Mitigasi Bencana Sebelum Terjadi Banjir

91 di Medan sekitar 5 tahun menjelaskan bahwa tinggal dimedan suasananya panas dan tidak memiliki pekerjaan disana, menurutnya tinggal di Tanjung Pura hidupnya tenang, kalau kerja juga hanya setengah hari, selebihnya bisa santai dirumah, selain itu karena faktor strategis rumahnya yang tengah kota. Tanda- tanda banjir yang diketahui oleh pak Kancil adalah kalau dihulu hujan, air sungai membawa limbah pabrik sawit, kalau airnya berjalan deras, maka akan terjadi banjir. Kondisi cuaca juga harus diperhatikan kalau hujan terus pasti banjir. Banjir terkadang datang tidak menentu, kadang-kadang banjir, kadang-kadang tidak, kalau untuk tahun ini yang banjir yang terjadi baru bulan Januari saja, sekarang justru Tanjung Pura sedang kekeringan, jarang turun hujan.

a. Mitigasi Bencana Sebelum Terjadi Banjir

Upaya Pak Kancil untuk mengurangi resiko banjir adalah dengan meninggikan rumah saja, menurutnya, benteng jangan sampai jebol, dulu pernah jebol, yaitu ketika banjir besar tahun 1973, dia tidak merasakan dampaknya karena dulunya Pak Kancil tidak tinggal dirumah panggung, namun tinggal didaerah kota Tanjung Pura. Banjir tahun 2015 tidak sampai kejalan raya, hanya sampai sebatas besi tanggul saja.Upaya seperti penghijauan tidak pernah dilakukan masyarakat sekitar tanggul.Mereka menganggap bahwa banjir yang terjadi merupakan suatu peristiwa yang biasa-biasa saja, yang tidak perlu dikhawatirkan.Mengenai kinerja pemerintah dalam sosialisasi mengenai banjir tidak pernah dilakukan.Semuanya tergantung dari diri sendiri, kalau ingin mengungsi keposko yang sudah difasilitasi oleh pemerintah atau memilih tetap tinggal dirumah. 92 Bangunan rumah panggung yang didirikan pak Kancil tingginya sekitar 1,5 meter menyelamatkan beliau dari banjir tersebut, air berada tepat dibawah lantai rumah pak Kancil. Melihat banjir yang sedemikian tingginya Pak Kancil membuat jembatan darurat disamping kiri rumahnya yang langsung menuju keatas jembatan, sehingga ketika banjir datang dan pak kancil ingin beraktifitas tidak kena banjir. Beliau menuturkan dalam setahun kadang banjir tidak ada, kalau pun ada banjir tidak parah seperti yang terjadi pada bulan Januari ini, ketinggian banjir rata-rata hanya sebatas lutut saja. Secara umum dalam hal ini Pak Kancil tidak mendapatkan kerugian atau pun keuntungan dari banjir tersebut.Pak kancil menuturkan mengenai upaya merelokasi dan kebiasaan buruk dari masyarakat sebagai berikut. Kalau untuk rencana merelokasi belum ada , tapi rencananya itu akan diadakan pengerukan sungai, karena sungai sudah dangkal. Pengerukan hanya dilakukan sekali saja sekitar tahun 1990 an, semenjak itu tidak pernah lagi dilakukan pengerukan sungai. Kebiasaan buruk dari masyarakat sini gak ada, dari hulu sana itu pembuangan sampahnya, kalau kita buang sampah kesungai ini tidak ada masalah, karena tidak menumpuk disini, nanti sampah nya jalan terus sampai kelaut, kadang-kadang sampahnya dibakar saja. Pak kancil hanya menyayangkan sampah-sampah yang dari hulu seperti kayu-kayu gelondongan dibawa arus hingga kesungai sini. Menurut pak kancil, tidak ada pengaruh penanaman sawit dengan terjadinya banjir, yang menjadi masalah hutan jadi gundul itulah makanya jadi banjir. Menurutnya penyebab banjir senada dengan yang dituturkan oleh Pak Lurah A.Lutfi bahwa banjir yang di Tanjung Pura adalah karena sungai yang dangkal, yang berpengaruh besar dengan pengalih fungsian menjadi lahan sawit adalah daerah sungai wampu karena di Tanjung Pura sumber banjirnya dari sungai batang serangan. Sungai 93 yang dangkal, air yang meluap dari hulu, sungai yang tidak sanggup menampung air banjir, meluap dan mengalir kerumah-rumah warga, seandainya sungai dalam pasti air tertampung, kecuali digunung sana diubah menjadi lahan sawit mungkin akan berdampak langsung ke Tanjung Pura, karena disana kemungkinnan tidak cukup untuk menampung limbah atau sampah juga kayu-kayunya sehingga merembes kesini.

b. Mitigasi Bencana Saat Terjadi Banjir