dibawah SKBM yang ditentukan oleh sekolah yakni 60,0. Dan berdasarkan hasil tes siswa setelah diberikan teknik pemecaha Polya di dapat hasil yang
signifikan. Dari hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa teknik pemecahan
masalah Polya dapat digunakan untuk mengurangi kesulitan siswa dan meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan stoikiometri.
37
C. Desain Alternatif Intervensi Tindakan Yang Dipilih
Pembelajaran kimia erat kaitannya dengan proses pemecahan masalah. Hampir semua aspek dalam pembelajaran kimia membutuhkan kemampuan
dalam memecahkan masalah, baik yang bersifat praktik maupun teori. Untuk menciptakan siswa-siswa yang dapat memecahkan masalah dengan sistematis,
maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang memang mendukung akan hal itu. Pendekatan tersebut adalah pendekatan problem solving.
Pendekatan problem solving menekankan agar pembelajaran memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah-masalah
secara objektif dan tahu benar apa yang dihadapi. Disadari atau tidak setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah. Dalam penyelesaian suatu
masalah, kita sering kali dihadapkan pada suatu hal yang pelik dan kadang- kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Tidak bisa
dipungkiri masalah yang biasa dihadapai sehari-hari itu tidak selamanya bersifat matematis. Dengan demikian tugas utama guru adalah untuk
membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah
yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang.
Guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara menyelesaiakan masalah dengan baik, di lain pihak siswa menghadapi
37
Yahya, Skripsi “Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Stoikiometri dengan Menggunakan Tahapan
Pemecahan Masalah Polya” Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Berbagai kesulitan ini muncul antara lain karena mencari jawaban dipandang sebagai
satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Karena hanya berfokus pada jawaban, anak seringkali salah dalam memilih teknik penyelesaian yang sesuai. Suatu
masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak itu langsung mengetahui secara sara penyelesaiannya
dengan benar maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Menurut G. Polya, dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat
langkah yang harus dilakukan yaitu: 1 memahami masalah, 2 merencanakan pemecahannya, 3 menyelesaikan masalah sesuai dengan
rencana dan 4 memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Empat tahap pemecahan malsalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat
penting untuk dikembangkan. Dalam penerapannya, siswa diharapkan dapat memiliki kebiasaan
dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya dengan baik dan benar serta mampu menghubungkan antar konsep yang dimiliki.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 2 Cisauk, yang berlokasi di jl. Raya LAPAN-Cisauk, Cisauk-Tangerang 15314 pada kelas X-3 semester genap
tahun ajaran 20092010. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada tanggal 15 Januari s.d 1 Maret 2010.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan konsep mol dalam stoikhiometri pada kelas
X SMAN 2 Cisauk melalui penerapan pendekatan problem solving serta memberikan informasi tambahan kepada pihak sekolah ataupun pihak lain
yang terkait dengan penelitian ini.
C. Pihak yang Terkait dalam Penelitian
Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah dua orang guru kimia yang berperan sebagai kolaborator yang mengamati dan mencatat sikap detail
aktifitas guru dan siswa di kelas, dan peneliti yang berperan sebagai guru di kelas yang melaksanakan rancangan penelitian tindakan kelas. Selain itu,
peneliti juga bertindak sebagai perencana kegiatan bersama-sama dengan observer merancang setiap kegiatan pembelajaran. Peneliti bekerja melakukan
pengamatan, merencanakan tindakan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Sedangkan siswa
kelas X-3 SMAN 2 Cisauk berperan sebagai objek dalam penelitian ini.
D. Metode dan Desain Rancangan Siklus Penelitian 1.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK Classroom Action Reseach. Karena metode