D. Tinjauan review Kajian Terdahulu
Penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penetilian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang
diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang terlebih dahulu membahas terkait dengan Implikasi
Putusan Mahkamah Konstitusi, di antaranya adalah : No.
Nama PenulisJudul skripsi,
jurnal Tahun.
Substansi Perbedaan
dengan Penulis
1. Agung Sudrajat
Implikasi Peran Mahkamah
Konstitusi sebagai Positive Legislator
pada Uji Materiil Undang-Undang
Terhadap Proses Legislasi di
Indonesia Studi Kasus: Putusan MK
No. 10PUU- VI2008 tentang
Pemuatan Syarat Domisili Calon
Anggota DPD dalam UU No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Skripsi Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universtitas
Indonesia, Depok, Skripsi penelitian ini
menjelaskan tentang peran mahkamah
konstitusi sebagai positif legislator dan
implikasinya terhadap proses legislasi di
Indonesia.
Penelitian ini berfokus pada studi
kasus putusan No. 10PUU-VI2008
menunjukkan bahwa Mahkamah Konstitusi
di Indonesia telah berperan sebagai
Positive Legislator pemuat norma.
Penulis meneliti tentang implikasi
putusan Mahkamah Konstitusi pasca
penambahan norma mengenai penetapan
tersangka dalam objek praperadilan.
Penelitian penulis berfokus pada
putusan No.21PUU-
XII2014 yang mana putusan
tersebut merupakan putusan yang
kontroverisal, dimana Mahkamah
Konstitusi yang berwenang untuk
membatalkan saja pasal yang diujikan
2012. namun ternyata
dalam putusannya, menambahkan
norma dan akan diteliti pula atas
keberpengaruhan kasus-kasus dan
opini publik yang merupakan faktor
penunjang terhadap putusan hakim
Mahkamah Konstitusi.
2. Aditya Warman
Penerapan Negative Legislation dalam
Pengujian Undang- Undang pada
Putusan Mahkamah Konstitusi
Berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Tesis Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu, 2013. Tesis ini menjelaskan
tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi
untuk menghilangkan keberlakuan suatu
norma undang- undang tersebut
dimana Mahkamah Konstitusi disebut
sebagai pembuat undang-undang dalam
arti negative Negative Legislator,
berbeda dari fungsi parlemen sebagai
pembuat undang- undnag dalam arti
positif Positive Legislator.
Penulis meneliti kesenjangan
kewenangan mahkota Mahkamah
Konstitusi yakni melakukan
pengujian undang- undang terhadap
undang-undang dasar, namun
nyanya Mahkamah Konstitusi
sendirilah yang telah menerobos
prinsip checks and balances antar
lembaga negara kususnya
Mahkamah Kosntitusi dengan
DPR dan Presiden sebagai pembuat
norma undang- undang.