Implementasi pendekatan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia (penelitian tindakan kelas pada MA al-falah VI Jakarta)

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada MA. Al-Falah VI Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH: ISYFIYYATI NIM : 106016200614

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada MA. Al-Falah VI Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Isyfiyyati NIM : 106016200614

Mengesahkan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dedi Irwandi, M.Si Tonih Feronika, M.Pd

NIP. 197105282000031002 NIP. 197601072005011007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada tanggal 23 Juni 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, 23 Juni 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal TandaTangan

Ketua Jurusan Pendidikan IPA

Baiq Hana Susanti, M.Sc ...

NIP. 19700209 200003 2 001

Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA

Nengsih Juanengsih, M.Pd ...

NIP. 19760309 200501 2 002

Penguji I

Nengsih Juanengsih, M.Pd ...

NIP. 19760309 200501 2 002

Penguji II

Burhanudin Milama, M.Pd ...

NIP. 19770201 200801 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

(5)

i

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MA. Al-Falah VI Jakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menerapkan desain tindakan berdasarkan prinsip-prinsip desain pembelajaran inkuiri diantaranya adalah menggunakan pertanyaan yang mengarah pada inkuiri, melakukan observasi, menghasilkan produk dan komunikasi. Pada saat menggunakan pertanyaan yang mengarah pada inkuiri, melakukan observasi, menghasilkan produk dengan kegiatan eksperimen dan diskusi kelompok. Sedangkan, langkah komunikasi dilakukan dengan kegiatan diskusi kelas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia. Rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu 73,94 pada siklus I dan 83,08 pada siklus II.


(6)

ii

Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010.

This research is the classroom action research. It was designed in two cycle. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research are students of XI IPA MA. Al-Falah VI Jakarta in academic year 2010/2011 with amount of students 22 peoples that consists of 7 mens and 15 girls. The research aims to increase the result of student’s learning at equilibrium chemical concept. To reach the effect that, researcher applies to design action bases learning approaching steps inquiry amongst those outline a plan for inquiry, observing, create a product and communicating. Stage outline a plan for inquiry, observing, create a product with experimental activities and groups discussion. Communicating stage with group discussion activities. The result of research showing the implementation of inquiry strategy with experimental method can increasing result of study at concept of chemical equilibrium. Average of the student study result in first cycle is 73,94, and the second is 83,08.

Key word: The classroom action research, Learning Approaching Inquiry, The


(7)

iii

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan semesta alam, Raja Manusia yang berkat rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan

judul “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Kesetimbangan Kimia”. Skripsi ini ditujukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Srata I (SI). Shalawat serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus Dosen Pembimbing I yang senantiasa selalu memberikan arahan, semangat, dukungan dan bimbingan dengan penuh kesabaran. Semoga bapak selalu dimuliakan oleh Allah SWT.


(8)

iv

6. Bapak Bahroin H.N, S.Pd.I., selaku Kepala MA. Al-Falah VI Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

7. Bapak Drs. Tri Heru Sedono, selaku guru pengajar kimia kelas XI di MA. Al-Falah VI Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

8. Teruntuk keluargaku, ayah H. Shodri H.T dan ibunda Maymanah tercinta yang

tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan nasihatnya. Kakak-kakakku (Muthmainnah dan Joko Budianto) dan adikku (Khozanah) tersayang yang selalu memberikan semangat.

9. Sahabat-sahabat kimia dan fisika angkatan 2006 (Rida, Ntoh, Maya, Lia, Mey, Zaqi, Aziz, Eka, Lin, Eva, Susi, Fefi, Kelly, Jaji, dll). Persahabatan yang kita alami kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan kita mempunyai nilai yang indah.

10.Adik-adikku (Fia, Lulu, Hilma, Nia, Wilda, dan Sanzia) yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga segala perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Jakarta, 2011


(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian Tindakan ... 7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri ... 8

a. Pendekatan Inkuiri ... 8

b. Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 16

2. Belajar dan Hasil Belajar ... 17

a. Belajar ... 17

b. Hasil Belajar ... 19

3. Kesetimbangan Kimia ... 24

a. Konsep Kesetimbangan Dinamis ... 24

b. Pergeseran Kesetimbangan ... 25

c. Hubungan Kualitatif Kc, Kp, dan Derajat Disosiasi ... 26


(10)

vi

E. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 34

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 37

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 39

K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis ... 43

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 46

1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 57

B. Pembahasan ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71


(11)

vii

Gambar 2.1. Penjenjangan Domain Kognitif ... 21 Gambar 2.2. Penjenjangan Domain Afektif ... 22 Gambar 2.3. Faktor-faktor Proses dan Hasil Belajar ... 23 Gambar 2.4. Perubahan kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi menuju keadaan

setimbang ... 24 Gambar 2.5. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 31 Gambar 3.1. Desain Intervensi Tindakan ... 35 Gambar 4.1. Persentase Siswa yang Mencapai KKM Pada Siklus I dan

Siklus II ... 66 Gambar 4.2. Persentase Kegiatan Kelompok Siswa ... 68


(12)

viii

Tabel 3.1. Tahap Interpensi Tindakan ... 36

Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen ... 37

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39

Tabel 3.3. Pedoman Kriteria Indeks Kesulitan Soal ... 42

Tabel 4.1. Kegiatan Guru dan Siswa Siklus I ... 47

Tabel 4.2. Data Observasi Kegiatan Kelompok Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.3. Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I ... 49

Tabel 4.4. Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 51

Tabel 4.5. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ... 53

Tabel 4.6. Hasil Tes Kemampuan Siswa Pada Siklus I ... 54

Tabel 4.7. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I ... 55

Tabel 4.8. Kegiatan Guru dan Siswa Siklus II ... 58

Tabel 4.9. Data Observasi Kegiatan Kelompok Siswa Siklus II ... 59

Tabel 4.10. Data Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II ... 60

Tabel 4.11. Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 62

Tabel 4.12. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ... 63

Tabel 4.13. Hasil Tes Kemampuan Siswa Pada Siklus II ... 64


(13)

ix

Lampiran 2 Tabel Observasi Awal Proses Belajar Mengajar ... 76

Lampiran 3 Tabel Nilai Kimia Siswa Kelas XI IPA MA Al-Falah VI Jakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ... 77

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Kimia ... 78

Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 80

Lampiran 6 Silabus ... 81

Lampiran 7 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kesetimbangan Kimia Siklus I ... 83

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ... 88

Lampiran 9 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kesetimbangan Kimia Siklus II ... 91

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ... 97

Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Konstruk Siklus I ... 103

Lampiran 12 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Konstruk Siklus II ... 111

Lampiran 13 Tabel Uji Validitas Instrumen Tes Kognitif Siklus I ... 120

Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 121

Lampiran 15 Perhitungan Uji Validitas Intrumen Siklus I ... 122

Lampiran 16 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 123

Lampiran 17 Tabel Uji Taraf Kesukaran Soal Siklus I ... 124

Lampiran 18 Tabel Uji Daya Beda Siklus I ... 125

Lampiran 19 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Siklus I ... 126

Lampiran 20 Tabel Uji Validitas Instrumen Tes Kognitif Siklus II ... 127

Lampiran 21 Tabel Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 128

Lampiran 22 Perhitungan Uji Validitas Intrumen Siklus II ... 129

Lampiran 23 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 130

Lampiran 24 Tabel Uji Taraf Kesukaran Soal Siklus II ... 131

Lampiran 25 Tabel Uji Daya Beda Siklus II ... 132


(14)

x

Siklus II ... 136

Lampiran 29 Tabel Data Nilai Tes Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas XI ... 139

Lampiran 30 Tabel Analisis Pretest Siklus I ... 140

Lampiran 31 Tabel Analisis Postest Siklus I ... 141

Lampiran 32 Tabel Analisis Pretest Siklus II ... 142

Lampiran 33 Tabel Analisis Postest Siklus II ... 143

Lampiran 34 Tabel Skor N-Gain Siklus I dan Siklus II ... 144

Lampiran 35 Tabel Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 145

Lampiran 36 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 146

Lampiran 37 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 150

Lampiran 38 Tabel Persentase Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 154

Lampiran 39 Lembar Observasi Observasi Kegiatan Guru ... 155

Lampiran 40 Lembar Observasi Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 157

Lampiran 41 Lembar Observasi Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 159

Lampiran 42 Catatan Lapangan ... 161

Lampiran 43 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 162

Lampiran 44 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 164

Lampiran 45 Pedoman Wawancara Dengan Guru Siklus I ... 165

Lampiran 46 Hasil Wawancara Dengan Guru Setelah Tindakan Siklus I ... 166

Lampiran 47 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Siklus I ... 168

Lampiran 48 Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 169

Lampiran 49 Pedoman Wawancara Dengan Guru Siklus II ... 171

Lampiran 50 Hasil Wawancara Dengan Guru Setelah Tindakan Siklus II ... 172

Lampiran 51 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Siklus II ... 174

Lampiran 52 Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan Siklus II .... 175

Lampiran 53 Tabel Lembar Rekomendasi Siklus I ... 177

Lampiran 54 Tabel Lembar Rekomendasi Siklus II ... 180


(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses berpikir yang berlangsung di dalam akal. Allah telah mengaruniyakan akal pada manusia. Akal tidak diberikan oleh Allah (al-Khalik) kepada makhluk-Nya selain manusia. Dengan akal ini, maka manusia menjadi sosok makhluk yang memiliki potensi untuk bisa dididik dan sekaligus mendidik. Makhluk yang dapat dididik dan mendidik merupakan salah satu komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar.1

Seorang guru memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar. Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan yang ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Dalam Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1, berbunyi: “kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi“.2 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam undang-undang adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa. Namun, pengelolaan pembelajaran dewasa ini belum sejalan dengan hakikat orang belajar dan hakikat orang mengajar menurut pandangan kaum konstruktivis. Menurut kaum konstruktivis mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid,

1

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press, 2006), Cet. ke-5, h. 118.

2


(16)

melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

Adapun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat menumbuhkan pengalaman belajar secara optimal. Pembelajaran IPA, seperti kimia tidak terlepas dari kegiatan eksperimen atau percobaan. Namun, dalam kenyataannya masih banyak kegiatan pembelajaran tentang suatu konsep kimia yang disajikan dengan metode konvensional. Seorang guru lebih banyak bicara, kurang merangsang kontribusi siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat siswa merasa bosan. Akibatnya, siswa kurang tertarik dengan pelajaran kimia yang akhirnya menyebabkan hasil belajar kimia tidak maksimal.

Menurut Muhibbin Syah, keberhasilan proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor dari dalam (intern), luar diri individu (ekstern) dan faktor pendekatan belajar. Faktor-faktor intern atau dari dalam diri siswa banyak sekali misalnya: intelegensi siswa, sikap siswa, minat siswa dan motivasi siswa. Sedangkan, faktor ekstern terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang efektifitas belajar siswa dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.3

Sebelum melaksanakan penelitian, dilakukan penelitian pendahuluan berupa observasi langsung ke MA. Al-Falah VI Jakarta dan mengamati proses belajar mengajar di kelas.

Observasi yang dilakukan adalah mengamati sarana prasarana di sekolah, dimana sarana prasarana yang tersedia seperti laboratorium IPA, komputer, LCD atau infokus. Laboratorium IPA yang tersedia kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah. Alat dan bahan yang ada di dalam laboratorium sangatlah terbatas. (Lampiran 1)

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. ke-10, h. 132-139.


(17)

Observasi dilanjutkan dengan pengamatan proses belajar mengajar di kelas XI IPA MA. Al-Falah VI Jakarta, dengan jumlah 22 siswa didapatkan masalah-masalah yang ada diantaranya yaitu: (1) Siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran mereka kurang semangat. (2) Di dalam kelas banyak siswa yang melakukan aktivitas di luar kegiatan belajar kimia (misalkan ngobrol sesama teman, bermain-main dengan teman sebangku, dan tidak serius dalam belajar). (3) Situasi belajar tampak di dalam kelas guru menerapkan metode pembelajaran ceramah dan siswa pasif mendengarkan informasi yang disampaikan guru, sehingga kurang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. (4) Kurangnya interaksi siswa pada saat belajar kimia, hal ini membuat siswa tidak terbiasa bertanya, mengeluarkan pendapat, berdebat dan perilaku belajar aktif lainnya. (Lampiran 2)

Informasi lain dari hasil wawancara dengan guru kimia, diperoleh bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65 (Lampiran 4). Berdasarkan data pencapaian hasil belajar kelas XI IPA pada semester 1 tahun ajaran 2009/2010 terlihat bahwa materi kesetimbangan kimia tergolong rendah dengan nilai rata-rata sebesar 47,89 dan hanya 31,58% siswa yang mencapai KKM (Lampiran 3).

Informasi lain dari hasil wawancara dengan siswa, dapat diketahui bahwa siswa merasa jenuh dan malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Siswa merasa senang dengan praktikum, karena mereka merasa seperti seorang ilmuan. Namun, guru jarang sekali mengaitkan materi dengan percobaan (Lampiran 5). Sehingga dapat dikatakan pengalaman langsung siswa dalam praktikum juga kurang. Akibatnya dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal.

Hal ini dapat dilihat pada Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience), yang menunjukkan bahwa mengajar dengan banyak ceramah tingkat pemahaman siswa hanya 20%, sedangkan jika siswa diminta untuk melakukan sesuatu sambil melaporkannya tingkat pemahaman siswa dapat mencapai 90%. Berikut kerucut pengalaman Dale yang dimaksud:4

4

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. I, h. 18-19.


(18)

10% of what they read Read abstrak

20% of what they hear Hear

View Images

30% of what they see Watch Video

Attend Exhibit/Sites

50% of what they hear & see Watch a Demonstration Participate in Hands-On Workshop

70% of what they say & write Design Collaborative Lessons

Simulate or Model a Real Experience Kongkrit 90% of what they do Design/Perform a Presentation-Do the Real Thing

Gambar 1.1. Dales Cone of Experience

Pengalaman belajar kongkrit yang secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah kerucut. Di sinilah pengalaman belajar yang paling besar memperoleh manfaat karena dengan cara mengalaminya sendiri.

Berdasarkan data hasil belajar dan wawancara, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa rendah pada konsep kesetimbangan kimia. Sehingga, perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperhatikan tuntutan kurikulum pada konsep tersebut. Untuk mencapai SK dan KD pada konsep kesetimbangan kimia maka metode yang tepat adalah dengan melaksanakan praktikum dan diskusi. Praktikum merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pembelajaran dengan diskusi dapat meningkatkan interaksi antara siswa pada saat belajar. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu pendekatan yang mampu melibatkan siswa secara utuh.

Pendekatan yang mampu melibatkan siswa agar siswa dibiarkan mencari sendiri makna dari suatu konsep baik dalam proses praktikum dan diskusi adalah pendekatan inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget dalam Mulyasa, bahwa inkuiri adalah suatu metode yang mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta


(19)

menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan penemuan peserta didik yang lain.5

Pendekatan inkuiri yang diterapkan adalah inkuiri terstruktur. Hal ini dikarenakan dalam inkuiri dengan “aktivitas terstruktur” siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu. Pendekatan inkuiri terstruktur menuntut siswa untuk mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hands-on dengan sempurna. Pembelajaran dengan inkuiri ini kegiatan siswa adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Pengajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini dapat memberikan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa untuk berpikir pada tingkat tinggi yang membutuhkan kemampuan untuk mengembangkan ide. Siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah, dengan begitu diharapkan siswa mampu memahami konsep dalam bahasa mereka sendiri. Sehingga lebih mudah diingat serta lebih lama melekat dalam ingatan mereka. Dengan demikian penerapan pendekatan inkuiri dapat membuat siswa untuk menemukan sendiri makna pada konsep kesetimbangan kimia dan membantu siswa untuk memahami secara mendalam konsep tersebut. Sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar kimia siswa pada konsep kesetimbangan kimia.

Hal inilah yang kemudian mendorong untuk melakukan penelitian dengan

judul: “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Konsep Kesetimbangan Kimia”.

5

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 108.


(20)

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Hasil belajar kesetimbangan kimia yang rendah. 2. Motivasi belajar kimia siswa masih relatif rendah. 3. Proses pembelajaran yang masih monoton dan satu arah.

4. Guru belum optimal memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

5. Pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang tidak fokus pada pelajaran karena masih banyak siswa yang melakukan aktivitas lain. 6. Siswa pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia.

7. Pengelolaan dan pendayagunaan laboratorium yang belum dioptimalkan.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka pembahasan dalam ruang lingkup masalah pada kepasifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia, guru belum optimal memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan hasil belajar kimia yang rendah. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka solusi yang diambil adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Agar tidak terjadi perbedaan interprestasi pada pembahasan ini, maka

diperlukan suatu perumusan yang kongkrit, yaitu: “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran pada konsep kesetimbangan kimia melalui penerapan pendekatan inkuiri?”


(21)

E.

Tujuan Penelitian Tindakan

Adapun tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia melalui penerapan pendekatan inkuiri.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan membawa kegunaan dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Bagi siswa, penelitian ini akan sangat bermanfaat karena dapat membantu mereka dalam mengikuti pembelajaran kimia.

2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam pengajaran kimia pada khususnya. Agar dalam pembelajaran tidak hanya pada guru, tetapi juga pada siswa. Selain itu, dapat dijadikan salah satu

alternative untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

3. Menjadi bahan pertimbangan bagi sistem pengajaran agar lebih memperhatikan pendidikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.


(22)

8

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

a. Pendekatan Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa inggris “inquiry”, berarti pertanyaan atau proses bertanya dan mencari tahu jawaban pertanyaan ilmiah yang diajukannya, pemeriksaan dan penyelidikan.1 Pendekatan inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang berorientasi bahwa belajar adalah suatu pengembangan intelektual.

Inkuiri mulai diperkenalkan oleh para ahli filsafat kuno seperti Socrates, Aristoteles, dan Plato. Pada awalnya mereka memperkenalkan berpikir dengan Pendekatan Pemecahan Masalah yang dasarnya adalah proses inkuiri. Setelah itu pada abad ke-20, John Dewey memiliki andil yang besar dalam pengembangan belajar melalui proses inkuiri yang sangat ditekankan pada pembelajaran. Kemudian ide proses inkuiri ini dipopulerkan kembali dalam suatu komperensi para ilmuwan yang kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku “The Process of Education

oleh Jerome S. Burner.2 Jadi, belajar dengan cara mengembangkan proses inkuiri bukanlah suatu teknik belajar yang baru. Melainkan sudah diperkenalkan sejak dahulu. Oleh karena itu, banyak para ahli yang mendefinisikan tentang inkuiri.

Carin dan Sund, mengemukakan bahwa “inquiry is the process of investigating a problem”, yaitu inkuiri merupakan suatu proses

1

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implikasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, h.135.

2

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, 2000), h. 71.


(23)

menemukan masalah.3 Pengajaran dengan pendekatan inkuiri menurut

Alan Colburn, dalam “An Inquiry Primer” bahwa inkuiri sebagai

penciptaan atau pengolahan kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melalui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.4

Joseph Abruscato dan Donald A. Derosa menyatakan bahwa

inquiry is the careful and systematic method of asking questions and seeking explanations”, yaitu inkuiri merupakan sebuah metode yang teliti dan sistematis dari pertanyaan yang muncul dan mencari jawaban dari pertanyaan itu.5 Menurut Gulo dalam Trianto, menyatakan bahwa strategi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang secara maksimal melibatkan seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh rasa percaya diri.6

Menurut Kourilsky dalam Hamalik, pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada peserta didik, kelompok-kelompok peserta didik yang menjalankan inkuiri tersebut dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.7

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk mencari dan menyelidiki sendiri terhadap suatu masalah, serta siswa dapat menentukan konsep yang terbentuk dari hasil penyelidikannya. Jadi, dalam inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah.

3

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 108.

4

Alan Colburn, An Inquiry Primer, 2000, tersedia: http://www.nsta.org/main/news/pdf/88003.42.pdf, 27 September 2010, h. 42.

5

Joseph Abruscato, dan Donald A. Derosa, Teaching Children Science, (United States of America: Allyn and Bacon, 2010), edisi ke-7, h. 43.

6

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik..., h. 135. 7


(24)

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.8

Pada umumnya, strategi inkuiri ini ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keahlian yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan menemukan jawaban oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa menjadi pemecah masalah yang independen (independent problem solver). Namun, tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan.

Pada hakikanya inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses inkuiri adalah proses berpikir bila seseorang dalam kegiatan yang meliputi:9

1) Mengobservasi. 2) Meramalkan. 3) Menyarankan.

4) Merencanakan penelitian. 5) Merumuskan hipotesis. 6) Menginterpretasikan data. 7) Mengontrol variabel. 8) Melakukan percobaan. 9) Mengkomunikasikan.

Adanya inkuiri dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:10

1) Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada generalisasi.

2) Tujuan pembelajaran adalah mempelajari proses objek tertentu (masalah tertentu) sampai generalisasi tentang objek tersebut.

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. ke-6, h. 195.

9

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia..., h. 72-73. 10


(25)

3) Guru sebagai pengontrol data, materi objek dan sebagai pemimpin dalam kelas.

4) Siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, objek untuk menemukan pola hubungan berdasarkan pengamatan dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas.

5) Kelas dianggap sebagai laboratorium. 6) Generalisasi, biasanya tercipta dari siswa.

7) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang didapat siswa.

Dalam pelaksanaan strategi inkuiri tiap anggota kelompok melakukan peran tertentu, yaitu:11

1) Pemimpin kelompok, yakni yang bertanggung jawab memulai diskusi kelompok, menyiapkan kelompok untuk mengerjakan tugas dan melengkapi tugas-tugas, bertemu dengan guru untuk mendiskusikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya dan mendeskripsikan informasi dari guru.

2) Pencatat (recorder), yakni bertugas membuat dan memelihara catatan, karya tulis dan materi tulisan kelompok, serta membuat daftar hadir para anggota.

3) Pemantau diskusi (discussion monitor), berupaya memastikan bahwa diskusi berlangsung lancar dan semua pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi.

4) Pendorong (prompter), berupaya memotivasi anggota kelompoknya untuk berperan aktif dalam proses diskusi.

5) Pembuat rangkuman (summarizer), yakni bertugas menarik kesimpulan selama proses diskusi berlangsung dan merangkum hal-hal penting yang muncul dan tugas-tugas spesifik.

6) Pengacara (advocate), yakni yang bertugas menanggapi argumen yang disampaikan oleh kelompok lain dalam proses diskusi.

11


(26)

Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membahas materi-materi yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing individu berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang pemecahan masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan kelompoknya.

Pembelajaran inkuiri ini akan memberi kesempatan mengembangkan sikap kreatif sepanjang pembelajaran tersebut, memberi, kesempatan siswa untuk “menemukan” sesuatu yang baru.

Dalam teknik inkuiri guru berperan untuk:12 1) Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir.

2) Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak.

3) Memberikan dukungan untuk inkuiri.

4) Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.

5) Mengidentifikasi dan menggunakan teach able moment sebaik-baiknya.

Agar pelaksanaan strategi inkuiri dapat berjalan sesuai dengan harapan guru, maka guru tersebut harus memperhatikan prosedur-prosedur dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Sund dan Trowbridge mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut:13

1) Inkuiri terpimpin

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

12

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 79-80. 13

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan..., h. 109.


(27)

2) Inkuiri bebas

Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Alan Colburn tentang pembagian inkuiri yaitu sebagai berikut:14

1) Inkuiri terstruktur (structured inquiry)

Dalam inkuiri terstruktur, guru mengarahkan siswa dalam melakukan suatu percobaan dengan terlebih dahulu menentukan parameter dan prosedur kerja beserta bahan-bahan. Kelebihan yang dimiliki oleh inkuiri terstruktur dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda.

b)Siswa mendapatkan langkah kerja yang terstruktur dalam kegiatan

hands-on yang telah disusun guru melalui LKS.

c) Menghindarkan siswa dari cara-cara belajar tradisional. Adapun kelemahan dari pembelajaran inkuiri ini adalah: a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang cukup lama.

b)Metode inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam menentukan topik, bahan dan prosedur.

c) Siswa hanya menemukan hubungan antara variabel-variabel atau generalisasi dari data yang dikumpulkan.

2) Inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Guru memberikan suatu tema permasalahan dan memberitahukan bahan-bahan yang dibutuhkan, tetapi tidak memberikan prosedur kerja.

14


(28)

Kelebihan pembelajaran inkuiri ini, antara lain:

a) Membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

b)Memberi kesempatan pada siswa untuk menyusun prosedur kerja. c) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui prosedur kerja yang mereka susun sendiri.

d)Strategi ini berpusat pada siswa, dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.

Kelemahan inkuiri terbimbing ini adalah sebagai berikut: a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang banyak.

b)Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini, karena siswa dituntut untuk membuat prosedur kerja.

c) Kurangnya alternatif pemecahan masalah. 3) Inkuiri bebas (free inquiry)

Siswa memformulasikan suatu tema permasalahan dan menentukan sendiri alat, bahan beserta prosedur kerjanya. Pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing, namun siswa diminta merumuskan masalah mereka sendiri untuk menyelidiki. Kelebihan belajar dengan metode ini adalah:

a) Siswa dalam memecahkan masalah mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung cara mereka mengkonstruksi jawaban.

b)Siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Kelemahan inkuiri ini adalah sebagai berikut:

a) Konsep yang dipilih oleh siswa di luar konteks yang ada.

b)Setiap siswa mempunyai konsep berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa.


(29)

4) Learning cycle

Siswa mengikuti panduan prosedur inkuiri. Kemudian guru mendiskusikan penemuan mereka. Dalam melakukan percobaan siswa sudah mengetahui konsep sehingga ia dapat menerapkannya dalam situasi baru. Kelebihan pembelajaran inkuiri ini, antara lain:

a) Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan memperkenalkan sebuah konsep baru.

b)Siswa dapat menerapkan konsep baru ke dalam konteks yang berbeda.

c) Setiap siswa mempunyai konsep yang sama, karena guru memberikan nama resmi untuk sebuah konsep.

Kelemahan inkuiri ini adalah sebagai berikut: a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang lama.

b)Dipersyaratkan keharusan adanya pemahaman siswa yang mendalam terhadap konsep baru untuk diterapkan ke konteks yang berbeda

Adapun teknik inkuiri secara umum memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:15

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas dasar inisiatifnya sendiri, juga bersikap objektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan dapat merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

15


(30)

8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9) Siswa akan terhindar dari siswa lain yang belajarnya secara traditional. 10)Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka

dapat mengakumulasi dan mengakomodasi informasi.

Dengan proses pembelajaran pendekatan inkuiri diharapkan siswa dapat mengumpulkan cara, konsep atau jalan keluar serta hasil penelitian sendiri, dengan demikian dapat membangun kepercayaan dari siswa dalam melakukan setiap penelitian di laboratorium. Siswa dilatih untuk berani melakukan penelitian-penelitian atau membuat sebuah eksperimen baru yang bertujuan dapat melahirkan ilmuan-ilmuan baru dengan penemuan-penemuan di bidang ilmu kimia, yang diharapkan menyeimbangkan sebuah temuan yang dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia maupun di dunia international.

b. Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Menurut Alan Colburn, pendekatan inkuiri terstruktur adalah pembelajaran dimana permasalahan yang harus diselidiki siswa diberikan oleh guru melalui kegiatan hands-on, selain itu guru juga memberikan prosedur dan materi yang harus dikerjakan oleh siswa tanpa memberitahukan hasil apa yang diperoleh dari percobaan tersebut.16

Pendekatan inkuiri terstruktur ini guru menyajikan permasalahan dan proses, sementara siswa mencari dan menemukan alternatif hasil.17 Inkuiri terstruktur menuntut siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerna dalam kegiatan hands-on yang telah disusun guru melalui LKS jenis guided worksheet activity.

Menurut Trianto ada empat langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:18

1) Merumuskan masalah,

16

Alan Colburn, An Inquiry Primer…, h. 42. 17

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-3, h. 19.

18


(31)

2) Melakukan percobaan,

3) Menganalisis dan menyajikan data hasil percobaan, 4) Mengkomunikasikan hasil percobaan.

Berdasarkan artikel Just Science Now, inkuiri terstruktur (structured inquiry) dapat diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan, dan prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.19

Pendekatan inkuiri ini munggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan siswa bersangkutan lebih jauh dapat meningkatkan motivasi intrinsik, karena siswa merasa puas atas pengunaanya sendiri.20

2. Belajar dan Hasil Belajar a. Belajar

Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah saw, menyatakan dalam salah satu haditsnya bahwa manusia harus belajar dari sejak ayunan hingga liang lahat. Belajar merupakan proses seseorang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.

19

Artikel Just Science Now, What is Inquiry?, tersedia: http://www.justsciencenow.com/, 22 Februari 2011, h. 1.

20


(32)

Menurut Gage dalam Wilis, “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman.”21

Sedangkan menurut Harold Spear dalam Feronika mendefinisikan belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.22

Selain itu, terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, diantaranya:23

1) Skinner seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2) Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dalam dua macam rumusan. Rumusan pertama menyatakan bahwa belajar perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya menyatakan bahwa belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

3) Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory

berpendapat “Learning is a change in organism due to experience

which can affect the organism’s behavior”. Artinya adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

4) Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan sebagai

any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire occurs as a result of experience”. Belajar adalah perubahan

yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman.

21

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), Cet. ke-2, h. 11. 22

Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2008), h. 139. 23

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet ke-10, h. 90.


(33)

Secara implisit dapat didefinisikan beberapa ciri-ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar diantaranya:24

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap. 4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

Dari berbagai definisi, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu:25 1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa, diantaranya adalah minat belajar, kesehatan, perhatian, ketenangan jiwa di waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, dan cita-cita.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, diantaranya adalah keadaan lingkungan belajar, cuaca, letak kelas, faktor interaksi sosial, dan faktor interaksi didik dengan pendidikannya.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to lerning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

b. Hasil Belajar

Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuain diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

24

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke-23, h. 85.

25


(34)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang merupakan suatu proses mental yang diperoleh siswa berupa informasi, trampil, prosedur, ide-ide, dan nilai-nilai. Hordward Kingsley dalam Sujana membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.26

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penguasaan dan penghargaan yang terdapat dalam diri pribadi individu yang belajar.

Gagne dalam Dahar, mengemukakan lima macam hasil belajar yaitu:27

1) Keterampilan intelektual, yang merupakan penampilan yang ditujukan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dilakukannya seperti memecahkan masalah, menyusun eksperimen, dan memberikan nilai-nilai sains.

2) Strategi kognitif, penampilan siswa yang ditunjukkan secara kompleks dalam situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

3) Sikap, sekumpulan sikap yang dapat ditujukan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains. 4) Informasi verbal.

5) Keterampilan motorik, tidak hanya kegiatan fisik melainkan kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrument musik atau instrument dalam pelajaran sains.

26

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), Cet. ke-10, h. 22.

27


(35)

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sujana, secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah kejiwaan tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran.28 Hal ini disebabkan karena muara ketiga kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).29

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam domain kognitif oleh Bloom, dkk. dikategorikan ke dalam 6 jenjang kemampuan, yakni: (1)jenjang kemampuan ingatan, (2)jenjang kemampuan pemahaman, (3)jenjang kemampuan penerapan/aplikasi, (4)jenjang kemampuan analisis, (5)jenjang kemampuan sintesis, dan (6)jenjang kemampuan evaluasi.

C6 Evaluasi (evaluation) C5 Sintesis (synthesis)

C4 Analisis (analysis) C3 Penerapan (application) C2 Pemahaman (comprehention) C1 Hafalan (recall)

Gambar 2.1. Penjenjangan Domain Kognitif

Pada tahun 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam Sofyan, dkk., melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom menjadi (1)

remember,(2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6)

create.30 2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

28

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar…, h. 22. 29

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 13.

30


(36)

perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.31 Hasil belajar afektif oleh David Krathwohl, dkk. dalam Sofyan, diklasifikasikan ke dalam lima jenjang secara hierarkis32, yaitu:

Taksonomi Kratwohl

5.0 Chracracterization

Internalisasi 4.0 Organization

3.0 Valuing

2.0 Responding

1.0 Receiving

Gambar 2.2. Penjenjangan Domain Afektif a) Receiving/attending

Receiving/attending yaitu kepekaan dalam menerima ransangan (stimulus) dari luar kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b) Responding

Responding yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c) Valuing

Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang menunjukkan derajat internalisasi dan komiten.

d) Organization

Organization (organisasi) yaitu konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.

e) Characterization

Characterization merupakan ranah afektif yang tertinggi yaitu karakterisasi nilai. Hasil belajar pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan rasa sosialisasi.

31

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar…, h. 29-30. 32


(37)

3) Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak individu.33 Simpson dalam Sofyan menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu.34

Trowbridge dan Bybe dalam Sofyan, mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu:35

a) Moving (bergerak).

b) Manipulation (memanipulasi). c) Communicating (berkomunikasi). d) Creating (menciptakan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut:36

Alam Lingkungan

Sosial

Luar Kurikulum

Instrumental Guru/pengajar Sarana dan Fasilitas

Faktor Administrasi

Fisiologi Kondisi Fisik

Kondisi panca indra

Dalam Bakat

Minat Psikologi Kecerdasan

Motivasi

Kemampuan kognitif

Gambar 2.3. Faktor-faktor Proses dan Hasil Belajar

Ikhtisar di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada dua yaitu faktor dari luar dan dalam. Berdasarkan faktor dari luar, terdapat instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasikan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang

33

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar…, h. 30. 34

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi…, h. 23. 35

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi…, h. 24. 36


(38)

dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pengajar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan tujuan intruksional khusus yang diukur melalui tes atau ujian dan direpresikan oleh skor hasil tes. Makin banyak penguasaan tujuan instruksional khusus yang dikuasai, makin tinggi hasil belajar.

3. Kesetimbangan Kimia

a. Konsep Kesetimbangan Dinamis

Ditinjau dari arahnya, reaksi kimia dapat dibagi dua yaitu reaksi irreversibel dan reaksi reversibel. Reaksi kesetimbangan merupakan reaksi reversibel dimana zat-zat hasil reaksi (produk) dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat asalnya (pereaksi),37 contohnya:

3H2(g) + N2(g) → 2NH3(g)

(laju makin berkurang)

2NH3(g)→ 3H2(g) + N2(g)

(laju makin bertambah)

Gambar 2.4. perubahan kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi menuju keadaan setimbang untuk reaksi:38

3H2(g) + N2(g) ⇌ 2NH3(g)

Kesetimbangan kimia adalah reaksi kimia yang berlangsung dua arah, yaitu hasil reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya hingga konsentrasi reaktan dan produk konstan.39 Menurut fase zatnya reaksi kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.40

37

Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan Kecakapan Hidup, Jilid 2A, (Jakarta: Ganeca Exact, 2005), h. 162.

38

Charles W. Keenan, dkk., Ilmu Kimia untuk Universitas, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1984), edisi ke-6, h. 557.

39

Sandri Justiana, dkk., Kimia 2, (Jakarta: Yudistira, 2009), h. 101. 40


(39)

Hukum kesetimbangan atau hukum aksi massa yaitu: “Hasil kali konsentrasi seimbang zat-zat di ruas kanan dibagi hasil kali konsentrasi zat-zat di ruas kiri, masing-masing dipangkatkan koefisien reaksinya, mempunyai harga tetap pada suhu tetap”.41

Misalkan reaksi kesetimbangan:

mA + nB ⇌ pC + qD Kc =

Cp Dq

[A]m[B]n, dan Kp =

pCp pDq [pA]m[pB]n

b. Pergeseran Kesetimbangan

Hendry Louis Le Chatelier mengemukakan hukum pergeseran kesetimbangan yang dikenal dengan asas Le Chatelier: Bila terdapat suatu kesetimbangan dilakukan dengan tindakan (aksi), maka sistem akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.42

Adapun faktor-faktor dapat mempengaruhi pergeseran kesetimbangan antara lain:

Tabel 2.1. Faktor-faktor Pergeseran Kesetimbangan

Faktor-faktor Pergeseran Kesetimbangan

Konsentrasi Suhu Volume/Tekanan Katalis

-Konsentrasi diruas kanan ditambah, reaksi bergeser ke arah kiri.

-Konsentrasi zat di ruas kiri ditambah, reaksi bergeser kearah kanan. -Konsentrasi zat di

ruas kanan dikurangi, reaksi bergeser kearah kanan.

-Konsentrasi zat di ruas kiri dikurangi, reaksi bergeser kearah kiri. -Suhu dinaikkan reaksi bergeser kearah reaksi endoterm. -Suhu diturunkan reaksi bergeser kearah reaksi eksoterm. -Tekanan diperbesar reaksi bergeser ke ruas dengan mol gas yang lebih kecil.

-Tekanan diperkecil reaksi bergeser ke ruas dengan mol gas yang lebih besar.

Mempercepat terjadinya reaksi kimia yaitu dengan menurunkan energi aktivitas.

41

Sandri Justiana, dkk., Kimia 2…, h. 104. 42


(40)

c. Hubungan Kualitatif Kc, Kp, dan Derajat Disosiasi

Derajat disosiasi (α) adalah perbandingan mol zat terurai dengan mol zat mula-mula, dapat dinyatakan dalam fraksi mol atau dalam persentase:

α = mol terurai

mol mula−mula α =

mol terurai

mol mula−mulax 100%

Adapun hubungan Kc dan Kp adalah:43 Kp = Kc (RT)∆n atau Kc =

Kp

(RT)Δn

Dimana: R = 0,082

T = Suhu mutlak (K)

∆n = ∑koef. gas kanan - ∑koef. gas kiri

d. Kesetimbangan dalam Industri dan Kesetimbangan di Alam

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pembuatan zat kimia yang memanfaatkan prinsip kesetimbangan kimia. Diantaranya adalah pembuatan ammonia menurut proses Haber-Bosch. Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500°C. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan temperature akan mengurangi rendemen.44

Kesetimbangan kimia banyak terjadi di alam, seperti:

1) Silkus oksigen, kesetimbangan di lapisan atmosfer berupa pembentukan dan penguraian ozon.

2) Proses penguapan air permukaan dan pengembunan air di permukaan atau proses terjadinya hujan.

3) Kesetimbangan darah dalam tubuh manusia mempunyai suatu sistem yang mengatur tingkat keasaman (pH) tetap sekitar 7,4.

43

Charles W. Keenan, dkk., Ilmu Kimia untuk Universitas..., h. 587. 44


(41)

B.

Acuan Teori Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang

Dipilih

Desain-desain alternatif intervensi tindakan pada penelitian dengan judul Implementasi Pendekatan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Kesetimbangan Kimia menggunakan desain tindakan dengan menerapkan langkah-langkah pendekatan pembelajaran inkuiri, yaitu:

1. Merumuskan masalah

Pada tahap ini guru menstimulus siswa, agar terdapat pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan. Selain itu, guru memberikan kesempatan untuk siswa dalam proses pengumpulan data informasi. Sehingga siswa mampu untuk membuat hipotesis dari pertanyaannya sendiri.

2. Melakukan percobaan

Tahapan ini menuntut siswa untuk berperan aktif. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen secara berkelompok sesuai dengan LKS yang telah disusun sesuai dengan indikator yang ditentukan mengenai kesetimbangan dinamis. Guru juga meminta siswa untuk membandingkan literatur dengan hasil temuan mereka dalam bereksperimen. 3. Menganalisis dan menyajikan hasil

Pada tahap ini guru meminta masing-masing kelompok berdiskusi untuk menterjemahkan, menganalisis dan menyajikan data hasil pengamatan. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, dan tabel. 4. Mengkomunikasikan

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas hasil percobaan dan kesimpulan sementara yang mereka pahami dan membahas soal untuk didiskusikan secara bersama. Selain itu, guru juga mengulang semua konsep yang telah dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk menyimpulkan konsep yang telah dipelajari.


(42)

C.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Tonih Feronika dengan judul penelitian

“Implementasi Teknik Guided Worksheet Activity dalam Pembelajaran Hands-on

dalam Melatih Kemampuan Inkuiri”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan inkuiri siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran hands-on dengan teknik guided worksheet activity pada pokok bahasan asam basa, sebagai berikut: aspek-aspek kemampuan inkuiri siswa yang muncul pada pembelajaran ini terdiri dari aspek persiapan, pertanyaan, hipotesis, investigasi, observasi, prediksi, interpretasi, dan komunikasi. Diantara kedelapan aspek tersebut terlihat bahwa aspek pertanyaan muncul paling sering dengan nilai persentase tertinggi sebesar 36,8%. Pada proses pembelajaran terlihat bahwa siswa merasa senang karena dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran.45

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Sidharta dengan judul penelitian

“Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP”. Hasilnya adalah model pembelajaran asam basa berbasis inkuiri laboratorium dapat meningkatakan penguasaan konsep siswa meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa, bekerja keras dan kejujuran siswa. Model pembelajaran ini mendapat tanggapan positif dari siswa karena kegiatan menyenangkan, menggunakan alam sekitar, siswa melakukan sendiri dan mengamati kegiatan-kegiatan di laboratorium.46

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Rapi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran Fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor. Hal ini terlihat pada peningkatan nilai rerata hasil belajar siswa siklus I ke siklus II. Selain itu, implementasi ini juga

45

Tonih Feronika, Implementasi Teknik Guided Worksheet Activity dalam Pembelajaran Hands-On dalam Melatih Kemampuan Inkuiri, EDUSAINS, Vol. 2, No. 1, Juni 2009.

46

Arief Sidharta, Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP, dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2004.


(43)

dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dan adanya respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin, baik pada siklus I maupun siklus II termasuk kategori positif.47

Penelitian yang dilakukan Milla Listiawati, dkk. dengan judul

“Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Kerja Ilmiah dengan Pendekatan Inkuiri pada Konsep Bioteknologi Di SMP Kelas IX”. Dalam penelitian dapat disumpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri bebas dan inkuiri terstruktur memberikan tanggapan yang sama dan positif terhadap sikap ilmiah. Sedangkan untuk penguasaan konsep terdapat respon yang positif terhadap pembelajaran Bioteknologi.48

Penelitian yang dilakukan oleh Watcharee Ketpichainarong, dkk., dengan

judul “Enhanced learning of biotechnology students by an inquiry-based cellulose laboratory”. Dalam penelitian ini inkuiri berdasarkan laboratorium memberikan manfaat yang signifikan untuk mengajar dan belajar sains bagi siswa. Metode ini dilakukan dengan berbagai pengetahuan yang konteks dan keterampilan-keterampilan. Dilihat dari hasil tes pemahaman konseptual dan pemetaan konsep, siswa memperoleh pengetahuan yang signifikan pada interaksi enzim-substrat dan aplikasinya. Keberhasilan inkuiri berdasarkan laboratorium ini disebabkan karena metode ini menarik bagi siswa. Para siswa memberikan respon yang positif pada strategi ini seperti yang ditunjukkan oleh hasil kuesioner, refleksi dan wawancara.49

Penelitian yang dilakukan oleh Chih-Chung Tsai, dkk., dengan judul “The

Design Ideas of “Nested Inquiry-Based Instruction Model” in Physical Science”.

Untuk menjelaskan model instruksi ini digunakan pembelajaran “Asam-Basa”. Dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini memberikan

47

Ni Ketut Rapi, Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.XXXXI, Januari 2008.

48

Milla Listiawati, dkk., Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Kerja Ilmiah dengan Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Bioteknologi Di SMP Kelas IX, dalam Metamorfosa, Vol. 2 No. 1, April 2007.

49

Watcharee Ketpichainarong, dkk., Enhanced learning of biotechnology students by an inquiry-based cellulase laboratory, in International Journal of Environmental & Science Education, Vol.3, No.3, July 2008, h. 169-187, tersedia: http://www.ijese.com/IJESE_v5n2_Pintip.pdf, 27 September 2010.


(44)

prioritas yang berbeda kepada siswa dengan menekankan fakta bahwa para peserta dapat memperoleh pengetahuan dengan berinteraksi satu sama lain. Dalam

model ini peran siswa berubah dari “penerima” menjadi “pencipta”. Sehingga

pembelajaran mereka akan mengalir sesuai dengan arus utama penyelidikan ilmiah. Dan tanggapan guru terhadap pembelajaran inkuiri cukup positif, sehingga mengajar dan belajar menjadi lebih kompleks dan bertekanan.50

Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Naufal Umar, dan Sajap Maswan,

dengan judul “The effects of a Web-based Guided Inquiry Approach on Students’ Achievement”. Penelitian ini menunjukkan bahwa inkuiri terpimpin memiliki potensi untuk menjadi pendekatan pembelajaran yang efektif. Secara keseluruhan, penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terpimpin yang berfokus pada pemecahan masalah melalui eksplorasi, pengembangan konsep dan aplikasi, memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa di lingkungan WBL.51

Penelitian yang dilakukan oleh Phillip Alexander Towndrow, dkk., dengan

judul “Promoting Inquiry Through Science Reflective Journal Writing”. Dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dibuat sebagai sumber belajar dan alat pembelajaran yang dapat melayani keperluan tambahan penilaian formatif. Penelitian ini menguraikan strategi generatif untuk meningkatkan pertanyaan yang merupakan langkah awal yang penting dalam setiap proses inkuiri. Dan menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas pertanyaan siswa meningkat dari waktu ke waktu. Sehingga terdapat peningkatan kemampuan inkuiri dalam penulisan SRJ.52

50

Chih-Chung Tsai, dkk., The Design Ideas of “Nested Inquiry-Based Instruction Model” in Physical Science, in Proceeding of the 2nd NICE Symposium, Taipei, TAIWAN, July 30-31, 2007, tersedia: http://dochoonho.sunchon.ac.kr/NICE2/2ndNICE-Papers/2ndNICE-oral/00057%20Chih-Chung%20Tsai%20et%20al.pdf, 27 September 2010.

51

Irfan Naufal Umar, dan Sajap Maswan, The effects of a Web-based Guided Inquiry

Approach on Students’ Achievement, in JOURNAL OF COMPUTERS, VOL. 2, NO. 5, July 2007, tersedia: http://www.academypublisher.com/jcp/vol02/no05/jcp02053843.pdf, 27 September 2010.

52

Phillip Alexander Towndrow, Promoting Inquiry Through Science Reflective Journal Writing, in Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 4 No. 3, 2008, h. 279-283, tersedia: http://www.ejmste.com/v4n3/EURASIA_v4n3_Towndrow.pdf, 27 September 2010.


(45)

D.

Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Gambar 2.5. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar kimia siswa. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia siswa, yaitu: (1) proses pembelajaran yang masih monoton dan satu arah, (2) siswa pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia, (3) guru belum optimal memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, (4) pelajaran kimia merupakan pelajaran yang dianggap sulit atau susah dipahami 1.Proses pembelajaran yang masih

monoton dan satu arah.

2.Siswa pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia. 3.Guru belum optimal

memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

4.Pelajaran kimia merupakan pelajaran yang dianggap sulit atau susah dipahami oleh siswa. 5.Pengelolaan dan pendayagunaan

laboratorium yang belum dioptimalkan.

Hasil belajar kesetimbangan kimia

yang rendah

Kesetimbangan Kimia

Standar Kompetensi:

3.Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar:

3.3.Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan. 3.4.Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi

dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan.

3.5.Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Inkuiri

Praktikum Diskusi


(46)

oleh siswa, dan (5) pengelolaan dan pendayagunaan laboratorium yang belum dioptimalkan. Hal ini berlangsung selama proses pembelajaran.

Hasil belajar adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh atau dicapai oleh siswa yang diperhatikannya setelah menempuh proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu indikator yang menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Menurut Feronika, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya faktor eksternal, faktor internal dan faktor pendekatan belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan suatu dan strategi penyampaian yang menarik dan menyenangkan agar materi yang disampaikan mudah dipahami, pembelajaran lebih bermakna serta membuat siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peran siswa yaitu inkuiri. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang melakukan investigasi/penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru, sehingga siswa memperoleh dan memberikan informasi berdasarkan pada faktor-faktor yang diperolehnya dari penelitian mereka.

Dalam kegiatan inkuiri siswa dituntut untuk mampu mengembangkan dan menggunakan mentalnya untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip dari masalah yang dihadapinya. Mereka akan bersikap seperti ilmuwan dalam memperoleh suatu teori. Sehingga keterlibatan langsung dalam proses belajar mengajar yang aktif adalah salah satu indikator keberhasilan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Melalui pendekatan inkuiri ini siswa dimotivasi untuk berbuat, melibatkan diri dengan aktivitas sendiri. Diusahakan kadar keterlibatan siswa semaksimal mungkin. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakan, khususnya untuk mata pelajaran kimia.

Tujuan inkuiri dapat dicapai apabila siswa dilatih untuk mengobservasi, mencatat data, mengartikan data, menyusun hipotesis, melakukan ekperimen, melaporkan kegiatan ilmiah dan menyampaikan hasil penemuannya baik secara tertulis ataupun lisan. Dengan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran maka


(47)

pembelajaran milik mereka dan siswa menjadi lebih akrab dengan konsep-konsep yang mereka temukan. Sehingga lebih mudah diingat serta lebih lama melekat dalam ingatan mereka. Dengan demikian penerapan pendekatan inkuiri dapat membuat siswa untuk menemukan sendiri makna pada konsep kesetimbangan kimia dan membantu siswa untuk memahami secara mendalam konsep tersebut. Sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar kimia siswa pada konsep kesetimbangan kimia.

E.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia.


(48)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA MA. Al-Falah VI Jakarta, tepatnya di Jl. KH. Tohir, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2010 pada semester 1 (ganjil).

B.

Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus

Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan menggabungkan batasan pengertian dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan dan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.1 Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi kimia di sekolah dengan pembelajaran dilakukan oleh peneliti. Observasi dilakukan oleh guru bidang studi kimia. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan antara keempat tahapan tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan yang berulang.

1

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 3.


(49)

2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian

Desain intervensi tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Desain Intervensi Tindakan2

C.

Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa MA. Al-Falah VI Jakarta kelas XI IPA semester I tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah bertindak sebagai guru dan sekaligus peneliti. Peneliti melakukan penelitian dibantu oleh guru bidang studi serta observer yang mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan inkuiri.

2

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 16.

Perencanaan

Tindakan

SIKLUS I

Pengamatan Refleksi

Perencanaan

Tindakan

SIKLUS II

?

Pengamatan Refleksi


(50)

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun tahapan intervensi tindakan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tahap Intervensi Tindakan

Tahapan Kegiatan

Pendahuluan Melakukan survei lapangan untuk memperoleh gambaran kondisi sekolah. Survei dilakukannya dengan wawancara kepada guru bidang studi kimia untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Survei juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan pendapat siswa tentang pembelajaran kimia yang selama ini diterapkan oleh guru bidang studi kimia.

Sikl

us

I

Perencanaan - Menyiapkan rencana pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri. - Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) - Menyiapkan instrumen (tes objektif, lembar

observasi, catatan lapangan, dan wawancara). - Melakukan uji coba instrumen.

- Menyusun kelompok belajar siswa.

Tindakan Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun.

- Melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

- Memberi perlakuan sesuai dengan tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran inkuiri.

- Ketika selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukannya observasi mengenai kinerja guru dan siswa.

- Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkannya

Pengamatan - Mengumpulkan data penelitian.

- Melakukan diskusi dengan guru kimia untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Refleksi -Menganalisis data yang diperoleh untuk

memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya.

-Menganalisis temuan saat melakukan pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

-Menganalisis kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan

mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Siklus II dan Seterusnya


(51)

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan pendekatan inkuiri pada pembelajaran kimia konsep kesetimbangan kimia.

Dalam pembelajaran siswa aktif secara mental menemukan pengetahuan berupa konsep, prinsip maupun keterampilan yang menjadikan pengetahuan yang mereka dapatkan akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan baru.3 Sehingga keberhasilan belajar yang diharapkan adalah sebanyak 75% dari jumlah siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu 65.

G.

Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai siswa yang mencakup ranah kognitif, aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara tiap akhir siklus. Sumber data pada penelitian ini adalah siswa dan guru yang melaksanakan pembelajaran.

Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

Data Sumber Data Instrumen

Hasil belajar Siswa Tes Objektif

Aktivitas guru dan siswa

ketika proses pembelajaran Siswa dan Guru

Lembar Observasi dan Catatan Lapangan Respon siswa tentang proses

pembelajaran Siswa dan Guru Lembar wawancara

3

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006), h. 108.


(52)

H.

Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan

Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil dari program tindakannya akan dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen, diantaranya:

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukann secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian tindakan kelas. Wawancara dilakukan untuk mengetahuui kondisi permasalahan didalam kelas maupun di sekolah. Wawancara yang diterapkan merupakan jenis wawancara tidak terstruktur karena pedoman wawancara yang disiapkan berupa daftar pertanyaan atau pokok-pokok masalah yang perlu ditanyakan kepada responden. (Lampiran 45 dan 47)

2. Lembar observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru (Lampiran 35 dan 39). Lembar observasi guru bertujuan untuk melihat konsistensi guru terhadap RPP yang telah dibuat. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan indikator-indikator pendekan pembelajaran inkuiri.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan ini memuat semua proses pembelajaran dikelas, indikator dari catatan lapangan sesuai dengan langkah-langkah inkuiri. (Lampiran 42)


(53)

4. Tes hasil belajar

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran.4 Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. (Lampiran 10 dan 11)

I.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data

No. Kegiatan Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi (studi lapangan) Wawancara dengan guru dan siswa 2. Proses pembelajaran Catatan lapangan guru kimia

Lembar observasi kegiatan belajar siswa 3. Evaluasi setiap akhir siklus

Mengerjakan soal tes hasil belajar.

Wawancara

Tes hasil belajar tiap akhir siklus.

Wawancara dengan guru dan siswa pada tiap akhir siklus.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

Untuk menganalisis butir soal yang diujicobakan, peneliti melakukan beberapa tahap diantaranya:

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrumen.5 Validitas berasal dari kata

validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Artinya, bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

4

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. ke-10, h. 35.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-13, h. 168.


(1)


(2)

184


(3)


(4)

186


(5)

(6)