93
yang dangkal, air yang meluap dari hulu, sungai yang tidak sanggup menampung air banjir, meluap dan mengalir kerumah-rumah warga, seandainya sungai dalam
pasti air tertampung, kecuali digunung sana diubah menjadi lahan sawit mungkin akan berdampak langsung ke Tanjung Pura, karena disana kemungkinnan tidak
cukup untuk menampung limbah atau sampah juga kayu-kayunya sehingga merembes kesini.
b. Mitigasi Bencana Saat Terjadi Banjir
Pak Kancil lebih memilih tinggal dirumah dari pada tinggal di posko, yaitu gedung nasional, kondisi yang tidak parah mendukung beliau untuk tetap tinggal
dirumah, masyarakat yang tinggal dijalan udang semua menggungsi. Untuk bantuan dibagikan langsung oleh Kepling kerumah-rumah warga, karena Kepling
yang mengetahui siapa saja warganya.Bantuan yang didapatkan dari pemerintah selama banjir adalah seperti beras dan indomie.Warga yang mendapat izin
tinggal dibantaran sungai sajalah yang mendapat bantuan, sementara warga yang menetap tanpa ada melapor dianggap penghuni liar dan tidak diberikan bantuan.
Mengatasi banjir, partisipasi warga hanya terlihat dalam gotong royong yang hanya terjadi ketika banjir sudah mulai mendekati pemukiman, warga
bekerjasama untuk menjaga benteng agar tidak jebol dengan menimpahnya dengan tanah, dan karung berisi pasir. Beliau membenarkan tersedianya perahu
karet untuk warga yang terkena dampak banjir yang parah.Selain bantuan sembako, warga tidak mendapatkan bantuan lainnya seperti uang atau
pembangunan rumah yang rusak. Untuk urusan MCK selama banjir pak kancil menumpang dirumah tetangga, jika tidak terjadi banjir pak Kancil memilih air
94
sungai yang tepat berada dibelakang rumahnya.Meskipun banjir tidak sampai kerumah tapi barang-barang sudah dinaikkan keatas lemari.
c. Mitigasi Bencana Setelah Terjadi Banjir
Setelah banjir selesai, pak Kancil hanya membersihkan lumpur yang ada dibawah rumahnya.Tidak ada upaya spesifik yang dilakukan pak Kancil setelah
banjir selesai, karena tidak merusak rumahnya. Gambar 5.1
Keadaan Rumah Pak Kancil
95
Gambar 1.2 Letak Fasilitas MCK yang berada tepi sungai
Informan II
96
Informan selanjutnya adalah Ibu Rodiyah Marpaung yang lahir di Air Hitam Kecamatan Gebang.Ibu Rodiyah adalah pemeluk agama Islam dan bersuku
batak.Ibu Rodiyah mengenyam pendidikan hingga SMK Sekolah Menengah Kejuruan.Beliau membuka usaha warung kecil-kecilan yang menjual beberapa
jenis sembako, dan jajanan seperti kerupuk, roti, permen, minuman botol kaca dan plastik. Penghasilan yang didapat dalam sehari sebesar 300-400 ribu setiap
minggunya dan jika ditotal dalam sebulan penghasilan sekitar Rp. 1.600.000,-. Rumah yang ditempati oleh Ibu Rodiyah merupakan milik mereka sendiri,
keadaan fisik rumah yang setengah permanen. Atap rumah hanya ditutupi oleh seng, ¾ tiga per empat persen dinding rumahnya terbuat dari tepas-tepas, ¼
seperempat persen lagi bersifat permanen, lantai rumahnya sudah bersemen. Ibu Rodiyah sudah berkeluarga dan memiliki 2 dua orang anak, keluarga ini
merupakan salah satu korban banjir yang bertempat tinggal didesa Pekubuan, alasan peneliti mewawancarai Ibu Rodiah karena berdasarkan informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Lurah, bahwa salah satu daerah yang terkena dampak banjir parah salah satunya adalah Desa Pekubuan yang
berlangsung sekitar dua minggu lamanya. Desa Pekubuan merupakan salah satu wilayah yang berada di Kecamatan
Tanjung Pura.Jarak rumah ibu Rodiyah dari sungai sekitar ± 500 meter.Jarak yang begitu dekat dengan sungai dan juga wilayah desa Pekubuan yang lebih rendah
dari sungai menyebabkan air meluap dengan sangat cepat dan menggenangi rumah warga.Berdasarkan penuturannya banjir bulan Desember tahun 2014 tidak
separah yang terjadi pada bulan Januari 2015 silam.
97
Banjir bulan Desember dan banjir- banjir sebelumnya paling tinggi hanya selutut, sedangkan banjir tahun ini tingginya mencapai lebih dari semeter. Ibu
Rodiyah membenarkan bahwa banjir tahun ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi selama ia tinggal didesa Pekubuan ini. Ia menuturkan apabila hujan
datang lebih dari 2 dua jam dipastikan akan terjadi banjir. Selain dari hujan yang turun deras, dia tidak tahu lagi tanda-tanda banjir akan datang. Pemerintah juga
tidak pernah melakukan sosialisasi mengenai peringatan dini datangnya banjir juga mengenai penanganan bencana banjir.Di Desa Pekubuan setiap tahunnya
pasti ada banjir.Melihat rutinnya banjir yang terjadi di wilayah ini, alasan beliau hanya mengatakan bahwa memang sudah dari dulu tinggal disini dan karena
mengikut suami selain itu tidak memiliki alasan yang spesifik mengapa memilih tinggal di Desa Pekubuan.Ketinggian banjir yang lebih dari satu meter, ternyata
tidak membuat ibu Rodiah dan keluarga memutuskan untuk mengungsi.Alasannya adalah karena takut dan ingin menjaga rumah dari hal-hal yang tidak diinginkan
apabila rumah ditinggalkan. Setiap banjir datang keluarga ini tidak pernah mengungsi.Keluarga
Rodiyah lebih memilih tinggal di tempat mertuanya yang tepat berada didepan rumahnya.Rumah dari mertuanya memang lebih tinggi daripada rumah ibu
Rodiah yang lebih rendah dari bibir jalan.
a. Mitigasi Bencana Sebelum Terjadi Banjir