Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

Teori Prinsip Checks and Balances Salah satu gagasan dalam gerakan reformasi yang berhasil menjebol sakralisasi UUD 1945, penawaran yang paling penting adalah usulan tentang sistem dan mekanisme checks and balances di dalam sistem politik dan ketatanegaraan. Hal ini penting karena selama era dua periode sebelumnya dapat dikatakan checks and balances itu tidak ada. 21 Prinsip check and balances merupakan prinsip yang diterapkan dalam upaya merealisasikan adanya distribution of power dalam suatu kerangka sistem ketatanegaraan, dimana kedudukan MPR,DPR, dan DPD legislative sama-sama mempunyai kedudukan sederajat dengan Presiden eksekutif dan pelaksana kekuasaan kehakiman yang terdiri atas Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi yudikatif dan sama-sama saling mengontrol satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances.

2. Kerangka Konseptual

Implikasi Putusan Implikasi adalah suatu keterlibatan atau keadaan terlibat. 22 Artinya, implikasi dalam bahasa Indonesia adalah efek yang ditimbulkan di masa depan atau dampak yang dirasakan ketika 21 Moh. Mahfudh MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta:Rajawali Pers, 2011, h.67. 22 Lihat http:kamusbahasaindonesia.org diakses pada 9 September 2015 pukul 15.00. melakukan sesuatu. Maka implikasi putusan adalah suatu keterlibatan suatu faktor dengan faktor lainnya akibat dari pernyataan seorang hakim dalam menyelesaikan suatu perkara. Penambahan Norma Definisi norma yang artinya suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Maka penambahan norma dapat didefinisikan sebagai suatu penambahan ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat erga omnes yakni mengikat semua pihak tidak hanya pihak pemohon saja. Objek Praperadilan Secara harfiah, definisi praperadilan yakni Pra artinya sebelum atau mendahului, berarti “praperadilan” dapat diartikan dengan sebelum pemeriksaan di sidang pengadilan. 23 Adapun objek dari praperadilan ditegaskan dalam Pasal 77 a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 yaitu, tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. Ditegaskan kembali oleh Yahya Harahap 24 , bahwa Pasal tersebut tidaklah bersifat 23 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika, 2008, h.187. 24 Yahya Harahap, Pembahasan Permasaahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h.8. “limitatif”, ternyata dalam Pasal 82 ayat 3 huruf d KUHAP memasukkan upaya paksa penyitaan ke dalam yuridiksi substantif Praperadilan. Penetapan Tersangka Dalam proses hukum acara pidana, dalam menetapkan tersangka tentu harus melalui tahap penyelidikan dan penyidikan barulah dapat ditemukan tersangka. Disamping itu, penyidikan bukanlah semata-mata tahap atau suatu proses pidana yang mengharuskan lahirnya tersangka pada proses akhirnya. Penyidikan pun secara tegas memberikan syarat bahwa penetapan tersangka merupakan tahapan lanjutan yang syaratnya hanya dapat dilakukan setelah penyidik berhasil mengumpulkan bukti-bukti yang cukup berdasarkan hukum yang menunjuk seseorang atau beberapa orang sebagai pihak yang diduga pelaku tindak pidana.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian jenis ini dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 25 Penelitian ini berlandaskan norma- norma hukum yang berlaku dan terdapat dalam peraturan perundang- undangan.

2. Jenis dan Sifat Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang kajiannya dilakukan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literature, buku- buku, perundang-undangan, dan sumber lainnya. adapun, Penelitian ini bersifat Deskriptif-Normatif, yaitu akan mendeskripsikan tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi terkait dengan pengujian undang- undang pada undang-undang dasar yang berimplikasi pada pembatalan pasal dalam undang-undang tersebut. Dalam hal ini terkait dengan putusan MK nomor 21PUU-XII2014.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, dimana studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif. 26 Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. 25 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,cet I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h.118. 26 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, 2012, h.123.

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

Tinjauan Hukum Tentang Praperadilan Atas Status Tersangka Dalam Perkara Pidana Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

0 4 73

ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI YANG MENOLAK PENGUJIAN MATERIL TErHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN.

0 0 6

STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 7/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (KAJ.

0 1 1

TESIS IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT DENGAN PENETAPAN TERSANGKA SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN

0 0 169

IMPLIKASI PENAMBAHAN NORMA PENETAPAN TERSANGKA SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 21/PUU-XII/2014 TERHADAP SISTEM PERADILAN PIDANA Baktiar Ihsan Agung N 148040013 Hukum Pidana ABSTRAK - IMPLIKASI PENAMBAHAN NORMA PENETAPAN

0 0 8