111
5.2.2 Informan
Berdasarkan informasi yang didapatkan banyak ditemukan kesamaan mengenai respon dari informan mengenai banjir. Kesamaan informasi ini yang
kemudian membuat strategi adaptasi masyarakat yang secara keseluruhan hampir
sama. 1.
Pemahaman tentang Banjir
Jika dianalisis dari alasan Pak Kancil Informan I untuk tinggal di bantaran sungai, selain dari factor ekonomi yaitu penghasilan yang kurang, tinggal
di daerah bantaran sungai tidak dikenakan pungutan liar dari manapun sehingga sangat mendukung pak kancil dan warga masyarakat lainnya untuk tinggal
didaerah bantaran sungai, meskipun sadar bahwa tinggal diwilayah tersebut menjadi sasaran pertama jika terjadi banjir. Kesadaran akan adanya bencana yang
menghantui masyarakat, dapat digambarkan dari gaya adaptasi yang dilakukan oleh Pak Kancil, yaitu dengan mendirikan rumah panggung, yang bertujuan untuk
menghindarkan diri dari banjir. Dapat dilihat juga, bahwa dengan keadaan yang demikian, masyarakat tetap betah dan terlihat bahagia saja meskipun dengan
keadaan rumah yang bisa dikatakan tidak layak huni.Karena mayoritas penduduk yang tinggal dibantaran sungai bentuk fisik rumahnya terbuat dari asbes-asbes,
dan tepas, meskipun ada beberapa warga yang memiliki rumah semi permanen. Alasan masyarakat pada umumnya yang memilih bertempat tinggal di
Tanjung Pura hampir sama, yaitu karena mereka memang berasal dari wilayah ini, dan sudah beradapatasi dengan lingkungannya sejak dulu, demikian halnya
dengan Ibu Rodiyah Informan II. Anggapan bahwa banjir merupakan suatu peristiwa yang memang wajib terjadi membuat mereka menjadi terbiasa.
112
Penghasilan yang dirasa tidak mencukupi membuat keluarga ibu Rodiyah tidak memiliki kemampuan mendirikan bangunan yang tahan dan terbebas dari banjir.
Sedikit berbeda dengan Pak Ruslan memilih tinggal di Tanjung Pura karena sejak kecil sudah berada disini dan Ibu Rodiyah Informan III memilih
tinggal karena mengikut suami.Keluarga pak Ruslan sedikit beruntung karena mendapat bantuan dari pemerintah membangun rumah bagi keluarganya.
Meskipun ia tahu bahwa wilayah yang sering ditempatinya sering banjir, keluarga ini tidak memiliki niat untuk pindah.
Sama halnya dengan informan IV yaitu ibu M.Nur dan Bapak Isa Ansari tinggal diwilayah Tanjung Pura karena sejak nenek moyang mereka sudah
menempati rumah yang mereka tempati sekarang, mereka tidak memiliki keinginan untuk pindah, karena tidak memiliki alasan yang cukup kuat bagi
mereka untuk pindah. Alasan tinggal dari informan bervariasi ada yang karena letak rumahnya
strategis, warisan dari keluarga dan juga karena ikut suami.Secara umum, warga yang tinggal di Tanjung Pura merupakan putra asli daerah. Warga pendatang yang
ada di kota ini juga berasal dari Kabupaten Langkat. Tanda-tanda terjadinya banjir, informan memiliki jawaban yang sama
yaitu karena hujan yang tinggi, selain itu faktor manusia memengang peranan besar terhadap banjir ini dengan melakukan penggudulan hutan, sehingga fungsi
hutan yang seharusnya menjadi daerah resapan air kapasitasnya menjadi berkurang dan akan hilang sehingga air hujan dapat mengalir dengan bebasnya
kehilir tanpa adanya hambatan. Pembuatan kolam ikan dibagian hulu, jika hujan deras, kemampuan tanah untuk menahan debit air tidak sanggup sehingga
113
menyebabkan longsor.Selain itu pembangunan pemukiman penduduk yang berada disekitar DAS, dan tidak berfungsinya saluran drainase yang berguna untuk
mengalirkan air. Kurangnya cinta akan lingkungan masyarakat Tanjung Pura yang juga memegang peranan penting terhadap seringnya banjir.
Keputusan untuk tetap tinggal di dalam rumah saat banjir merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan pak Kancil, dengan alasan air tidak masuk
kerumah dan tidak perlu dikhwatirkan, membuatnya kurang waspada terhadap keselamatan diri, yang bisa suatu waktu karena derasnya air, bisa menghayutkan
rumahnya, yang tidak memiliki pondasi atau penahan rumah yang kuat.Selain itu, sosialisasi yang kurang dari pemerintah mengenai bencana banjir, dampaknya
khususnya untuk daerah bantaran sungai ini, membuat masyarakat tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.
Ketidaktegasan pemerintah dalam hal pelarangan mendirikan bangunan pemukiman masyarakat disekitar garis sempadan yang tertuang dalam PP RI No
38 tahun 2011 tentang Sungai Bab II Pasal 9 huruf a yang berbunyi: “paling sedikit berjarak 10 m sepuluh meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalamanan sungai kurang dari atau sama dengan 3 m tiga meter”. Dapat dilihat dari pernyataan dari pak Kancil bahwa
ada warga yang merupakan penghuni liar, dengan ketidaktegasan tersebut akan membuat semakin banyak lagi penghuni liar yang akan mendirikan bangunan di
sepanjang alur sungai. Meskipun ada penghuni yang mendapat izin mendirikan tempat tinggal seperti Pak Kancil merupakan suatu keputusan yang salah dengan
memberikan izin kepada warga .
114
2. Strategi Adaptasi Masyarakat
d. Mitigasi Bencana Sebelum Terjadi Banjir