bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis menganalisisnya melakukan penalaran ilmiah untuk menjawab
isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. 7.
Teknis Penulisan Skripsi
Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terbagi kedalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-bab guna lebih
memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang di teliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta pokok
pembahasannya adalah sebagai berikut :
BAB Pertama Tentang Pendahuluan
Terdiri dari pemaparan latar belakang yang menguraikan tentang
bagaimana kesenjangan
kewenangan MK
dalam melakukan pengujian sementara dalam putusannya Nomor
21PUU-XII2014 MK sehingga melakukan penambahan norma, dan latar belakang ini yang nantinya akan dijadikan sebuah
pertanyaan dalam sebuah rumusan masalah. Kemudian dipaparkan
juga mengenai tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, tinjauan review, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB Kedua Kerangka Teoritis
Terdiri dari kerangka teori atau pemaparan teori filosofis adanya pengujian undang-undang judicial review di dalam
sebuah negara hukum. Dalam bab inipun akan diuraikan definisi verbal dari pembahasan penelitian. Adapun definisi yang akan
diuraikan adalah mengenai definisi penambahan norma, definisi tentang penetapan tersangka, pemaparan objek Pra Peradilan secara
yuridis dan beberapa pendapat ahli serta uraian mengenai prinsip checks and balances dalam doktrin sistem ketatanegaraan di
Indonesia.
BAB Ketiga Kelembagaan dan Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang terhadap UUD NRI 1945
Terdiri dari uraian profil tentang kelembagaan Mahkamah Konstitusi serta kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagai
penguji undang-undang pada undang-undang dasar. Serta uraian tentang bagaimana seharusnya putusan Mahkamah Konstitusi yang
membatalkan suatu Pasal dalam undang-undang yang telah dinyatakan inkonstitusional.