Hubungan Pusat-Daerah Bse ips kelas 9
8 8
IPS SMPMTs Kelas IX
c. Kabinet Wilopo April 1952-2 Juni 1953
Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Wilopo dari PNI. Kabinet Wilopo
berusaha melaksanakan programnya sebaik-baiknya. Akan tetapi banyak
masalah yang dihadapi antara lain timbulnya gerakan separatisme, yakni
gerakan yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat. Misalnya di
Sumatera dan Sulawesi timbul rasa tidak puas terhadap pemerintah pusat dengan
alasan karena kekecewaan akibat ketidakseimbangan alokasi keuangan
yang diberikan pusat ke daerah. Selain itu juga adanya tuntutan diperluasnya
hak otonomi daerah.
Kekacauan politik diperparah dengan adanya Peristiwa Tanjung Morawa di Sumatera Timur pada tanggal 16 Maret 1953. Dalam peristiwa ini polisi mengusir
para penggarap tanah milik perkebunan. Penduduk yang dihasut oleh kaum komunis menolak pergi dan melawan aparat negara. Akhirnya terjadilah bentrokan antara
penduduk dengan polisi. Peristiwa ini memunculkan mosi tidak percaya yang kemudian kabinet Wilopo jatuh pada tanggal 2 Juni 1953.
d. Kabinet Ali Sastroamidjoyo I 31 Juli 1953 – 24 Juli 1955
Kabinet ini terbentuk pada tanggal 31 Juli 1953 yang dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjoyo dari unsur PNI sebagai Perdana Menteri. Walaupun banyak
menghadapi kesulitan, kabinet Ali I ini berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia- Afrika di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955. Pada tanggal 24 Juli 1955 Kabinet
Ali I jatuh disebabkan adanya persoalan dalam TNI-AD, yakni soal pimpinan TNI- AD menolak pimpinan baru yang diangkat oleh Menteri Pertahanan tanpa
menghiraukan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan TNI-AD.
Dengan sistem kabinet parlementer, kekuasaan pemerintahan tertinggi dipegang oleh Perdana Menteri. Perdana Menteri ini bersama para menteri kabinet
bertanggungjawab kepada parlemen. Jadi apabila parlemen tidak menyetujui kebijakan pemerintah maka dapat menjatuhkannya. Pada waktu itu Parlemen terlalu
sering menjatuhkan kabinet maka pemerintah tidak dapat menjalankan programnya.
Persaingan ideologi juga tampak dalam tubuh konstituante. Konstituante hasil Pemilu I mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956. Pada saat itu negara
dalam keadaan kacau disebabkan oleh pergolakan di daerah. Anggota- anggota Konstituante juga seperti anggota- anggota DPR, yakni terdiri dari wakil- wakil dari
puluhan partai. Mereka terbagi atas dua kelompok utama yakni kelompok Islam dan kelompok nasionalissosialisnon Islam. Antara dua kelompok tersebut ternyata
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, hal.66.
Gb.4.8 Anggota-anggota Kabinet Wilopo bersama Presiden dan Wakil Presiden
IPS SMPMTs Kelas IX
8 9
tidak pernah tercapai kata sepakat mengenai isi Undang-Undang Dasar. Sidang Konstituante yang selalu diwarnai dengan perdebatan ini akhirnya mendorong
presiden mengemukakan gagasan untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dengan demikian persaingan antara kelompok agama dan nasionalis yang berlangsung sampai awal tahun 1960-an mengakibatkan keadaan politik nasional
tidak stabil. Hal tersebut sangat mengganggu jalannya pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.