untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dengan kondisi
air yang sudah meluap, jadi dengan adanya 50 kepala keluarga kk digedung nasional langsung mendirikan dapur umum, yang bertugas didapur umum terbagi
dalam beberapa bagian, yang memasak adalah warga itu sendiri, dan petugas yang mengontrol ini ada dari BPBD termasuk dari dinas social yang mengawasi dalam
mengawasi bantuan yang diberikan kepada masyarakat.
Gambar 5.1 Gedung Nasional yang digunakan sebagai Posko Pengungsian
81
Pada saat musibah banjir datang Januari 2015, bapak gubernur Sumatera Utara Gubsu Gatot Pujonugroho berkunjung untuk meninjau ke lokasi ini dalam
dua tahap, tahap pertama Gubernur dengan ibu kapolda dan dari anggota DPR RI yang berencana melakukan pembenahan tanggul-tanggul yang ada termasuk
tanggul yang ada di Tanjung Pura, Cengal Barat, Batang Cengal. Bapak gubernur pertama kali datang langsung memberi bantuan kepada
masyarakat yang terkena musibah banjir.Ketinggian tanggul yang ada sudah mulai tipis dan lebarnya sudah mulai berkurang. Gubsu berjanji akan segera
meninggikan tanggulnya dan menurutnya bersama Bupati Langkat sudah membuat oret-oret tentang pembangunan tanggul tersebut. Gubenur Sumatera
Utara Gubsu memerintahkan agar Bupati Langkat memberikan instruksi dan kesadaran kepada masyarakat karena sebenarnya warga tidak boleh tinggal di
daerah seperti ini. Perda No.5 tahun 1995 kemudian diperkuat oleh Permendagri No. 38 tahun 2011 menyatakan bahwa masyarakat tidak boleh tinggal di dataran
sungai tapi mereka sudah tinggal cukup lama disini dan mereka secara kultur telah
82
beradaptasi dengan banjir dan memang tahun ini adalah banjir yang besar solusinya memang harus dengan meninggikan tanggul.
Selain peninggian tanggul, Gubsu juga menginstruksikan agar dilakukan pengerukan dasar sungai Batang Serangan dan Sungai Wampu. Pembangunan
tanggul sepanjang 6 KM yang melewati 3 Desa akan direncanakan pada tahun 2016. Saat ini usulan tersebut akan dimasukan ke Musrenbang 2015 dan untuk
persiapkan ditahun 2016 dengan membangun tanggul sepanjang 6 enam km yang melalui 3 tiga desa di Tanjung Pura. Hal itu, untuk mengatasi agar warga
sekitar tidak kena dampak banjir yang terjadi yang diakibatkan oleh debit Sungai Batang Serangan yang setiap tahunnya akan berubah sesuai degan hasil survey
yang dilakukan maka ketinggian air di atas tanggul 0,6 nol koma enam meter sedangkan tinggi tanggul adalah 80 delapan puluh centimeter jadi, ditotalkan 1,4
satu koma empat meter maka akan direncanakan tinggi tanggul itu 2,5 dua koma lima meter dengan lebar atas dua meter, lebar bawah 6 enam meter dan
kiri kanan tanggul akan dilapisi batu. Pada tahap kedua pak gubernur berkunjung dengan pak bupati Langkat
Ngosesa Sitepu meninjau lokasi tanggul yang akan dibenahi, dan berita mengenai hal sudah diberitan di televisi, bapak gubernur dan bapak bupati peduli
memberikan bantuan, berupa sembako, termasuk beras, gula, indomie, disamping itu juga didirikan beberapa posko banjir, kalau dikelurahan pekan ada digedung
nasional, segala bantuan khususnya di dapur umum langsung diserahkan ke dapur umum, selanjutnya bantuan juga bawa ke kantor camat untuk didistribusikan
kemasyarakat yang terkena banjir. Jumlah yang mengungsi kegedung nasional ada sekitar 50 KKkepala keluarga.
83
Pak Lutfi menjelaskan bahwa pengerukan sungai memakan proses dan waktu yang cukup panjang karena bukan dilakukan oleh pihak provinsi tapi
merupakan proyek pusat karena membutuhkan dana milyaran rupiah, tapi jika cepat ditanggapi dengan cepat melakukan pengerukan maka bisa dipastikan
Tanjung Pura bebas banjir. “Karena dahulu saya ingat sebelum saya bertugas dikelurahan Tanjung
Pura ini, ada dulu kapal keruk yang setiap saat standby untuk mengeruk sungai yang sedemikian dangkal, namun sekarang itu sudah menjadi barang rongsokan,
bahkan pelampung-pelampung itu sudah dibawa ke basecamp didesa Cempa, jadi tidak adalagi yang bisa digunakan untuk pengerukan , tinggal tindak lanjut
dari pihak pemerintah pusat untuk mengorekan berikutnya, kalo sungai memang dikeruk sebenarnya tanggul itu tak perlu ditinggikan, kalo menurut saya yang
perlu itu sungai yang didalami bukan tanggulnya yang ditinggikan tapi kalo dengan kondisi sungai sudah dangkal, mau tidak mau maka tanggul lah yang
diperlebar dan ditinggikan supaya air tidak masuk kedaerah kota”.
Penangan banjir pada hakikatnya, disalurkan melalui BPBD Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dan dinas sosial, begitu datang banjir, pihak kelurahan melapor ke kecamatan, camat melapor kekabupaten agar segera
memberikan bantuan kepada mereka. Sementara dari kelurahan, Pak Lutfi secara pribadi
melakukan kontak dengan jaringannya, melalui surat tertulismenyampaikan kepada mereka termasuk kepada PTP3, kebetulan adik pak
Lurah bekerja disana, bantuan yang datang berupa indomie, selimut, gula, artinya kebutuhan masyarakat pada saat itu terpenuhi, meskipun bantuan datang setelah
banjir berlangsung sekitar 1 minggu. Masyarakat sangat bersyukur dengan adanya bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan pihak lainnya swasta.Tidak ada
yang mnegeluh karena mereka merasa dipedulikan. Jika dilihat, seharusnya bukan tanggul yang ditinggikan dan diperlebar,
akan tetapi pengerukan sungai yang diperdalam, serta jembatan yang ada di jembatan kota, disitu dapat dilihat semacam pulau, disebabkan karena air dari
84
Batang Serangan yang mengalir dalam keadaan keruh membawa lumpur mengendap di dasar sungai, yang awalnya sampah-sampah yang tidak dapat lewat
dari kolong jembatan itu mengendap didasar sungai masuklah lumpur, jadi masuk lumpur yang datang tersebut akan terus mengendap menjadi padat sehingga
membentuk seperti pulau. Kalau sudah terjadi, tidak ada pihak yang mau membuang dan mengeruk lumpur itu, kalau ada tadi kapal-kapal keruk otomatis
pasti mengeruk itu dan membawanya kelokasi-lokasi yang bisa disemprotkan lumpur itu, lumpur banyak menyerap itu bisa juga jadi pupuk atau tanah timbun,
jika lumpur tersebut dimanfaatkan, orang bisa menanam semangka dan hasilnya sangat bagus, sebenarnya ada manfaatnya jika dilakukan pengerukan disamping
tanahnya semakin tinggi lumpur bisa digunakan sebagai pupuk. Saat ini belum ada yang memanfaatkan lumpur itu, bagaimana masyarakat melakukannya, tapi
kalo pemerintah pusat melakukan pengorekan masyarakat pasti berebut.
Gambar 5.1 Kondisi Air Sungai berbentuk pulau yang sudah dipenuhi lumpur dan
sampah
85
Bagi sebagian pihak ternyata banjir membawa keberuntungan diantaranya yang memang memiliki hobi memancing dan ada yang memang khusus untuk
menambah pengahasilan karena hilangnya mata pencaharian akibat banjir, maka mereka memancing menggunakan bubut dan lainnya, ikan yang didapatkan
kemungkinan diperoleh karena ada kolam orang rusak sehingga ikan-ikan yang
86
ada menjadi lepas terikut dengan air banjir, mereka sibuk mencari ikan tersebut yang kemudian hasil tangkapannya bisa dijual dipasar.
c. Mitigasi Setelah Terjadi Bencana Banjir