Perkembangan Kesepakatan Indonesia dan Jepang dalam AFP Periode
72 menciptakan kebijakan untuk pengadaan publik agar memilih kayu legal
dan lestari. 6.
Memastikan transparansi pengelolaan hutan dalam perdagangan kayu bagi negara-negara produsen pelaku ekspor maupun impor.
7. Melibatkan bea cukai untuk mengendalikan perdagangan kayu ilegal.
Penelitian ini menganalisa peran Jepang dalam AFP, diawali pada tanggal 24 April tahun 2008 di Hanoi Vietnam pertemuan ke-8 dalam forum AFP, telah
disepakati menanganiperdagangan kayu ilegal menjadi tanggung jawab bersama dan kepatuhan terhadap hukum kehutanan, serta pemerintah.
170
Hasil kesepakatan pertemuan ke-8 adalah The Second Round of the International Expert Meeting on
Illegal Logging .
171
Yaitu, memastikan transparansi pengelolaan hutan dalam perdagangan kayu bagi negara-negara produsen pelaku ekspor maupun impor, dan
melibatkan bea cukai untuk mengendalikan perdagangan kayu ilegal. Selanjutnya adalah, pertemuan ke-11 di Beijing China pada tanggal 8-9
November 2011, telah disepakati bahwa demi kepentingan bersama harus mengembangkan standar legalitas.
172
Seperti yang tertera pada The G8 Forest Experts Report on Illegal Logging
dan The Second Round of the International Expert Meeting on Illegal Logging
, yaitu, terdapatnya bantuan dana dari Jepang untuk pengadaan verifikasi legalitas kayu dan meningkatkan kinerja
sertifikasiserta mengembangkan legalitas nasional standar.
170
http:www.asiaforests.orgindex.php?option=com_contenttask=viewid=68Itemid=9. Diakses pada 4 Juli 2013
171
http:www.mofa.go.jppolicyenvironmentforestmeet0803-s.pdf. Diakses pada 4 Juli 2013
172
http:www.asiaforests.orgindex.php?option=com_contenttask=viewid=252Itemid=1 46. Diakses pada 4 Juli 2013
73 Kemudian,
dilanjutkan menerapkan
kebijakan untuk membatasi aliran kayu liar ke pasar Jepang.Sejalan dengan The G8 Forest Experts Report on Illegal
Logging , adalah melaksanakan kerjasama untuk mengembangkanteknologi
pemantauan hutan dengan penggunaan satelit gambar.
173
Jepang sebagai negara maju berperan atau memposisikan diri sebagai pendonor bagi Indonesia.Selain itu, Jepang ikut berperan dalam pengelolaan
Hutan Tanaman Industri HTI lestari dan berkelanjutan di lahan gambut.
174
Peran Jepang dalam segi ekonomi, pertama, memiliki perhatian besar dalam menangani deforestasi.Motif ekonomi Jepang adalah mendapatkan sumber daya
alam Indonesia, yaitu mendapatkan kayu dan bahan baku bubur kertas dengan harga murah. Dengan cara terus mengimpor kebutuhan kayunya dari Indonesia.
Dan berperan serta dengan menjalin kerjasama yang erat untuk membantu kelestarian Hutan Tanaman Industri HTI di Indonesia melalui beberapa bentuk
bantuan finansial Jepang melalui Official Development Assistance ODA. Kedua, Selanjutnya peranan Jepang terlihat dalam kebijakan Green
Konyuhoo . Yang mensyaratkan agar kayu dan produk kayu yang digunakan
sebagai bahan baku harus berasal dari tebangan legal dan terverifikasi legalitasnya, sebagai upaya dalam menangani isu deforestasi. Dengan demikian,
Green Konyuhoo telah menjadi prioritas utama pemerintah Jepang dan masyarakat
173
http:www.mofa.go.jppolicyenvironmentforestreport0805.pdf . Diakses pada 4 Juli 2013
174
http:www.metrotvnews.commetronewsread201302016127638-Jepang- Berkepentingan-Besar-atas-Industri-HTI-Indonesia. Diakses pada 4 Juli 2013
74 dalam mencapai kepentingan nasionalnya, yaitu lebih selektif lagi terhadap kayu
impor dari Indonesia dan harus dinyatakan legal.
175
Selanjutnya adalah peran Jepang dalam segi poltik. Pertama,terdapatnya bantuan pinjaman ODA yang diberikan Jepang, sebagai peluang Jepang untuk
melebarkan pangsa pasar produk-produk Jepang di Indonesia di tengah persaingan global dengan negara lain.Dan menjaga jalur perdagangan antara Jepang dan
Indonesia, mengingat posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Timur, baik secara geografis maupun sumber daya alam.
Dilanjutkan dengan beberapa hal yang mempengaruhi hubungan kedua negara selama ini adalah arah kebijakan luar negeri Jepang, dengan
memperhatikan perkembangan ekonomi poltik domestik Indonesia dan perkembangan regional di Asia Timur.
176
Dalam segi politik, pertama, Perdana Menteri Yasuo Fukuda dalam pidato kebijakan tanggal 18 Januari 2008, menyatakan pemerintahnya memiliki
kebijakan luar negeri yang mewujudkan Jepang sebagai bangsa yang mendorong terciptanya perdamaian peace fostering nation. Pemerintah Jepang menyadari
kondisi internasional yang damai dan stabil merupakan aset berharga untuk kemajuan Jepang.Hal yang positif ini tentunya juga dapat menjadi faktor
175
http:www.indonesianembassy.jpindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=138. Diakses pada 4 Juli 2013
176
http:www.deplu.go.id_layoutsmobilePortalDetailNewsLike.aspx?l=idItemID=e0f3be c9-3b69-4b86-bfc0-e4a6f9b1a716. Diakses pada 4 Juli 2013