268
IPS SMPMTs Kelas IX
luar negeri yang memihak kepada salah satu blok dinyatakan salah oleh MPRS kemudian MPR. Indonesia harus kembali ke politik luar negeri yang bebas dan
aktif serta tidak memencilkan diri.
Sebagai landasan kebijakan politik luar negeri Orde Baru telah ditetapkan dalam Tap No. XII MPRS 1966. Menurut rumusan yang telah ditetapkan MPRS, maka
jelaslah bahwa politik luar negeri RI secara keseluruhan mengabdikan diri kepada kepentingan nasional. Sesuai dengan kepentingan nasional, maka politik luar negeri
RI yang bebas dan aktif tidak dibenarkan memihak kepada salah satu blok ideologi yang ada. Namun bukanlah politik yang netral, tetapi suatu politik luar negeri yang
tidak mengikat diri pada salah satu blok ataupun pakta militer.
Sebagai wujud dari pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif pada masa Orde Baru melakukan langkah- langkah sebagai berikut.
1 Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia setelah ditanda-
tanganinya persetujuan untuk menormalisasi hubungan bilateral
Indonesia-Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya sejak
31 Agustus 1967 kedua pemerintah telah membuka hubungan diplomatik
pada tingkat Kedutaan Besar.
2 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB
pada tanggal 28 September 1966 setelah meniggalkan PBB sejak
1 Januari 1965. Sebab selama menjadi anggota badan dunia, yakni
sejak 1950-1964, Indonesia telah menarik banyak manfaatnya.
3 Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah organisasi kerja sama re- gional di kawasan Asia Tenggara yang disebut Association of South East Asian
Nations ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.
6. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum pada masa Orde Baru pertama kali dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971. Pemilu pada waktu itu berbeda dengan pemilu tahun 1955 karena telah
menggunakan sistem distrik bukan sistem proporsional. Dalam sistim distrik ini partai-partai harus memperebutkan perwakilan yang disediakan untuk sesuatu
daerah. Suara yang terkumpul di suatu daerah tidak dapat dijumlahkan dengan suatu partai itu yang terkumpul di daerah lain.
Sumber : SNI VI, hal. 596.
Gb.14.6 Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia- Malaysia pada tanggal 11 Agustus
1966. Tampak pada gambar Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik dan Perdana Menteri Malaysia.
IPS SMPMTs Kelas IX
269
Pemilu tahun 1977 diikuti oleh 10 kontestan, yakni PKRI, NU, Parmusi,
Parkindo, Murba, PNI, Perti, IPKI, dan Golkar. Dalam pemilu kali ini dimenang-
kan oleh Golkar.
Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977 yang kali ini
diikuti oleh 3 organisasi peserta pemilu, yakni Partai Persatuan Pembangunan
PPP, Golongan Karya Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia PDI.
Selanjutnya pemilu-pemilu di Indonesia selama Orde Baru selalu
dimenangkan oleh Golongan Karya.
7. Sidang MPR Tahun 1973
Dengan Pemilu I 1971, maka untuk pertama kali RI mempunyai MPR tetap, yakni bukan MPRS. Pimpinan MPR dan DPR hasil Pemilu I adalah Idham Chalid.
Selanjutnya MPR ini mengadakan sidang pada bulan Maret 1973 yang menghasilkan beberapa keputusan di antaranya sebagai berikut.
1 Tap IV MPR 73 tentang Garis- garid Besar Haluan Negara sebagai pengganti
Manipol. 2
Tap IX MPR 73 tentang pemilihan Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI. 3 Tap XI MPR 73 tentang pemilihan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai
Wakil Presiden RI. Dengan demikian RI telah memiliki Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan
amanat UUD 1945.
Pada awal Orde Baru program pemerintah diarahkan untuk menyelamatkan ekonomi nasional terutama upaya menekan inflasi, penyelamatan keuangan negara
dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi 650 setahun tidak memungkinkan pemerintah
untuk melaksanakan pembangunan dengan cepat akan tetapi harus melakukan stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi terlebih dahulu. Dengan stabilisasi untuk menekan
inflasi agar harga barang-barang tidak membumbung tinggi. Sedangkan rehabilitasi untuk memperbaiki sarana dan prasarana fisik.
B Data Statistik Ekonomi Orde Baru
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 3, hal. 220.
Gb. 14.7 Tanda gambar 10 Organisasi Politik Golongan Karya.